Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Perguruan Tinggi di Sulut

Inilah yang Jadi Kekurangan Perguruan Tinggi di Wilayah Gorontalo Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah

Dalam perbincangan Kepala LLDIKTI Wilayah Gosulutteng dengan Pimred Tribun Manado, Jumadi Mappanganro terungkap soal adanya aktivitas kampus bodong

Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Dokumentasi Tribun Manado
Podcast Waspada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Bodong oleh Tribun Manado yang dipimpin Jumadi Mappanganro dan menghadirkan narasumber Kepala LLDIKTI Wilayah XVI Gosultteng, Munawir Sadzali Razak. 

Host: Apa saja syarat PTS untuk bisa mendapat peringkat B?

MR: Peringkat akreditas ini acuannya ke standar nasional pendidikan tinggi, diatur dalam Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 dan saat ini akan terbit revisi Permen baru terkait peningkatan  mutu. Peringkat C atau baik terjadi ketika standarnya terpenuhi, sementara yang diinginkan bukan hanya standar yang dipenuhi, kita ingin di atas standar. Kalau baik sekali itu sedikit di atas standar, sehingga saat ini kami ingin mendorong bagaimana PT menjadi unggul atau A (excelent), jauh di atas standar. Masalahnya mungkin, ada PT yang masih terjebak dalam zona nyaman, belum mau bertransformasi sementara dunia sangat berubah. Hasil identifikasi dari LLDIKTI Wilayah XVI, di Sulut dari 46 PTS sebagian saja punya roadmap atau rencana pengembangan jelas. Untuk yang lainnya masih butuh pendampingan yang intensif karena mungkin peminat di kampus itu sudah berkurang. Beberapa sudah tidak aktif seperti di Kota Bitung ada Akademi Maritim (AMI), tak aktif sejak beberapa tahun, akan kami evaluasi lagi. Kemudian ada PTS sebagain besar masih jalan tapi kadang sedikit mahasiswanya. PTS bergantung di SPP atau biaya kuliah. Kalau magasiswa sedikit, pemasukan kurang dan uang yang digunakan untuk operasional kurang akan berdampak.

Host: Apa yang dilakukan LLDIKTI Wilayah XVI dalam mendorong PTS yang masih peringkat C bisa terakreditasi sangat baik?

MR: LLDIKTI yang bertugas sebagai fasilitator, melakukan pendampingan-pendampingan, bimbingan, dan penguatan-penguatan karena akreditasi ada beberapa paramter. Kami intervensi ke parameter yang sifatnya mikro, lakukan mapping, mana yang sudah bagus, dan yang belum.  Untuk yang belum akan diintervensi LLDIKTI, berikan program pendampingan. Mereka yang sudah akreditasi bagus ajak mereka lakukan best practice ke mereka yang belum akreditasi. Pendampingan seperti ini diharapkan berdampak ke naiknya mutu dalam satu PT. Ini bukan program jangkan pendek, upaya yang dilakukan tak hanya dilihat dalam satu tahun atau tahun, mungkin butuh beberapa waktu. Dan tergantung ke PT-nya mau atau tidak. Karena di Sulut ada PT yang benar responsif ketika kita memberikan program mereka sambut baik dan serius. Ada pula kampus yang sepertinya tidak responsif, mereka senang dengan kondisi status quo yang penting ada mahasiswa, luluskan. Kampus inilah yang perlu diingatkan, bahwa situasi saat ini sudah berubah, dunia terdistrubsi, termasuk PT. Kika kampus tak berubah bisa tidak relevan dan ditinggalkan. Tugas kami buat program pendamping di tengah anggaran tak besar, cari mitra seperti Unsrat Manado dan Unima, sama-sama tingkatkan mutu pendikan PTS. Karena kalau PTS kaut pengaruh ke perekonomin setempat.(Edy/Crz)

Baca berita lainnya di: Google News.

Artikel ini telah tayang di TribunManado.co.id 

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved