MTPJ GMIM
MTPJ 4 – 10 Juni 2023 – Kejadian 8:1-22 Lestarikan Alam dan Makhluk Ciptaan Demi Masa Depan
Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 5 Juni. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
Penulis: Aswin_Lumintang | Editor: Aswin_Lumintang
Semakin menjauh dari Tuhan Allah maka semakin besar dan buruk kejahatan manusia sehingga Tuhan Allah mendatangkan air bah. Walaupun demikian, di antara manusia yang buruk itu masih ada Nuh yang mendapatkan kasih karunia di mata TUHAN Allah (Kej.6:8).
Air yang menjadi sumber kehidupan, dalam kisah ini, menjadi suatu kekuatan besar yang merusak dan membawa kematian. Bumi kembali menjadi seperti ungkapan Kejadian 1:2. “Bumi belum berbentuk (wht tohuw) dan kosong (whb bohuw); gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”
Baca juga: Renungan Harian Kristen, Baca Kejadian 8:1-5, Nuh Air Bah dan Kita
Baca juga: Renungan Harian, Mazmur 57:11, Kasih SetiaNya Besar
Memahami kisah air bah, maka kita perlu menyadari dan memperhatikan beberapa hal:
Pertama, Kisah air bah merupakan kisah sedih dan duka Tuhan Allah atas pemberontakan manusia ciptaan-Nya. “menyesallah TUHAN” dan “memilukan hati-Nya” (Kej. 6:6).
Air Bah yang dipandang sebagai bentuk “hukuman” jangan hanya disoroti dari sisi kemarahan Tuhan Allah saja, namun harus dipahami dalam konteks perasaan Tuhan Allah yang bersedih dan berduka.
Perhatikanlah apa yang tertulis dalam pasal 1. Di setiap mengakhiri karya ciptaan-Nya, Alkitab selalu mencatat: “Allah melihat bahwa semuanya itu baik”. Namun yang baik ini menjadi rusak karena dosa manusia. Rusaknya dunia yang diciptakan Tuhan Allah bukanlah rencana-Nya.
Mari kita bayangkan hal ini: Bagaimanakah perasaan kita, jika karya yang kita buat sebaik mungkin dirusak? Tentu hati kita sedih dan terluka. Sehingga kisah ini jangan hanya disoroti dari bentuk kemarahan Tuhan Allah saja tapi pada “Allah yang terluka dan bersedih”.
Seperti orang tua yang marah kepada anaknya yang melakukan pelanggaran moral dan etik. Pelanggaran yang diperbuat akan membuat hati orang tua sedih, kecewa dan sakit.
Seorang anak yang baik dan dewasa akan meresponnya bukan dengan kembali memberontak atau marah. Tapi sebaliknya sang anak seharusnya merenung dan melakukan refleksi diri sehingga memiliki kesadaran yang membawanya pada perubahan hidup.
Inilah yang diharapkan Tuhan Allah bagi umat-Nya, yaitu kedewasaan iman untuk menjadikan hukuman sebagai jalan menuju pertobatan.
Kedua, Kisah air bah tidak hanya berisi tentang berita pembinasaan, namun juga penyelamatan.
Diceritakan Nuh dan keluarganya serta binatang yang berpasang-pasangan ikut diselamatkan melalui bahtera. Ada misi penyelamatan di dalamnya. Seratus lima puluh hari lamanya Nuh beserta penghuni bahtera terapung-apung di atas permukaan air.
Sebelum peristiwa air bah, Tuhan Allah dikatakan “menyesal” dan sepertinya “melupakan” manusia karena begitu jahat dan buruknya kejahatan. Pilihan manusia untuk mengikuti hasratnya telah membawa kerusakan yang mendalam atas ciptaan-Nya.
Maka sekarang Tuhan Allah menaruh perhatian lagi kepada manusia, yang dibahasakan dalam ayat 1 “Maka Allah mengingat Nuh…”.
Inilah sebuah awal dari kehidupan yang baru. Tuhan Allah bertindak dengan membuat air itu surut dan akhirnya bahtera itu terkandas. Walaupun puncak-puncak gunung telah kelihatan namun Nuh belum turun dari bahtera.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.