Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

MTPJ GMIM

MTPJ 5 – 11 Maret 2023: Yesaya 50:4-11 – Ketaatan Hamba Tuhan

Dalam realitas hidup di zaman sekarang, orang-orang percaya kepada Tuhan Allah sering menjadi tidak taat dan setia,

Penulis: Aswin_Lumintang | Editor: Aswin_Lumintang
hop.church
Bacaan Alkitab 

Yesaya 50:4-11
ALASAN PEMILIHAN TEMA
TRIBUNMANADO.CO.ID - Dalam realitas hidup di zaman sekarang, orang-orang percaya kepada Tuhan Allah sering menjadi tidak taat dan setia, tidak mendengar dan melakukan firman-Nya. Lebih memilih mendengar suara hati dan kehendaknya zaman.

Ada orang menerima panggilan menjadi hamba-Nya tetapi tidak melakukan tugasnya dengan baik. Lebih mengutamakan kegiatan lain yang menghasilkan uang dan harta ketimbang pelayanan. Karena tidak taat dan setia maka mudah sekali tergoda dengan apa yang mengenakkan dan menyenangkan tubuh jasmani.

Bacaan Alkitab
Bacaan Alkitab (pixabay.com)

Sehingga sering terjadi perselingkuhan suami dan istri, anak – anak terlibat narkoba dan sex bebas karena kurang perhatian orangtua.

Dalam tanggung jawab hidup bermasyarakat, sering tidak patuh membayar pajak, tidak takut korupsi, kolusi dan nepotisme, tidak menghormati pemimpin, pemimpin hanya memperhatikan kepentingannya. Demikian dalam hidup bergereja; kadang tidak punya waktu beribadah, membaca firman dan berdoa. Itulah sebabnya mudah tergoda oleh keinginan dunia. Identitas hidup orang beriman menjadi tidak nampak dan kabur.

Untuk itulah perenungan di Minggu Sengsara II akan menggumuli tema, “Ketaatan Hamba Tuhan.”

PEMBAHASAN TEMATIS • Pembahasan Teks Alkitab (Exegese) Perikop Yesaya 50:4-11 rnerupakan bagian dari kitab Nabi Yesaya yang disebut Deutro Yesaya yang memberitakan tentang kedatangan seorang Hamba TUHAN (Ibr. ebed -YHWH). Bagian ini mengisahkan nubuat tentang “Hamba TUHAN” yang dimulai dari Yesaya 42:1-9 dan selanjutnya dalam Yesaya 49-55. Perikop ini dalam kumpulan “Nyanyiannyanyian Hamba Tuhan” (Yesaya pasal 42:1-6, 49:1-6 dan 52:13-53:12).

Ketaatan dari kata taat yang dalam bahasa Ibrani “syama” memiliki pengertian mendengar atau mendengarkan. Ketaatan dari kata Yunani upakouw: hupakouo: hy-pa-kou’o yang berarti patuh, menurut, tunduk kepada, takluk; menerima, menganut; menaati, mengikuti, (Efesus 6:1)

Hamba dari kata Ibrani dbe • ebed yang berarti budak, hamba, pelayan. Sedangkan kata Yunani “doulos” artinya budak atau hamba terikat, hidupnya ditentukan tuannya, taat pada tuannya. Tugasnya adalah mengerjakan dan menyelesaikan segala pekerjaan yang diperintahkan tuannya.

Ayat 4-5: memakai istilah “murid” (Ibrani.Dwm1 1 immuwd) menggambarkan profil seorang murid dalam persekutuan dengan Tuhan Allah. Hamba Tuhan yang rela menjadi murid yang taat setiap hari rela berguru, belajar pada Tuhan Allah dan memberi telinga mendengar suara-Nya dan pengajaran-Nya.

Murid yang digambarkan sebagai seorang nabi tapi juga seorang berhikmat dan murid yang rajin. Kepadanya diberikan lidah seorang murid.

Lidah dapat berarti kemampuan berbicara. Artinya murid ini diajar untuk menyampaikan apa yang didengar dari Tuhan sehingga menjaga lidah dari perkataan yang jahat (band Mazmur 34:14 “jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu dari ucapan-ucapan yang menipu”). Dengan begitu maka murid Tuhan dapat memberikan semangat baru bagi orang yang letih lesu.

Setiap pagi Tuhan membuka dan mempertajam pendengarannya agar benar-benar sebagai murid, segenap hidupnya diserahkan dan diabdikan untuk meneruskan firman Tuhan Allah yang didengarnya. Ia berserah penuh pada Tuhan Allah meskipun orang lain menolak pemberitaannya, sang murid tidak berpaling dari gurunya.

Ayat 6-7: Menjelaskan bagaimana penghayatan dan sikap seorang murid ketika berhadapan dengan penderitaan. Sekalipun dipukul seperti orang jahat, dicabut janggutnya dan diludahi namun tetap tabah dan setia sebab pertolongan Tuhan Allah nyata.

Murid atau Hamba Tuhan menanggung penderitaan dan penganiayaan tetapi ditolong ini. Murid yang setia pasti meneguhkan hatinya, tidak mudah terpancing emosi, sehingga pengajarannya tidak dipermalukan atau dicela.

Ayat 8-9: Hamba Tuhan tidak merasa malu apa lagi takut memberitakan apa yang didengar dan diajarkan Tuhan Allah. Baginya menyatakan kebenaran pasti akan dibenarkan. Ia yakin dan berani menyatakan kebenaran karena Tuhan Allah berpihak dan membela orang benar. Ini berarti menjadi hamba-Nya harus memberi diri secara utuh dan membaharui diri.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved