Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Bacaan Alkitab

MTPJ 2 – 8 April 2023 – Matius 27:27-44 “Tersalib Di Antara Dua Penyamun”

Menikmati kehidupan yang adil, benar, diperlakukan secara baik, hidup tenang dan damai menjadi harapan banyak orang.

Penulis: Aswin_Lumintang | Editor: Aswin_Lumintang
IST
Ilustrasi Prosesi Penyaliban Yesus Kristus 

Hal itu didorong oleh karena iri hati, dengki, kebenciaan dan kecemburuan (27:18).

Para serdadu mengolok-olok-Nya, mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Jubah ungu (Bah. Yunani: Khlamuda = Khlamuda) biasanya dipakai oleh para bangsawan atau keluarga kerajaan Romawi, yang melambangkan keagungan dan kemuliaan.

Namun ketika dikenakan kepada Yesus Kristus bukan untuk menunjukkan keagungan atau rasa hormat kepada-Nya, tetapi sebagai bentuk ejekan atau sindiran kepada Yesus Kristus yang disebut Raja orang Yahudi (ayat 27,28).

Ia disebut demikian karena nubuatan tentang-Nya yang datang sebagai Raja yang adil dan jaya yang diharapkan orang Yahudi akan membawa kejayaan Kerajaan Israel seperti pada masa pemerintahan Daud.

Selanjutnya mereka menganyam mahkota duri dan menaruh di atas kepala-Nya.

Mahkota biasanya terbuat dari emas atau batu permata yang mahal karena melambangkan kekuasaan dan kemuliaan seorang raja. Namun mahkota duri yang dikenakan pada Yesus Kristus, melambangkan kemiskinan dan penghinaan.

Karena duri adalah tanaman yang tidak berguna, yang akan dibuang bahkan dibakar. Mahkota duri yang dikenakan kepada Yesus Kristus, panjang setiap durinya berukuran 5 – 10 cm.

Ketika menusuk kepala-Nya sangat menyakitkan. Penghinaan terus berlanjut, mereka memberikan buluh di tangan kanan-Nya seakan-akan Ia memegang tongkat kerajaan.

Mereka berlutut seakan menyembah Yesus Kristus padahal mengolok￾olok dengan berkata: “Salam, hai Raja orang Yahudi” (ayat 29). Penghinaan itu tidak berhenti di situ, mereka meludahi-Nya, mengambil buluh ditangan-Nya dan memukulkan ke kepala-Nya (ayat 30). Jubah ungu yang dikenakan kepada Yesus Kristus ditanggalkan kembali, diganti dengan baju yang dipakai sebelumnya. (ayat 31).

Semua rentetan penyiksaan dan penghinaan terhadap Yesus Kristus diterima dan dijalani Yesus dengan tabah dan pasrah. Ia tidak membalas tindakan penganiayaan dan hinaan kepada-Nya.

Dalam perjalanan ke tempat penyaliban, Simon dari Kirene dipaksa untuk memikul salib Yesus Kristus. (ayat 32) Walaupun Simon dipaksa, bukan keinginannya sendiri membantu memikul salib-Nya, tetapi Simon pada akhirnya berkerelaan hati memikul salib Yesus Kristus.

Penyiksaan terhadap-Nya tidak hanya di gedung pengadilan dan di perjalanan, tetapi sampai di Golgota, tempat Ia di salib.

Mereka memberi Yesus Kristus minum anggur bercampur empedu. Ini bukanlah minuman untuk menghilangkan rasa haus tapi merupakan ramuan yang biasanya diberikan kepada para kriminal yang di salib untuk mengurangi rasa sakit.

Yesus Kristus hanya mengecap dan tidak meminumnya, ini menunjukan bahwa penderitaan-Nya, dialami-Nya dengan kesadaran yang utuh.

Di atas kepala-Nya dipasang tulisan I.N.R.I: “Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum” artinya “Inilah Yesus Raja Orang Yahudi”. Sebutan itu merupakan ejekan. Yesus Kristus di salib di antara kedua penyamun, yang satu di sebelah kiri dan yang seorang lagi di sebelah kanan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved