Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Trilogi Pembangunan Jemaat

MTPJ 19 – 25 Maret 2023 – Minggu Sengsara IV Markus 14:43-52 – “Ciuman Penghianatan”

Penghayatan Minggu-minggu Sengsara Tuhan Yesus Kristus hendaknya mengantar kita untuk semakin menghayati pengorbanan Yesus Kristus.

Penulis: Aswin_Lumintang | Editor: Aswin_Lumintang
hop.church
Bacaan Alkitab 

Penangkapan Yesus Kristus juga diwarnai dengan sebuah peristiwa salah seorang pengikut-Nya memotong telinga salah seorang prajurit utusan Imam Besar, sehingga putus telinganya (ay. 47).

Yesus Kristus kemudian bertindak dalam situasi ini dengan memberikan penekanan bahwa Ia bukanlah penjahat/penyamun, sehingga sekelompok prajurit harus datang menangkapnya dengan persenjataan yang lengkap (ay, 48).

Padahal Yesus Kristus tiap hari ada di Bait Allah untuk mengajar, namun ternyata semua itu untuk menggenapi apa yang tertulis dalam Kitab Suci. (ay. 49).

Mengenai penangkapan Yesus, Ia sendiri berkata: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” (Mrk 8:31b).

Jim Caviezel bersaksi usai perankan Yesus di film The Passion of The Christ. Jim saat syuting memikul salib Yesus.
Jim Caviezel bersaksi usai perankan Yesus di film The Passion of The Christ. Jim saat syuting memikul salib Yesus. (Internet/istimewa)

Melihat Sang Guru mereka sudah ditangkap, maka tindakan para murid-Nya adalah “meninggalkan Dia dan melarikan diri” (ay. 50). Para murid sudah bersama dalam berbagai keadaan dengan Yesus Kristus. Tetapi ketika Ia ditangkap, mereka justru meninggalkan Dia sendirian.

Di manakah komitmen para murid, di antaranya Petrus yang hanya berselang beberapa saat pernah mengatakan kepada Yesus Kristus, “Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak.” (14:29).

Ungkapan Petrus ini lahir dari semangatnya untuk setia mengikuti Yesus, walaupun para murid yang lain mungkin mau menghindar dari kenyataan.

Namun Yesus Kristus sendiri sudah mengetahui apa yang akan terjadi pada Petrus, yakni: “… sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (14:30).

Hal ini nyata, pada saat Yesus Kristus ditangkap secara perlahan namun pasti semua murid meninggalkan Dia, termasuk Petrus. Bahkan mungkin langsung melarikan diri. Alasannya sangat jelas, mereka tidak mau juga ditangkap oleh para prajurit dan menanggung penderitaan.

Melarikan diri bukan hanya dilakukan oleh para murid Yesus Kristus saja. Ha1 yang sama juga dilakukan oleh seorang muda, ia hanya memakai sehelai kain lenan saja, begitu Yesus Kristus ditangkap, ia juga hendak ditangkap.

Lelaki muda itu tanpa pikir panjang langsung melepas kain penutup tubuhnya dan lari dalam keadaan telanjang. (ay. 51-52) Ia tidak lagi memperhitungkan apakah orang lain akan menganggap dia gila, tetapi karena rasa takut akan ditangkap ia melarikan diri. Hal ini menunjukkan ketakutan yang sangat dalam, tetapi juga menggambarkan bahwa ia tidak mau terlibat bersama Yesus Kristus.

Ia mungkin sudah mengalami kasih dan kuasa Yesus Kristus, tetapi ketika Yesus Kristus ditangkap ia tidak mau perduli. Ia lari dalam keadaan telanjang.

Makna dan Implikasi Firman
1. Menghayati Minggu Sengsara yang keempat, kita diingatkan untuk jangan terjebak pada pementingan diri sendiri dan mengkhianati iman kepada Yesus Kristus. “Ciuman pengkhianatan” masa kini adalah ketika kita mengkhianati iman kepada-Nya dengan kawin dengan pasangan yang tidak seiman dan memeluk kepercayaan mereka. Kita yang sudah didik dan dibesarkan dalam kehidupan kekristenan akhirnya mengkhianati-Nya ketika tergoda dengan pasangan hidup yang tidak seiman dan bersedia kawin dan meninggalkan Yesus Kristus.
2. Realita hidup yang sulit bahkan godaan ketenaran dan kesuksesan terkadang membuat orang mengambil jalan pintas untuk meraihnya. Mengkhianati kepercayaan atasan dengan memanipulasi data, memfitnah orang lain supaya bisa naik jabatan di perusahaan dan mendapat banyak fasilitas. Rela mengkhianati persahabatan dan keluarga tanpa peduli lagi dengan teman dan sanak saudara. Kita diingatkan untuk jangan meraih kesuksesan dengan melukai dan menyingkirkan orang lain, tetapi dengan kerja keras serta ketekunan di dalam Tuhan.
3. Ciuman pengkhianatan terkadang juga muncul dalam kehidupan keluarga-keluarga Kristen. Ketika mulai meniti karier dan membangun rumah tangga, segala sesuatu dilampaui bersama baik susah maupun senang. Di saat usaha sudah sukses, karier sudah bagus bahkan menjadi petinggi di pemerintahan, swasta dan dipercayakan sebagai Pelayan Khusus, namun akhirnya jatuh dalam perselingkuhan dan rumah tangga hancur. Perceraian tidak bisa dihindari. Bagian Firman Tuhan ini mengingatkan untuk jangan berkhianat, bukan hanya kepada teman hidup saja (suami, istri) bahkan keluarga, terlebih kepada Tuhan.
4. Firman Tuhan saat ini juga mengingatkan kita untuk jangan lari dari persoalan. Persoalan hidup perlu dicari jalan keluar dengan cara berdoa, mohon kekuatan dari Tuhan, meminta saran dari anggota keluarga dan Pelayan Khusus, Diaken, Penatua, Guru Agama dan Pendeta. Mereka adalah orang-orang yang ada di sekitar kita yang peduli dan yang selalu mendoakan kita. Sehingga ketika permasalahan datang kita tidak meninggalkan “pakaian” (baca: iman dan keyakinan) dan lari dalam keadaan “telanjang” (baca: menyerah secara total dan kalah oleh persoalan). Yesus Kristus sudah menderita dan mati di kayu salib dan bangkit, di dalam Dia ada kehidupan yang penuh kemenangan.
5. Persahabatan yang sangat erat sekalipun ternyata tidak menjamin seseorang itu tidak akan mengkhianati temannya. Contohnya yang setiap bertemu langsung Cipika-cipiki (cium pipi kiri, cium pipi kanan), tetapi pada kenyataannya tidak demikian karena ada iri hati, dengki, akar pahit yang terkadang berakibat timbulnya perbuatanperbuatan melawan hukum.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved