Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Mata Lokal Memilih

Pertarungan Menuju Senayan, Pengamat Politik Asal Sulawesi Utara Menilai Parpol dan Figur Penentu

Josef Kairupan menilai Politisi pada prinsipnya menjual produk politik berbeda dengan menjual produk komersial.

Penulis: Hesly Marentek | Editor: Rizali Posumah
isitmewa
Pengamat asal Sulawesu Utara Politik Josef Kairupan memberikan komentar terkait potensi beberapa figur asal Sulut yang peluang menuju Senayan. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Pertarungan menuju senayan diprediksi bakal seru.

Ini tak lepas dari mulai mencuatnya sejumlah nama yang digadang bakal ikut rebutan jatah enam kursi dari Sulawesi Utara (Sulut).

Misalnya dari PDI-P, ada Olly Dondokambey, James Sumendap, Yasti Soepredjo hingga Wenny Lumentut.

Keempatnya terus diisukan akan dipasang dalam Line up PDIP.

Selanjutnya, dari kubu Partai Golkar, nama Mantan Bupati Minahasa Selatan Christiany Eugenia Paruntu (CEP) dan Jerry Sambuaga, Wakil Menteri Perdagangan sepertinya bakal jadi andalan demi perburuan kursi di DPR-RI nanti.

Sedangkan dari Nasdem dua petahana Felly Runtuwene dan Hillary Lasut sepertinya akan kembali diusung.

Ditambah dengan Politisi Senior seperti Godbles Sofcar Vicky Lumentut (GSVL), Max Lomban Tatong Bara yang juga diisukan bakal meramaikan pertarungan menuju DPR RI.

Kemudian dari Partai Gerindra terdapat sosok pendatang baru yakni Martin Daniel Tumbelaka (MDT.

Sementara nama lain-lain seperti dari PAN, Sehan Landjar dan Ayub Ali digadang bakal ikut pertarungan DPR RI.

Lalu Dari PPP ada Depri Pontoh, PSI Mongol, Demokrat Hamdan Datunsolang.

Lantas bagaimana peluang menuju Senayan mendapat tanggapan dari Pengamat Politik Josef Kairupan.

Dia menilai Politisi pada prinsipnya menjual produk politik berbeda dengan menjual produk komersial.

Perbedaan mendasarnya dalah pada konsep menjualnya.

"Dimana pemasaran politik bukan semata-mata menjual partai politik atau kandidat kepada pemilih.

Namun merupakan sebuah konsep yang menawarkan institusi parpol atau kandidat dapat membuat isu yang menyangkut permasalahan faktual. Sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilih," terang Akademi Fispol Unsrat ini.

Lebih lanjut dia menilai Pemasaran Politik merupakan konsep permanen yang harus dilakukan terus menerus dalam membangun kepercayaan dan image publik.

Kandidat harus membangun hubungan jangka panjang dengan pemilih.

Juga harus memliki kemampuan untuk mengumpulkan, mendesiminasi dan menggunakan informasi yang tepat tentang pemilih.

Sehingga dengan demikian kandidat harus memahami perilaku calon pemilih. 

Namun menurut Kairupan, pada kenyataannya banyak Parpol pasca pemilu terkesan ‘mati suri’. 

Artinya nanti setelah mendekati Pemilu baru mulai membangun komunikasi politik baik kesesama parpol maupun dengan konstituennya.

Padahal ada banyak faktor yang menjadi pertimbangan calon pemilih dalam menentukan pilihannya, antara lain citra parpol, persepsi citra kandidat, dan isu politik.

"Parpol yang tetap terjaga citra baiknya, mencerminkan parpol yang memiliki kader dengan integritas moral dan etika yang baik.

Sehingga berimbas citra pada kandidat yang akan ditampilkan oleh parpol tersebut," sebutnya.

Namun sebaliknya jika Parpol sering dilanda permasalahan internal yang berakibat pada perpecahan dan krisis kepemimpinan yang berakibat pada kegaduhan politik.

"Mengakibatkan hilangnya citra parpol itu sendiri. Walaupun saat ini perkembangan dan meningkatnya pengetahuan rakyat terhadap demokrasi di Indonesia membuat rakyat semakin cermat dan jeli dalam menentukan pilihannya, tetapi aspek citra parpol lebih kurangnya mempengaruhi pilihan," tambah Kairupan.

Dia pun turut menilai Kristalisasi kandidat mulai terbentuk saat ini, dan masih diisi oleh wajah lama ataupun kandidat yang sebelumnya pernah menjabat dalam jabatan politis seperti kepala daerah.

Peluang masing-masing kandidat tentunya berbeda-beda, pandangan mengenai penantang baru akan lebih sulit bersaing dengan petahana merupakan hipotesis yang masih perlu dikaji dan diuji kebenarannya.

"Sekalipun Petahana telah memiliki konstituen konkrit, tetapi jika dalam masa jabatannya tidak berbuat menghasilkan karya nyata yang dapat dirasakan dan tidak membangun.

Serta menjaga cemistry dengan konstituennya hal ini justru akan menimbulkan antipati," terangnya lagi.

"Sedangkan berbeda dengan kandidat pendatang baru, jika mampu membangun komunikasi politik yang baik. Hal ini tentunya akan menimbulkan rasa simpati yang terus bertambah kenilai akseptabilitasnya," sambungnya.

Sementara terkait berkembang calon kandidat yang akan diusung ke legsilatif oleh masing-masing parpol, petahana ada yang dari unsur pejabat eksekutif maupun legislatif, menurut Kairupan diatas kertas tentunya memiliki kekuatan yang sebelumnya sudah dibuktikan dengan memiliki pemilih tetap.

Tetapi partai apa yang mengusungnya menjadi salah satu pertimbangan faktor kekuatan petahana jika masih dari partai yang sama atau berpindah partai lain untuk mengusungnya.

"Bagi petahana akan lebih mudah memenangi kontestasi jika memiliki rekam jejak yang baik selama menjabat. Tetapi akan menjadi bumerang jika sebaliknya," katanya.

Kairupan juga menilai sampai saat ini beberapa Parpol besar masih tetap concern dengan menjaga marwah dan arah perjuangannya.

Sekalipun ada beberapa capaian amanat yang tidak terselesaikan.

Tetapi masih memberikan  nilai tambah tersendiri untuk meningkatkan citra partainya, kecenderungan pemilih akan menilai bahwa Partai yang konsisten pasti memiliki kader yang berkualitas, dan tidak sembarangan menentukan kandidatnya.

"Berbeda dengan partai yang terkesan hanya asal menentukan kandidatnya karena faktor tertentu, hal ini akan menimbulkan penilaian tersendiri bagi pemilih," tandas Kairupan. (hem)

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved