Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Catatan Willy Kumurur

Prancis vs Maroko di Piala Dunia 2022, Dongeng dan Sejarah

Koran Turki, The Daily Sabah, melukiskan perjalanan tim Maroko di Piala Dunia 2022 sebagai “Dongeng Piala Dunia.”

Kolase Tribun Manado/Tangkap layar IG equipedefrance/IG equipedumaroc
Nama-nama Pemain Timnas Prancis dan Maroko. Semifinal Piala Dunia 2022. 

Saat ini, cadangan fosfat Maroko diyakini hampir 75 persen dari semua cadangan fosfat secara global.

The Daily Sabah menulis bahwa sekarang, sudah waktunya bagi Maroko untuk menunjukkan kepada mantan penjajah mereka -melalui prestasi olahraga- bahwa mereka tidak lagi tunduk pada sang tuan.

Masa-masa kolonialisme dan protektorat telah berakhir –meskipun beberapa aspek imperialisme terus bertahan, seperti cengkeraman korporasi Prancis pada bisnis Afrika.

Sehingga kemenangan melawan Prancis akan sangat berarti bagi orang Afrika dan orang lain di seluruh dunia yang menderita akibat kolonialisme Eropa di masa lalu.

Bahwa satu-satunya hal yang sangat jelas: kemenangan itu tidak dianggap sebagai kemenangan Afrika atau Arab oleh massa di seluruh dunia.

Sebaliknya, itu dianggap sebagai keberhasilan semua negara underdog di tujuh benua.

Baca juga: Profil Sofiane Boufal, Striker Maroko yang Curi Perhatian Ternyata Begitu Menghormati Sang Ibunda

Tentu saja, para pemain timnas Prancis bukanlah yang melakukan penjajahan tersebut dan malah ironisnya, banyak dari skuad Prancis adalah etnis Afrika yang negara orang tuanya pernah dijajah oleh Prancis.

Dengan demikian, jelas bahwa para pesepakbola yang mengenakan seragam Prancis bukanlah orang-orang yang harus menjadi sasaran balas dendam.

Mereka yang pernah tertindas menyukai simbolisme dan representasi, yang melihat persaingan terletak pada inti evolusi –survival of the fittest- sebagai permulaan.

Sepakbola tak hanya sekadar sepakbola. Di balik bola terdapat isu tentang imperialisme, tentang sejarah, tentang evolusi manusia, tentang persaingan antara Barat dan Timur, tentang perang budaya, dan tentang eksistensi manusia.

Manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang memiliki sejarah, ujar tokoh pendidikan Brasil, Paulo Freire.

Manusia menciptakan sejarah, sebaliknya manusia diciptakan oleh sejarah.

Freire melanjutkan, manusia adalah mahkluk terunggul karena kemampuannya untuk melakukan refleksi, termasuk operasi intensionalitas, keterarahan, temporaritas dan trasendensi.

Tindakan dan kesadaran manusia bersifat historis bahwa “di sini” berhubungan “di sana,” masa lalu berhubungan masa sekarang dan masa sekarang berkaitan dengan masa depan.****

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved