Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Memilih Damai

Politik Identitas Tak Terlalu Berpengaruh, Milenial Cenderung Melihat Popularitas Kandidat

Politik identitas dinilai tidak berpengaruh terhadap kaum milenial. Kaum milenial cenderung melihat popularitas kandidat.

Editor: Isvara Savitri
Tribun Jabar/Istimewa
Program Memilih Damai oleh Tribun Network edisi Lampung untuk sambut Pemilu 2024. 

Ia bertanya, "Apa sih yang membuat presiden non Jawa sulit bersaing dalam Pilpres?”

Hal tersebut dijawab oleh Hasan Nasbi. Ia menilai kandidat dari luar Jawa banyak yang tidak berani mencalonkan diri sebagai presiden.

"Sejauh ini, baru dua kali pemilu ya yang muncul calon di luar Jawa, dan ini belum bisa disimpulkan bahwa presiden sulit di luar Jawa. Kita perlu mencoba 20-30 kali pencalonan baru bisa dijadikan sebuah teori," kata Hasan.

Pertanyaan berikutnya datang dari Hendra, mahasiswa FISIP Unila lainnya.

"Di Amerika Serikat, Obama berhasil mendobrak supremasi kulit putih sebagai presiden, Kira-kira bagaimana peluang di Indonesia untuk itu terjadi?" tanyanya.

Pertanyaan tersebut direspons oleh Fritz Edward. Ia memprediksi hal itu mungkin saja terjadi di Indonesia. Asalkan, menurut dia, para pemimpin di Indonesia memiliki keberanian untuk melakukan perubahan.

Pertanyaan selanjutnya dilontarkan oleh Dito, mahasiswa FISIP Unila.

"Strategi seperti apa yang dibutuhkan oleh presiden di luar Jawa untuk bertarung di Pemilu 2024 nanti?" tanya Dito.

Hal itu dijawab oleh Triono. Ia menyebut ada banyak faktor. Namun, pola penggunaan media sosial dan kelompok-kelompok komunitas harus dirawat.

“Jadi, lebih pada pendekatan kepada masyarakat. Faktor media sosial memberi sumbangsih besar dalam pemilu," tutur Triono.

Baca juga: Ganjar Pranowo Disebut Sebagai Calon Presiden yang Benar-benar Jawa, Menurut Ray Rangkuti

Baca juga: Harga HP Samsung dan iPhone di Awal Desember 2022, Ada Samsung Galaxy Z Fold4 Hingga iPhone 14 Pro

Selanjutnya pertanyaan dari Abethia Cahrani mahasiswa FKIP Unila.

Ia bertanya, "Syarat apa yang dibutuhkan untuk mendobrak tren presiden dari Jawa?"

Robi Cahyadi menjawab, sudah seharusnya partai politik memunculkan kandidat di luar Jawa.

"Analoginya ibarat makanan. Kalau sajiannya hanya itu-itu saja, maka pilihan juga terbatas. Harapannya, semakin banyak kandidat, maka pilihan juga semakin berwarna. Merespons pertanyaan tadi, ya kuncinya ada pada partai politik," jelas Robi.

Pertanyaan datang dari mahasiswa lain bernama Rian Ramadhan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved