Nasional
Kisah Gus Dur Bebaskan Etnis Tionghoa Rayakan Imlek, Dianggap Nabi dan 'Bapak Tionghoa Indonesia'
Kisah Gus Dur yang berandil cukup besar membuat etnis Tionghoa dapat merayakan Imlek secara bebas.
Saat penobatan, Gus Dur hadir dengan menggunakan baju cheongsam, meski harus duduk di kursi roda.
Di sisi lain, Gus Dur kerap mengaku sebagai keturunan Tionghoa.
"Saya ini China tulen sebenarnya, tetapi ya sudah nyampurlah dengan Arab, India," kata Gus Dur, seperti diberitakan Kompas.com pada 30 Januari 2008 silam.
Gus Dur menyatakan, dirinya merupakan keturunan dari Putri Cempa yang menjadi selir dengan raja di Indonesia. Dari situ, Putri Cempa memiliki dua anak, yakni Tan Eng Hwan dan Tan A Hok.
Pengakuan Gus Dur itu juga dikuatkan oleh tokoh NU lainnya, Said Aqil Siradj.
Mengutip Kompas.com, Said Aqil dalam buku Gus Dur Bapak Tionghoa Indonesia bercerita bahwa Tan Kim Han memiliki anak bernama Raden Rachmat Sunan Ampel.
Salah satu keturunannya adalah KH Hasyim As'ari yang selanjutnya memiliki anak bernama KH Wahid Hasyim. KH Wahid Hasyim adalah ayah Gus Dur.
"Jadi, Gus Dur itu Tionghoa, maka matanya sipit," ujar Said Aqil.
Dianggap pahlawan dan nabi
Atas jasa-jasanya, Gus Dur sangat dihormati oleh etnis Tionghoa, dan masyarakat yang menganut pluralisme.
Oleh masyarakat Tionghoa, Gus Dur dianggap sebagai pahlawan bahkan hingga nabi.
Saat Gus Dur berpulang pada 30 Desemer 2009, bukan hanya warga NU saja yang merasa sedih.
Banyak masyarakat Tionghoa merasa kehilangan sosok Gus Dur.
Hingga saat ini, makam Gus Dur masih sering didatangi warga Tionghoa.
Foto mendiang Gus Dur masih terpampang di sejumlah kelenteng sebagai penghormatan masyarakat Tionghoa.