Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Vaksinasi AstraZeneca

Pakar Vaksin AstraZeneca Jadi Model Boneka Barbie

Perempuan berusia 59 tahun itu bergabung dengan lima perempuan lain di bidang STEM dan perawatan kesehatan yang telah diabadikan dengan boneka Barbie.

Universitas Oxford
Boneka Barbie berwujud Prof Dame Sarah Gilbert, ahli vaksin dari Universitas Oxford. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Dame Sarah Gilbert tidak pernah membayangkan mendapat kehormatan dari sejumlah pihak.

Kini ia dijadikan salah satu model boneka terkenal Barbie.

"Sungguh konsep yang sangat aneh untuk membuat boneka Barbie yang menyerupai saya,” kata dosen ilmu vaksin di Universitas Oxford, Inggris, dalam warta VOA Indonesia, Kamis (5/8/2021).

“Saya berharap, boneka ini akan mendorong banyak perempuan memilih karier di bidang sains,” lanjut dia.

“Sejujurnya, ketika saya masih kecil, saya tidak pernah membayangkan akan memiliki karier di bidang sains," katanya.

Gilbert adalah pemimpin proyek pengembangan vaksin Covid-19 di Universitas Oxford yang menjalin kerja sama dengan perusahaan farmasi AstraZenecca.

Vaksin yang dikembangkan timnya – yang dikenal dengan sebutan vaksin AstraZenneca – telah digunakan di banyak negara. Karena vaksin itulah, ia terpilih menjadi model boneka Barbie.

“Saya sudah lama mengembangkan berbagai vaksin. Saya membuat vaksin untuk melawan penyakit yang tidak sering menginfeksi manusia tetapi terkadang dapat menyebabkan wabah,” terang dia.

“Kita harus siap untuk memiliki perlindungan ketika wabah terjadi. Saya sangat bangga dengan pekerjaan yang dilakukan tim saya. Kami mengembangkan vaksin dalam waktu yang sangat cepat," lanjutnya.

Perempuan berusia 59 tahun itu bergabung dengan lima perempuan lain di bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika) dan perawatan kesehatan yang sebelumnya telah diabadikan dengan boneka Barbie mereka masing-masing.

Boneka-boneka Barbie perempuan yang membantu dalam penanganan Covid 19
Boneka-boneka Barbie perempuan yang membantu dalam penanganan Covid 19 (Universitas Oxford)

Mereka adalah perawat ruang gawat darurat Amy O'Sullivan, yang merawat pasien Covid-19 pertama di Rumah Sakit Wycoff di Brooklyn.

Lalu Dr Audery Cruz, seorang pekerja garis depan dari Las Vegas yang bergabung dengan para dokter Amerika keturunan Asia lainnya untuk melawan bias dan diskriminasi rasial.

Kemudian Dr Chika Stacy Oriuwa, seorang residen psikiatri di Universitas Toronto yang telah menganjurkan melawan rasisme sistemik dalam perawatan kesehatan.

Selain itu juga ada peneliti biomedis Dr Jaqueline Goes de Jesus, yang dipercaya memimpin pengurutan genom varian Covid-19 di Brasil.

Satu lagi, dokter umum Dr Kirby White yang ikut mendirikan Gowns for Doctors, sebuah organisasi yang membuat jubah medis yang dapat dicuci dan digunakan kembali sehingga memungkinkan para pekerja medis garis depan di Victoria, Australia, untuk terus menemui pasien selama pandemi.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved