Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Catatan Willy Kumurur

Prancis vs Jerman, Metafora Para Legenda

Perancis kemungkinan besar menurunkan tiga penyerang yang menakutkan yaitu Kylian Mbappe, Antoine Griezmann dan Karim Benzema.

handover
Willy Kumurur, pemerhati bola. Bermukim di Bogor, Jawa Barat. Alumni Fakultas Kedokteran Unsrat Manado. P 

Oleh: Willy Kumurur
Penikmat bola, tinggal di Bogor. Alumni Fakultas Kedokteran Unsrat Manado

ULRICH KROTZ, PROFESSOR DAN DOSEN hubungan internasional dan politik dunia di Universitas Cornell, Oxford dan Harvard, bersama Minda de Gunzburg menulis sebuah paper berjudul Social Content of the International Sphere: Symbols and Meaning in Franco-German Relations.

Ia menulis bahwa hubungan Perancis dan Jerman mengatasi sejarah penderitaan (“Persaingan Berabad-abad”).

Penjelasan yang paling penting dan sering dikutip tentang nilai intrinsik dari hubungan Perancis-Jerman yang baik dan bermanfaat didasarkan pada tujuan sosial bersama. 

Tentang kebutuhan untuk “mengatasi sejarah” perang, konflik, dan kekejaman – untuk mengesampingkan apa yang “pernah memisahkan mereka selama berabad-abad,” seperti yang Adenauer katakan dalam memoarnya.

“Tiga perang dahsyat yang telah diperjuangkan Perancis dan Jerman dalam waktu kurang dari delapan puluh tahun harus menjadi titik akhir dari sejarah penderitaan dan penderitaan.”

Jika perang dan konflik kedua negara telah lama berakhir, kancah “pertempuran” di lapangan bola tak pernah berakhir.

Stadion Ullevi, Gothenburg – Swedia pada hari Sabtu, 28 June 1958, adalah panggung pertempuran Perancis kontra Jerman Barat di Piala Dunia 1958.

Laga itu adalah play-off perebutan tempat ketiga. Ujung tombak legendaris dan paling tajam tim Perancis, Just Fontaine, memeteraikan namanya dalam buku sejarah Piala Dunia sebagai pencetak gol terbanyak dalam satu turnamen sampai saat itu.

Ia membombardir gawang Jerman dengan empat gol sekaligus!

Quat-trick tersebut memastikan Fontaine bertengger di urutan teratas daftar topskor dengan torehan 13 gol. (Rekornya itu di kemudian hari tumbang].

Dua gol lainnya dari Les Blues - Perancis dilesakkan oleh Raymond Kopa serta Yvon Douis.

Sementara tiga gol Jerman dibuat oleh Hans Cieslarczyk, Helmut Rahn, serta Hans Schafer.

Jerman kalah 3-6 dan pulang kampung tanpa piala. Itulah kemenangan terakhir Perancis atas Jerman.

Lima puluh delapan tahun lamanya Perancis berada dalam “kutukan”.

Selama kurun waktu itu Perancis tak pernah sanggup mengalahkan Jerman di gelanggang sepakbola di ajang manapun.

Sampai akhirnya di tahun 2016, di pentas EURO 2016, Perancis menghadapi Jerman di semifinal EURO 2016 di Stadion Velodrome di Marseille – Perancis.

Saat itu, Jerman adalah Juara Piala Dunia 2014. Les Blues memecah kutukan Jerman dengan dua gol Antoine Griezmann yang menghajar Jerman sekaligus memulangkan mereka.

Namun sekarang, di EURO 2020, masih di babak penyisihan mereka harus saling hajar di grup “neraka”.

Meski Perancis kalah dari Portugal di final EURO 2016, sekarang ini Perancis berstatus Juara Piala Dunia 2018. Pelatih Jerman, Joachim Löew, masih ingat betul tatkala tim asuhannya mesti tersingkir di awal Piala Dunia 2018 di Russia.

Dalam sejarah sepakbola Jerman, Piala Dunia Rusia 2018 adalah Piala Dunia paling kelam, karena belum apa-apa sudah harus pulang.

Tiga tahun setelah bencana di Rusia itu, Löew amat berharap barisan pertahanan Jerman yang itdak terlalu kuat akan dapat bertahan mengatasi Perancis yang kemungkinan besar menurunkan tiga penyerang yang menakutkan yaitu Kylian Mbappe, Antoine Griezmann dan Karim Benzema.

"Jika kami ingin mencapai sesuatu, kami harus melalui neraka dan harus mampu menderita. Kami akan memberikan segalanya," ujar Löew.

Ini kali terakhir ia menangani Jerman. Usai EURO 2020, Löew akan diganti oleh Hansi Flick, mantan pelatih sukses Bayern Muenchen.

Didier Deschamps, pelatih Perancis, amat optimis dengan pasukannya.

"Dengan status sebagai juara dunia, otomatis kami jadi favorit, dengan tambahan pengalaman tiga tahun. Saya punya lini serang yang sangat potensial. Tapi bukan cuma itu," tutur Deschamps.

Der Panzer Jerman adalah tim spesialis turnamen.

Pada suatu hari, legenda Inggris Gary Lineker, pernah berujar, “Sepakbola adalah permainan sederhana dari 22 orang yang mengejar bola selama 90 menit; dan di akhir cerita, Jerman lah yang akan menang.”

Jika kita bisa bermetafora bahwa dinihari nanti, Allianz Arena, Muenchen – Jerman akan menjadi kancah “perang” antara juara Piala Dunia 2014 dan Piala Dunia 2018, legenda-legenda bola.

“Sepak bola adalah metafora kehidupan,” ujar filsuf Perancis, Jean-Paul Sartre.****

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved