Uskup Rolly Gelorakan Semangat Beato Juan Alonso di Paroki Kokoleh
Saat itu misionaris asal Belanda tidak bisa masuk ke Indonesia. Karena itu, pada tahun 1962, dikirim misionaris MSC Spanyol datang ke Minahasa.
Penulis: maximus conterius | Editor: maximus conterius
MANADO, TRIBUNMANADO.CO.ID - Beatifikasi Pastor Juan Alonso MSC dan kawan-kawan di Guatemala juga dirayakan dalam misa syukur di Paroki Fransiskus de Sales Kokoleh, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Minggu (2/5/2021).
Orang kudus ini pernah bertugas di Paroki Kokoleh pada Mei 1963 sampai November 1965.
Uskup Keuskupan Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC menjadi selebran utama dalam perayaan misa itu.
Ia ditemani Pastor Paroki Kokoleh Pastor Youtje Palit, Pastor Jimmy Toreh dan Pastor Berty Tijow MSC.
Uskup dalam khotbahnya mengatakan pada hari ini mereka merayakan Ekaristi. Mereka bersyukur bersama umat kristiani seluruh dunia.
Minggu Paskah kelima ini melanjutkan ucapan syukur iman ini. Itu untuk mengungkapkan iman akan kebangkitan bukan hanya dirayakan 2000 tahun lalu.
Iman akan kebangkitan itu diungkapkan dalam kesaksian dalam keluarga dan masyarakat.
Uskup Rolly mengajak semua bersyukur atas beatifikasi Pastor Juan Alonso MSC bersama dua imam lain dan 7 katekis awam.
Mereka sebelumnya sudah dibeatifikasi di Quiche, Guatemala, pada 23 April.
Keuskupan Manado, khususnya Paroki Kokoleh, bersyukur karena sifat Gereja yang universal.
Syukuran atas adanya orang kudus tetap dirayakan walau umat tidak mengenalnya secara langsung. Itu seperti perayaan orang kudus yang tertera dalam kalender Gereja.
Apalagi, Beato Juan Alonso adalah bagian hidup orang beriman di Keuskupan Manado juga di Paroki Kokoleh.
Kedatangannya ke Indonesia tak lepas dari konflik pemerintah Indonesia dengan Belanda soal Papua.
Saat itu misionaris asal Belanda tidak bisa masuk ke Indonesia. Karena itu, pada tahun 1962, dikirim misionaris MSC Spanyol datang ke Minahasa.
Mereka adalah Pastor Alonso, Pastor Yunoy dan Pastor Felix.
Ada juga misionaris asal Irlandia yang dikirim ke Maluku. Sementara ke Purwokerto, dikirim misionaris dari Brazil.
Pastor Alonso bertugas dua tahun di Kokoleh lalu kembali ke Guatemala. Sebelumnya, ia sudah tiga tahun bertugas di Guatemala.
Kehidupannya di Guatemala bukan hanya memperhatikan kehidupan rohani umat.
Pastor Alonso dan kawan-kawan memperjuangkan hak asasi rakyat yang mayoritasnya umat yang dalam keadaan sulit.
Saat itu Guatemala dipimpin pemerintah militer yang memerintah dengan tangan besi. Mereka tak segan mengorbankan rakyat.
Pastor Juan Alonso tidak takut bahkan meminta tempat yang paling sulit dan ditakuti.
Maka, tanggal 15 Februari 1981, ia dan yang membantunya ditembak dan dibuang bersama sepeda motor ke jurang. Pastor Juan Alonso ditembak tiga kali.
Pastor Juan Alonso memberi diri seutuhnya seperti Yesus. Ini sesuai dengan bacaan kedua seperti yang dikatakan Santo Paulus.
"Apa yang memisahkan kita dari cinta Tuhan?" kata Uskup.
Itulah yang memberanikan Pastor Juan Alonso melayani walau penuh risiko. Pastor Alonso menjadi demikian karena ada di tengah umat.
Orang kudus ini dibentuk oleh keluarga juga umat Paroki Kokoleh. Pastor Alonso mengikuti Injil, mengikuti perintah Allah untuk saling mengasihi.
Perintah itu membuatnya memberikan diri sampai habis. Cinta kasih itu yang menguatkan.
Uskup meminta agar teladan Pastor Juan Alonso menjadi teladan dalam tugas sehari-hari.
Apalagi figur ini juga mewarnai umat Keuskupan Manado teristimewa umat Paroki Kokoleh. (*)
Baca juga: Kelompok MIT Poso Ali Kalora Bunuh Dua Warga Kalemago Selasa (11/04/21), Korban Dibunuh Secara Sadis
Baca juga: Penumpang MRT saat Idul Fitri Wajib Pakai Masker, Jaga Jarak dan Tidak Bicara Selama di Perjalanan
Baca juga: Satu Lagi, Korban Tersengat Listrik di Kampung Deahe Sitaro, Meninggal Dunia