KKB Papua
Kebijakan Soeharto di Masa Lalu Picu Terbentuknya KKB Papua, Peristiwa Tragis Rakyat Papua Pecah
KKB Papua terpicu melawan NKRI dianggap karena kebijakan Soeharto. Amarah KKB Papua kembali setelah merasa dipinggirkan.
Pandangan jika mereka tidak berbudaya inilah yang menyebabkan rasa takut tumbuh di dalam diri penduduk asli Papua.
“Akibatnya, banyak masyarakat Papua merasa terpinggirkan oleh meningkatnya jumlah pendatang tersebut,” tulis Warta dalam “Perkembangan Masalah Agama di Papua: Sengketa Antaragama dan Pencegahan Konflik” termuat di kumpulan tulisan Kegalauan Identitas:
Agama, Etnisitas dan Kewarganegaraan pada masa Pasca Orde Baru suntingan Martin Ramsted.
"Ketakutan menjadi minoritas di tanah sendiri ini lah yang secara wajar memicu nasionalisme Papua.”
Suku Amungme tidak bisa lagi melihat tempat tinggal mereka dihancurkan oleh proyek kapitalis tersebut,
yang mereka anggap layaknya pencuri menjarah kediaman orang lain tanpa izin.
Freeport menjanjikan kompensasi fasilitas sosial kepada suku Amungme seperti sekolah,
pasar, dan perumahan, tapi kesepakatan gagal karena pemerintah daerah salah mengurusnya.
Rumah-rumah yang dibangun pun mengikuti gaya rumah Jawa lengkap dengan kebudayaan Jawa.
Akibatnya pada tahun 1977 memuncaklah amarah suku Amungme dan enam suku lain yang berubah menjadi perlawanan terbuka.
Konflik dimulai dengan suku asli memotong pipa penyalur bijih tembaga, membakar gudang, dan melepaskan kran tangki persediaan bahan bakar milik Freeport.
Kejadian ini pun terdengar sampai Jakarta, dan Soeharto segera mengerahkan TNI yang saat itu bernama ABRI untuk menertibkan keadaan.
“Kebun dan rumah-rumah dihancurkan, sejumlah orang dibantai. Pemerintah mengumumkan jumlah orang yang meninggal di Tembagapura sebanyak 900 orang.
Para saksi lapangan memperkirakan dua kali lipatnya,” tulis Harsutejo dalam Kamus Kejahatan Orba.
Mereka yang berhasil melarikan diri memilih tinggal di hutan sekitar Lembah Tsinga selama tiga tahun.
Mereka pun dipandang pengacau dan kelompok separatis seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Sampai saat ini rasa tidak ingin jadi minoritas inilah yang sebabkan tumbuh rasa nasionalisme di rakyat Papua yang menyebabkan mereka ingin merdeka dari Indonesia.
Sejarah Berdirinya KKB Papua/OPM
Awal mula Organisasi Papua Merdeka (OPM) hingga bagaimana sejarah terbentuknya.
Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah istilah umum bagi gerakan prokemerdekaan Papua yang dipicu atas sikap pemerintah Indonesia sejak tahun 1963.
Menurut peneliti kajian Papua di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), gerakan pro-kemerdekaan Papua merupakan imbas dari perlakuan tidak adil yang diterima masyarakat Papua dari pemerintah Indonesia yang dianggap represif.
Perlawanan OPM secara bersenjata dilakukan pertama kali di Manokrawi pada 26 Juli 1965, dikutip dari BBC Indonesia.
Sedangkan dari laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) berjudul The Current Status of The Papuan Pro-Independence Movement yang diterbitkan 24 Agustus 2015 menyebut organisasi ini 'terdiri dari faksi yang saling bersaing'.
Faksi ini terdiri dari tiga elemen: kelompok bersenjata, masing-masing memiliki kontrol teritori yang berbeda: Timika, dataran tinggi dan pantai utara;
kelompok yang melakukan demonstrasi dan protes; dan sekelompok kecil pemimpin yang berbasis di luar negeri -seperti di Pasifik,
Eropa dan AS- yang mencoba untuk meningkatkan kesadaran tentang isu Papua dan membangkitkan dukungan internasional untuk kemerdekaan.
Tentara Pertahanan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM), yang juga disebut sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Kelompok Separatis Bersenjata (KSB).
Tokoh masyarakat Papua, Michael Menufandu, mengatakan ada perbedaan antara KKB dengan KSB, dilansir dari Warta Kota.
Sedangkan istilah KSB sering kali digunakan oleh TNI.
Sebagian besar OPM bersenjata, bermarkas di Papua, tetapi ada juga yang tinggal di pedalaman dan di perbatasan Papua Nugini.
Laporan IPAC menyebut, pada mulanya terdapat tiga komando sayap militer OPM atau KKB.
Goliath Tabuni, yang berbasis di Tingginambut, kabupaten Puncak Jaya, dipandang yang paling kuat dengan cakupan teritorial yang paling luas, meliputi Puncak, Paniai dan Mimika.
Puron Wenda, yang berbasis di Lanny Jaya memisahkan diri dari Goliath sekitar tahun 2010.
Pada Mei 2015, kelompoknya menyatakan "perang total revolusioner" dan mengklaim kelompok Goliat dan yang lainnya berada di bawah komandonya, tetapi tidak ada bukti yang mendukung ini.
Sementara itu, Richard Hans Yoweni berbasis di Papua New Guinea, namun memiliki pengaruh kuat di sepanjang Pantai Utara.
Lalu muncul Kelly Kwalik sebagai pimpinan OPM di Mimika.
Kelompok Kelly Kwalik pernah menyandera 26 anggota Ekspedisi Lorentz 95 yang beranggotakan warga Indonesia maupun internasional.
(Intisari/BBC Indonesia)
Tautan:
https://intisari.grid.id/read/032684638/tak-ingin-jadi-minoritas-di-tanah-sendiri-inilah-rasa-takut-yang-jadi-cikal-bakal-berdirinya-kelompok-militan-kkb-papua-langkah-soeharto-redamkan-pemberontakan-?page=all