Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Wisata Kuliner di Kota Tomohon

FOTO Sawua Kolintang Café n Resto Hadir di Tomohon, Tawarkan Wisata Kuliner berpadu Budaya Minahasa

Lokasi wisata kuliner ini menyajikan seluk beluk kolintang, alat musik tradisional Minahasa, sembari pengunjung bersantai atau bersantap.

Istimewa
Sawua Kolintang Café n Resto di Walian Satu, Tomohon Selatan, Kota Tomohon. 

Kedua, ritual Tumutung U Solo, yaitu pemimpin ritual menyalakan obor dan menyerahkannya kepada pemilik rumah.

Ruang Sawua Kolintang Café n Resto.
Ruang Sawua Kolintang Café n Resto. (Istimewa)

Pemimpin ritual dan pemilik rumah kemudian bersama-sama berjalan mengelilingi halaman rumah sebanyak sembilan kali.

Ketiga adalah ritual Morai, yakni berbagai ucapan doa oleh pemimpin ritual.

Setelah tiga ritual pada tahap Foso Sumolo ini, kemudian digelar Rzumani U A'asaren Sumolo atau nyanyian Mazani memasuki rumah yang baru

Setelah itu, dilakukan Mahmeya'an atau makan dan minum beralaskan daun.

Fasilitas yang disediakan dalam wilyah RBN Wale Mazani, Walian Satu, Tomohon Selatan, Kota Tomohon.
Fasilitas yang disediakan dalam wilyah RBN Wale Mazani, Walian Satu, Tomohon Selatan, Kota Tomohon. (Istimewa)

Keseluruhan prosesi adat Ohlorz Sumolo ini dilakukan dengan menggunakan bahasa asli Minahasa yaitu bahasa Tombulu.

Di dalam kawasan Sawua Kolintang Café n Resto, pengunjung akan diperkenalkan tentang alat musik kolintang, nama dan istilah dalam bahasa Tombulu.

Di tempat dengan bangunan tradisional – sebagian besar berbahan dasar bambu dan kayu – pengunjung duduk dengan meja yang tak lain adalah alat musik kolintang.

Selain memesan makan dan minum, pengunjung juga dapat melihat pembuatan kolintang atau bahkan memesan/membeli.

Galeri seni di RBN Wale Mazani Tomohon.
Galeri seni di RBN Wale Mazani Tomohon. (Istimewa)

Tak hanya Sawua Kolintang Café n Resto, ada banyak fasiltas lainnya di RBN Wale Mazani Tomohon.

Ada homestay atau tempat menginap dengan sebutan “Lawi Kakasean”.

Lalu resto n café yang disebut Pahkanenan wo Pahwangkeran.

Selain itu Wale Pahtateran atau aula, Pasong Pahwera’an atau ampiteater, serta Wale Pahturu’an Wo Pemawa’an atau gedung diklat.

Pengunjung juga dapat melihat budidaya kayu kolintang atau Pahtaneman Kai Kolintang, workshop kolintang, serta monumen, museum, dan galeri. (*)

Baca juga: Sosok Pencetus Skala Richter, Berawal Dari California, Ini Rician Ukuran Kekuatan Gempa

Baca juga: Kecolongan Emas 1,9 Kilogram, KPK Kini Perketat Pengelolaan Barang Bukti

Baca juga: Potret PSK Bule Asal Uzbekistan Digrebek Polisi, Tarifnya Per Malam Lumayan

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved