Iran Lawan Amerika
Iran Ternyata Berencana Serang Pangkalan Militer di Washington DC dan Bunuh Jenderal Wakil KSAD
Dua pejabat senior intelijen AS mengungkapkan bahwa Iran mengancam akan menargetkan pangkalan militer Fort McNair dekat Washington DC
TRIBUNMANADO.CO.ID - Iran ternyata berencana menyerang tentara Amerika Serikat dan membunuh Jenderal Angkatan Darat AS.
Diketahui, Iran masih dendam atas kematian Jenderal Qassem Soleimani di Baghdad pada Januari 2020 lalu.
Serangan itu diperintahkan oleh mantan Presiden Donald Trump.
Baru-baru ini, Iran dikabarkan telah merencanakan serangan terhadap pangkalan militer AS.
Dua pejabat senior intelijen AS mengungkapkan bahwa Iran mengancam akan menargetkan pangkalan militer Fort McNair dekat Washington DC dan wakil kepala staf Angkatan Darat Jenderal Joseph M Martin.
Dia tinggal di dalam kompleks Fort McNair.
Melansir Express.co.uk, Minggu (21/3/2021), mereka mengatakan komunikasi yang dicegat oleh Badan Keamanan Nasional pada bulan Januari menunjukkan bahwa Pengawal Revolusi Iran membahas pemasangan "serangan gaya USS Cole" terhadap pangkalan itu.
(FOTO: senjata Iran yang digunakan untuk hancurkan pangkalan militer AS di Irak, cukup diangkut dengan truk (The Drive)
Ini mengacu pada serangan bunuh diri Oktober 2000 di mana sebuah perahu kecil berhenti di samping kapal perusak Angkatan Laut di pelabuhan Aden Yaman dan meledak.
Serangan itu menewaskan 17 pelaut.
Obrolan yang disadap itu terjadi di antara anggota Pasukan Quds elit Pengawal Revolusi Iran dan berpusat pada opsi militer potensial untuk membalas pembunuhan mantan pemimpin Quds, Jenderal Qassem Soleimani, di Baghdad pada Januari 2020, kata dua pejabat intelijen.
Komandan militer Teheran dilaporkan tidak puas dengan serangan balik yang mereka lakukan.
Khususnya pada serangan rudal balistik di pangkalan udara Ain al-Asad di Irak pada hari-hari setelah pembunuhan Soleimani.
Tidak ada anggota dinas AS yang tewas dalam serangan itu, tetapi puluhan menderita gegar otak.
Intelijen juga mengungkapkan ancaman untuk membunuh Jenderal Joseph M. Martin.