Berita Manado
Kisah Peperangan Suci dan Tercemar di Tubuh Pecandu Narkoba. Sembuh Setelah Dengar Suara Tuhan
Kurangnya pengawasan dan pemotongan anggaran untuk Covid 19 membuat penegakan hukum kasus narkoba tak maju. Malah mundur.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Alpen Martinus
Seminggu ia berhenti dan berhasil. Ia coba lagi untuk tidak mengonsumsi narkoba selama sebulan.
Sayang banyak bobolnya. "Penyebabnya klasik, dalam diri pengguna, ada rasa ingin mencoba lagi, apalagi bila ketemu dengan sesama pengguna," ujarnya.
Tahun 1999, Mike pernah bertekad berhenti total, namun gagal.
Sebulan lebih tak bisa tidur, ia lantas menyerah. Tiga tahun kemudian, ia mencoba lagi dan berhasil.
Sebelum "hari penentuan" itu, ia giat memotivasi diri.
Ponselnya dimatikan, agar tidak lagi bisa berhubungan dengan sesama pengguna.
Dari berbagai cara yang bisa ditempuh, Mike memilih 'pasang badan'.
"Saya pilih tidak ke dokter atau tempat rehabilitasi, saya mau atasi sendiri," sebutnya.
"Hari penentuan" itu baru berjalan beberapa jam, Mike sudah merasakan kesakitan pada sekujur tubuhnya.
Ingin makan, tapi tak bisa. Tidur pun demikian. Derita bertambah dengan adanya diare.
Setiap detik adalah peperangan antara dirinya yang "tercemar" dan dirinya yang "suci". "Lima hari saya bertempur melawan diri sendiri," ujarnya.
Pada hari keenam, sakit berkurang. Hari ketujuh, ia menang.
Meski menang, tapi suara-suara agar dirinya kembali mengonsumsi narkoba tak mau kalah.
Mike menguatkan diri dengan banyak berdoa dan masuk gereja.
Seorang konselor rohani setia mendampinginya selama masa peralihan itu.