Berita Manado
Kisah Peperangan Suci dan Tercemar di Tubuh Pecandu Narkoba. Sembuh Setelah Dengar Suara Tuhan
Kurangnya pengawasan dan pemotongan anggaran untuk Covid 19 membuat penegakan hukum kasus narkoba tak maju. Malah mundur.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Alpen Martinus
Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID- Covid 19 melanda, memorakporandakan segala sendi kehidupan manusia. Namun narkoba tetaplah musuh utama. Covid bisa habis dengan vaksinasi. Tapi Narkoba sulit tamat.
Di masa Covid 19, penggunaan narkoba cenderung meningkat.
Kurangnya pengawasan dan pemotongan anggaran untuk Covid 19 membuat penegakan hukum kasus narkoba tak maju.
Malah mundur.
Ketua Gerakan Anti Narkoba (Granat) Sulut Billy Johannis membeber bahaya narkoba. "Sekali terjerat akan sulit keluar," kata dia kepada Tribun Manado Rabu (17/2/2021) di Pemkot Manado.
Billy menyodorkan seorang pecandu narkoba yang beroleh mujizat bisa sembuh dari barang laknat tersebut.
Ia adalah seorang pria bernama sebut saja Mike. Mike ingat betul dengan masa mudanya yang terbiasa dengan narkotika.
Sejak kelas satu SMP, ia sudah mengenal ganja. "Saya adalah pemakai ganja sejak masih bersekolah di salah satu SMP di Manado," katanya kepada TribunManado.co.id, beberapa waktu lalu.
Waktu itu, gampang saja bagi seseorang untuk beroleh barang haram itu. Dari apotek hingga seles obat, Mike kecil memperoleh ganja.
Selain ganja, barang yang ngetop waktu itu adalah Dumolit, Mogadon serta Morfin.
Mike yang berasal dari keluarga berada, membayar Rp 20 ribu untuk seboks ganja dan morfin.
"Sangat mudah memperoleh barang-barang itu," kata pria yang kini tinggal di Manado bagian selatan.
Ia kenal barang itu dari teman sekelasnya.Waktu itu, aturan belum seketat saat ini.
Para siswa biasa memakai ganja di pinggir jalan tanpa diciduk. Kebiasaan itu berlanjut di SMA.
Karena mudah didapat, ganja menyebar cepat. Di kalangan siswa terbentuk komunitas pengguna ganja.
Bergaul dengan sesama pengguna, Mike sulit lepaskan diri dari kebiasaan itu.