OPINI
Sinyo Harry Sarundajang, Sang Flamboyan yang Cerdik. Terima Kasih atas Jasamu, Selamat Jalan!
Figur yang flamboyan. Ya seperti pohon flamboyan, yaitu pohon pelindung yang rindang. Tapi pohon itu pun berbunga semarak. Gemerlapan! Megah.
Oleh: Andre Vincent Wenas
Figur yang flamboyan.
Ya seperti pohon flamboyan, yaitu pohon pelindung yang rindang. Tapi pohon itu pun berbunga semarak. Gemerlapan! Megah.
Begitulah Sinyo Harry Sarundajang, seorang politisi yang sangat tajam instingnya. Selalu tampil necis, wangi dan tersenyum. Piawai dalam membangun komunikasi, sambil matanya – seperti elang – tetap tajam menatap …ke segala arah.
Dari mana dan mau kemana angin politik berhembus mampu ia baca dengan bijak. Dan layar pun segera ia atur, menyesuaikan, agar kapalnya tetap laju. Luar biasa memang. Salut!

Dua periode sebagai Gubernur Sulawesi Utara, ia yang pertama dipilih langsung oleh rakyat Sulut.
Setelah meniti karir panjang birokrasi – boleh dibilang ia mulai dari bawah – sampailah ia ke pucuk kursi pimpinan di provinsi. Banyak obituari yang sudah ditulis tentang perjalanan karirnya.
Ia yang tahu betul seluk-beluknya, nyanda ada lawang do eh! Guru besar dunia persilatan birokrasi pemerintahan dan politik, so dia itu…
Sewaktu ditawari ikut dalam konvensi calon presiden dari Partai Demokrat, ia pun ikut serta. Saat itu – tahun 2013 – kabarnya ia sempat bilang bahwa kalau ia yang jadi calon presiden, maka cawapresnya adalah Joko Widodo. Hmm…
Sementara menjabat sebagai Dubes RI untuk Filipina merangkap Kepulauan Marshall dan Palau ia wafat – Sabtu, 13 Februari 2021 jam 00.30 – dengan meninggalkan banyak sekali kenangan, legacy.
Dan tentu saja legacy seorang SHS (begitu ia biasa disebut dengan akronimnya) amatlah pekat mewarnai Sulawesi Utara, wanua (kampung halaman) yang amat dicintainya.
Baca juga: SOSOK Prof Dr dr Toar Jean Maurice Lalisang SpB(K)BD, Guru Besar UI Asal Kawanua Kelahiran Belanda
Baca juga: Masih Ingat Kak Seto? Mantan Ketua Komnas Anak, Didiagnosis Kanker Prostat, Ini Kabar Terbarunya
Tak hanya Sulut, legacy-nya pun terbaca dalam jejak-jejaknya di tingkat nasional, bahkan internasional.
Gegara kiprahnya di Maluku, ia sempat dijuluki Panglima Laskar Jihad Maluku dan Malaikat Kecil. Lalu warga negara Indonesia yang disandera Abu Sayaf di Filipina pun dilepas lantaran diplomasi SHS yang memang jago blusukan.
Perjalanan karir dan kiprahnya di berbagai bidang bisa ditelurusi dengan mudah. Terlalu banyak untuk diulangi lagi disini.
Wawasannya yang menerobos batas primordial telah menempatkan dirinya menjadi tokoh nasional yang boleh dibilang unik. Multi-talenta dan multi-dimensional. Seorang Tonaas sejati.