Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
5 Fakta Penyebab Pesawat Sriwijaya Air Jatuh, Mesin Mati Satu, KNKT Sebut Harusnya Tak Apa
Berikut lima fakta penyebab pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di sekitar Kepulauan Seribu, Jakarta, pada 9 Januari 2021.
Penulis: Alexander Pattyranie | Editor: Alexander Pattyranie
"Lalu kenapa kalau autothrottle-nya saja pesawatnya bisa roll dan pitch down? Kembali ini kita juga mencari jawabannya," tuturnya.
Autothrottle pada pesawat, kata Nurcahyo, sebenarnya bukan komponen yang penting.
Namun, ia kembali menegaskan, bahwa pihaknya masih mencari jawaban terkait mengapa pesawat mengalami roll.
"Autothrottle sendiri bukan suatu komponen yang signifikan, yang mandatory, sehingga diizinkan rusak untuk 10 hari," katanya.
"Mengapa tidak te-recover, kenapa pesawatnya menjadi roll, ini yang kita juga belum tahu," lanjutnya.
5. Cockpit Voice Recorder Harapan Terakhir
Untuk mengetahui percakapan pilot saat insiden terjadi, cockpit voice recorder (CVR) harus ditemukan.
"Mudah-mudahan kita bisa tahu jawabannya kalau CVR ditemukan," kata Nurcahyo.
Namun, pihaknya telah menandai posisi koordinat yang diduga menjadi lokasi CVR.
Tanda tersebut berupa garis di bawah laut sebanyak lima kotak.
"Posisi koordinat CVR sudah kami tengarai, mengacu pada ditemukannya FDR juga elektronik modul atau casing dari CVR dan FDR," ungkap Nurcahyo, dilansir Tribunnews.
"Kami sudah membuat garis di bawah laut, sebanyak lima kotak."
"Dugaan kami CVR tertimbun lumpur, penyelam akan menggali wilayah yang telah dikotakkan," imbuh dia.
Nurcahyo menambahkan pihaknya telak menggunakan alat peniup lumpur untuk memudahkan proses pencarian CVR.
Ia pun berharap semoga CVR segera ditemukan agar bisa diketahui percakapan antara pilot dan kopilot di dalam kokpit.
"Kemarin sudah kita tiup pagi, saat sorenya sudah kembali tertimbun lumpur sungai."
"Mudah-mudahan di waktu tidak terlalu lama bisa kita temukan," tandasnya.
Kronologi SJ-182 lepas landas hingga hilang dari radar dan akhirnya jatuh :
14.36 WIB - Sriwijaya Air SJ-192 lepas landas dari runway 25 Bandara Soekarno-Hatta untuk bertolak ke Bandara Supadio, Pontianak.
Pesawat lalu melewati ketinggian 1.700 kaki dan diinstruksikan naik ke ketinggian 29.000 kaki, mengikuti standar alur keberangkatan.
14.38 WIB - SJ-182 melewat ketinggian 7.900 kaki dan meminta arah 075 derajat pada ATC karena alasan cuaca.
ATC lalu menginstruksikan SJ-182 naik ke ketinggian 11.000 kaki karena pada ketinggian yang sama, ada pesawat Air Asia yang juga terbang menuju Pontianak.
14.39 WIB - Pesawat berada di ketinggian 10.600 kaki, lalu diinstruksikan agar naik ke ketinggian 13.000 kaki.
SJ-182 merespons instruksi tersebut.
Tiba-tiba pesawat terpantau belok ke arah kiri atau barat laut.
Padahal seharusnya pesawat belok ke kanan di posisi 075 derajat.
14.40 WIB - Pihak ATC mengonfirmasi arah Sriwijaya Air SJ-182 namun tak direspons.
SJ-182 hilang dari radar dan ATC mencoba memanggil pilot pesawat, kembali tak direspons.
Pesawat jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
(Tribunmanado.co.id/Alfa Pattyranie/Kompas.com/Fitria Chusna Farisa/Tribunnews.com/Pravitri Retno W, Gilang Putra, Kompas.com/Ardito Ramadhan)
BERITA PILIHAN EDITOR :
• Kakek dan Nenek Diamuk Massa Nyaris Tewas, Dituding Jadi Dukun Santet, Rumah Dibakar Rata Tanah
• Ungkapan Ibunda Angel Sepang: Dihina Orang Kami Hanya Pasrah
• Kiwil Janji Serahkan Semua Hartanya, Rohimah: Enaklah, Rumahnya Atas Nama Gue
TONTON JUGA :
Sumber 1 :
Penulis : Fitria Chusna Farisa
Editor : Bayu Galih
Sumber 2 :
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah