Pesawat Sriwijaya Air Jatuh
5 Fakta Penyebab Pesawat Sriwijaya Air Jatuh, Mesin Mati Satu, KNKT Sebut Harusnya Tak Apa
Berikut lima fakta penyebab pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di sekitar Kepulauan Seribu, Jakarta, pada 9 Januari 2021.
Penulis: Alexander Pattyranie | Editor: Alexander Pattyranie
Foto : Ketua KNKT Nurcahyo Utomo, Wakil Ketua KNKT Haryo Satmiko dan Koordinator Air Safety Investigation KNKT Oni Soerjo Wibowo saat jumpa pers soal kelayakan terbang pesawat Lion Air PK-LQP, di Jakarta, Kamis (29/11/2018). (TRIBUNNEWS/RIA ANASTASIA)
Nurcahyo menjelaskan, masalah pada pesawat Boeing 737-500 itu bermula saat mencapai ketinggian 8.150 kaki.
"Pada ketinggian 8.150 kaki, throttle atau tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri bergerak mundur, kata Nurcahyo.
"Tenaga mesin atau putaran mesin juga ikut berkurang, sedangkan mesin sebelah kanan tetap," tuturnya.
Pada pukul 14.38.51 WIB, karena kondisi cuaca, pilot kemudian meminta kepada Pengatur Lalu Lintas Udara (ATC) untuk berbelok ke arah 075 derajat.
Saat itu, ATC memberikan izin.
ATC juga memperkirakan perubahan itu akan menyebabkan pesawat SJ 182 akan bertemu pesawat lain, yang berangkat dari bandara yang sama di Bandara Soekarno-Hatta, dengan tujuan yang sama, yaitu Pontianak.
"Maka, SJ 182 diminta berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki," kata Nurcahyo.
Pada pukul 14.39.47 WIB, pesawat mulai berbelok ke kiri saat melewati ketinggian 10.600 kaki dan berada di 046 derajat.
"Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri bergerak mundur, atau throttle kiri bergerak mundur, yang kanan tetap," kata Nurcahyo.
ATC kemudian memberi instruksi untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki. Pilot sempat menjawabnya pada pukul 14.39.59 WIB.
"Ini adalah komunikasi terakhir yang terekam di rekaman komunikasi pilot di ATC Bandara Soekarno-Hatta," kata Nurcahyo.
FDR kemudian merekam bahwa pesawat Sriwijaya Air SJ 182 mencapai ketinggian tertinggi 10.900 kaki pada pukul 14.40.05 WIB.
3. Autopilot Tidak Aktif
"Setelah ketinggian ini pesawat mulai turun, autopilot tidak aktif atau disengage, arah pesawat pada saat itu adalah 016 derajat," kata Nurcahyo.