Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Info BMKG

Cuaca Ekstrim di Manado dan Sekitarnya Karena La Nina

Menurut Ricky Daniel Aror Koordinator Bidang Observasi dan Informasi, BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Bitung, La Nina masih kuat.

Tribun Manado/Fernando Lumowa
Ilustrasi cuaca ekstrem yang mengakibatkan terjadinya bencana banjir di Kota Manado. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), stasiun Meteorologi Maritim Bitung melansir penyebab cuaca ekstrem di Sulawesi Utara, Jumat (22/1/2021).

Menurut Ricky Daniel Aror Koordinator Bidang Observasi dan Informasi, BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Bitung, La Nina masih kuat.

“Karena suhu permukaan laut di barat pasifik masih menunjukan anomali positif yang kuat,” kata Ricky Jumat (22/1/2021 malam.

Ia menjelaskan, massa udara yang membawa banyak uap air bergerak dari timur laut dengan kecepatan angin lumayan kencang. 

Hal ini mengakibatkan terjadinya penumpukan massa udara yang cenderung hanya di pesisir semenanjung Sulawesi Utara yang menyerupai sendok (cekung).

Baca juga: Jet Tempur Su-57 Rusia Diklaim bisa Bunuh F-35 Amerika Serikat, Duel Satu Lawan Satu

Baca juga: Terungkap Sudah Apa Penyebab Stefan William dan Celine Evangelista Pisah Rumah

Baca juga: Kakek Koswara Sekolahkan 6 Anak Hingga Sarjana Hasil Kelola Bioskop, Menangis Digugat Anak Rp 3 M

"Sehingga memicu juga pertumbuhan awan-awan orografi,"

Hal ini mengakibatkan terjadinya hujan terutama terjadi di Pulau Sulawesi di sisi Utara dan Barat. 

Sementara di isi timur, tenggara dan selatan Sulawesi cenderung cerah.

Ricky menjelaskan, berdasarkan data-data yang ada, beberapa hari ke depan diperkirakan cuaca akan berangsur-angsur kondusif.

Namun ia mengingatkan agar masyarakat tetap harus selalu waspada.

"Mengingat kita masih berada pada musim hujan sehingga cuaca yang terlihat kondusif pun bisa berubah menjadi ekstrem," terangnya.

“Selalu kami imbau agar tetap terus waspada terhadap bencana-bencana hidrometeorologi yang bisa terjadi seperti banjir dan tanah longsor, jangan terpengaruh dengan berita bohong (hoax),” tambahnya lagi.

Terakhir, dirinya mengimbau agar masyarakat tidak mudah termakan informasi hoax soal cuaca ekstrem.

"Carilah informasi ke Instansi/Lembaga resmi Pemerintah seperti BMKG yang bisa diakses melalui website, aplikasi InfoBMKG, atau halaman Facebook BMKG Sulawesi Utara," ujar Ricky. (crz)

Baca juga: Pantas Tak Ada Kasus Covid di Desanya, Ternyata Suku Baduy Terapkan Aturan ini untuk Warganya

Baca juga: Lantamal VIII Kerahkan Satgas Banjir Bantu Warga di Beberapa Tempat di Kota Manado

Baca juga: Bacaan Alkitab Nasihat Berjaga-jaga, 1 Tesalonika 5: 1-22: Hari Tuhan Datang Seperti Pencuri

Apa itu La Nina?

Mengutip pemberitaan Kompas.com, Minggu (4/10/2020), Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Indra Gustari menjelaskan, La Nina secara umum dapat dikatakan sebagai fenomena iklim yang berlawanan dengan El Nino atau fenomena iklim pemanasan atau kemarau panjang.

"Jika peristiwa El Niño dikaitkan dengan pemanasan di Pasifik tropis bagian tengah dan timur. Sedangkan, kejadian La Niña adalah kebalikannya," ujar Indra saat dihubungi Kompas.com, Minggu (4/10/2020).

Dengan demikian, yang terjadi pada fenomena La Nina adalah pendinginan yang tidak biasa di mana anomali suhunya melebihi minus 0,5 derajat celcius di area yang sama dengan El Nino.

La Nina merupakan anomali sistem global yang cukup sering terjadi dengan periode ulang berkisar antara dua sampai tujuh tahun.

Kejadian La Nina terjadi saat Samudera Pasifik dan atmosfer di atasnya berubah dari keadaan netral (normal) pada periode waktu dua bulan atau lebih.

Perubahan di Samudera Pasifik dan atmosfer yang ada di atasnya ini terjadi dalam siklus yang dikenal dengan sebutan ENSO (El Nino – Southern Oscillation).

Saat itu, atmosfer dan lautan saling berinteraksi, memperkuat satu sama lain, dan menciptakan putaran yang saling mengamplifikasi (memperkuat) perubahan kecil di lautan.

Jika kopel (couple) antara lautan dan atmosfer sudah sepenuhnya terjadi maka ENSO dikatakan telah terbentuk.

Proses munculnya La Nina

Mekanisme terbentuknya La Nina berawal saat Angin Passat (trade wind), kolam air laut yang hangat dapat mencapai lebih jauh ke Pasifik barat, termasuk. Sehingga Perairan Indonesia lebih hangat dari biasanya.

Adapun Samudera Pasifik bagian tengah akan lebih dingin dari biasanya dan termoklin akan lebih dangkal di timur.

Akibatnya, air laut lebih dingin dari level bawah naik ke permukaan sebagai penguatan upwelling.

"Konveksi dan pembentukan awan menguat di wilayah Indonesia, seiring dengan sirkulasi Walker juga menguat," kata Indra.

Dampak La Nina

Dampak utama dari fenomena La Nina ke cuaca atau iklim di Indonesia yakni timbulnya peningkatan curah hujan.

Akan tetapi, kondisi topografi di Indonesia yang berbeda-beda maka dampak La Nina di Indonesia pun tidak seragam di seluruh wilayah.

"Berdasarkan kajian ilmiah dari histori kejadian-keadian sebelumnya, dampak La Niña berupa peningkatan curah hujan terjadi terutama di bagian tengah dan timur wilayah Indonesia," kata Indra.

Untuk itu, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap dampak ikutan dari curah hujan tinggi yaitu bencana hidrometeorologis seperti banjir dan longsor.

Beberapa hal yang dapat dilakukan masyarakat misalnya, dengan melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Di antaranya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih.

Sebagian artikel ini dikutip dari link ini: https://nasional.kompas.com/read/2020/10/11/14552641/apa-itu-fenomena-la-nina-yang-bisa-berdampak-bencana-di-indonesia?page=all

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved