Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Rembuk Nasional Aktivis

RNA 98: Stop Narasi Polisi Langgar HAM, Jangan Biarkan Preman Pakai Jubah Keyakinan Tertentu

Narasi menyudutkan kepolisian yang sengaja dibangun saat ini diminta Rembuk Nasional Aktivis (RNA) 98 harus dicermati

Editor: Aswin_Lumintang
Istimewa
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran didampingi Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurrachman menunjukkan barang bukti senjata api yang digunakan sekelompok orang diduga pengikut Habib Rizieq untuk menyerang polisi, Senin (7/12/2020). 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Narasi menyudutkan kepolisian yang sengaja dibangun saat ini diminta Rembuk Nasional Aktivis (RNA) 98 harus dicermati dengan baik oleh publik. RNA meminta semua pihak mendukung kepolisian bersikap tegas.

Rembuk Nasional Aktivis (RNA) 98 menyoroti soal insiden penembakan pengawal Habib Rizieq Shihab (HRS) oleh kepolisian.

Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran.
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran. ((KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO))

RNA 98 sendiri mendukung apa yang dilakukan oleh polisi pada peristiwa Senin dini hari itu.

"Namun, stigma yang muncul saat ini seolah-olah aparat bertindak di luar kewenangannya, secara terus menerus dan dari berbagai pihak. Padahal, polisi memiliki SOP dalam melakukan penembakan. Sekarang kita balik, bagaimana kalau mereka (pendukung FPI) yang menembak duluan? Apa kita mesti menunggu hal itu terjadi dulu baru yakin mereka bawa senjata," kata Ketum RNA Sayed Junaidi Rizaldi, dalam keterangan yang diterima, Selasa (8/12/2020).

Dia berharap masyarakat lebih cermat menilai kondisi yang terjadi sebenarnya, dan tidak menelan mentah-mentah narasi yang diciptakan, terutama untuk menyudutkan pihak kepolisian.

"Menurut saya, terlalu kasar dan bodoh jika peristiwa tol Cikampek itu merupakan tindakan yang sengaja dan represif, apalagi  negara yang dikelola oleh pemerintah yang sah secara konstitusional. Polisi maupun TNI yang memang sudah tugas utamanya memberikan keamanan, kenyamanan bagi masyarakat," kata Sayed.

Sayed memahami persoalan hak asasi manusia memang mesti diutamakan.

Baca juga: Mengapa WhatsApp Tak Populer di Kampung Halamannya Sendiri? Ini Alasannya

Baca juga: Rincian Sebaran Covid-19 di Indonesia Selasa 8 Desember: DKI Catat 1.194 Kasus Baru & 1.189 Sembuh

Baca juga: Hari Pencoblosan, Masyarakat Bisa Laporkan Pelanggaran Protokol Kesehatan di TPS

"Namun bukan berarti ada preman yang memakai jubah keyakinan tertentu, harus kita biarkan berkeliaran. Stop juga bagi oknum yang cerdas cerdas di negeri ini melakukan pembohongan rekayasa dan analisis yang ngawur terhadapa peristiwa tersebut, yang kemudian bisa memunculkan opini dan narasi yang menyudutkan pihak kepolisian," sambungnya.

Dirinya meminta publik mengingat saat penyambutan HRS di Bandara Soekarno-Hatta pada beberapa waktu lalu, yang menurutnya sangat mengganggu fasilitas umum dan kepentingan orang banyak.

"Tidak ada tindakan dari aparat untuk menertibkan, dan saat itu negara dibilang lamban dan dianggap membiarkan," katanya.

Kemudian, ketika peristiwa penembakan tersebut ramai di publik, Sayed menyayangkan saat itulah ada juga yang menilai negara dan kepolisian dianggap salah dan melanggar HAM.

"Saya melihat ada skenario dan narasi yang sedang dimainkan untuk membuat negara tidak berdaya dan lemah sehingga jadi alasan untuk kudeta dan mendirikan Negara yang anti pada Pancasila," pungkasnya.

Sebelumnya, DPP FPI benarkan adanya insiden bentrok antara anggota Polri dengan 10 Laskar Pengawal Imam Besar Habib Rizieq (IB HRS) di Tol Jakarta-Cikampek Km 50 Senin (7/12/2020) dini hari. 

Berbeda dari keterangan polisi yang menyebut diserang Laskar Pengawal IB HRS, FPI justru menyebut rombongannya adalah pihak yang diserang. 

Atas insiden bentrok tersebut, FPI mengklaim enam orang Laskar Pengawal Imam Besar Habib Rizieq Shihab diculik.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) FPI Ahmad Shabri Lubis dalam keterangannya, Senin (7/12/2020).

"Bahwa benar ada peristiwa penghadangan, penembakan terhadap rombongan IB HRS dan keluarga serta penculikan terhadap 6 orang laskar pengawal IB," ucap dia.

Sementara, pihak kepolisian mengatakan enam orang yang disebut sebagai pengikut Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Habib Rizieq (MRS) tewas ditembak.

Baca juga: Hari Pencoblosan, Masyarakat Bisa Laporkan Pelanggaran Protokol Kesehatan di TPS

Baca juga: Polisi Temukan 5 Hektar Lahan Ditanami 17.500 Batang Ganja, Capai Lokasi Jalan Kaki Selama 3,5 Jam

Mereka ditembak lantaran sebelumnya melakukan penyerangan kepada polisi dengan senjata api dan senjata tajam. 

"Ketika anggota Polda Metro Jaya mengikuti kendaraan yang diduga pengikut MRS, kendaraan petugas dipepet, lalu kemudian diserang dengan menggunakan senjata api dan senjata tajam," ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran, di Polda Metro Jaya, Jakarta.

Fadil mengatakan penyerangan kepada  kepada anggota kepolisian itu terjadi di ruas Tol Jakarta-Cikampek KM 50.

Dia menjelaskan bahwa polisi yang diserang tengah melakukan penyelidikan terkait adanya informasi pengerahan massa akibat adanya agenda pemeriksaan kepada Muhammad Rizieq Shihab (MRS) yang dijadwalkan berlangsung hari ini, Senin (7/12/2020), pukul 10.00 WIB.

Penulis: Reza Deni
Editor: Johnson Simanjuntak

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved