Sejarah
Sejarah Partai Masyumi, Awal Mula Terbentuknya di Masa Jepang hingga Dibubarkan Oleh Soekarno
Masyumi dihidupkan kembali oleh Cholil Ridwan yang malang melintang di Dewan Dakwah Ismaliyah Indonesia (DII).
Awalnya Masyumi bukan partai, melainkan organisasi Islam.
Jepang merestui organisasi ini berdiri karena dianggap bisa membantu Jepang untuk berperang.
Namun, restu dari Jepang itu tidak selaras dengan yang mereka kehendaki.
Para pendiri Masyumi, yang terdiri atas KH Wachid Hasyim, Mohammad Natsir, Kartosoewirjo, dan lainnya, justru menghendaki organisasi ini dapat menghadirkan semangat Islam untuk berperang merebut kemerdekaan.
Waktu itu, Kartosoewirjo bukan pendatang baru.
Sebelum terpilih sebagai Komisaris Jawa Barat merangkap Sekretaris I Masyumi, ia sudah aktif dalam Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI).
Cikal bakal Masyumi
MIAI adalah salah satu organisasi cikal bakal Masyumi.
Bersama kawan-kawannya, atas izin Aseha-residen Jepang di Bandung, ia mendirikan cabang MIAI di lima kabupaten di Priangan.
Kartosoewirjo cukup dekat dengan Jepang.
Dalam Soeara MIAI, ia menulis betapa ajaran Islam akan berkembang bila umatnya ikut membangun dunia bersama "keluarga Asia Timur Raya".
Beberapa tahun setelah Proklamasi, dalam Pedoman Dharma Bhakti, ia menjelaskan strategi kerja sama ini terbukti efektif.
"Masyumi dan MIAI, keduanya buatan Jepang, dengan perantaraan agen para kiai ala Tokyo, sebenarnya kamp konsentrasi. Namun akhirnya menjadi pendorong dan daya kekuatan yang hebat (dalam pergerakan Indonesia," tulisnya.
Atas usul Kartosoewirjo pula, Wachid Hasyim, Natsir dan anggota lainnya, pada 7 November 1945 di Yogyakarta, menyatakan Masyumi sebagai partai politik.
Hubungan Masyumi dengan Soekarno