Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

Sejarah Partai Masyumi, Awal Mula Terbentuknya di Masa Jepang hingga Dibubarkan Oleh Soekarno

Masyumi dihidupkan kembali oleh Cholil Ridwan yang malang melintang di Dewan Dakwah Ismaliyah Indonesia (DII).

Editor: Rizali Posumah
ISTIMEWA
Logo Partai Masyumi. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia yang disingkat Masyumi kembali dideklarasikan pada tanggal 7 November 2020. 

Partai ini pernah dibubarkan Presiden Soekarno bersama Partai Sosialis Indonesia (PSI).

Masyumi dihidupkan kembali oleh Cholil Ridwan yang malang melintang di Dewan Dakwah Ismaliyah Indonesia (DII).

Sebelumnya, penggunaan Masyumi untuk menamai partai politik pernah muncul pada 1999.

Bahkan, saat pemilu pertama di era reformasi tersebut diikuti oleh dua partai yang menggunakan nama Masyumi yakni Partai Masyumi dan Partai Masyumi Baru.

Namun selepas Pemilu 1999, kedua partai tersebut tak pernah muncul lagi hingga Pemilu 2019.

Cholil sendiri selaku Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Partai Islam Ideologis (BPU-PPII) mengajak politisi senior Amien Rais bergabung bersama Partai Masyumi Reborn yang baru saja dideklarasikan.

Permintaan itu disampaikan secara terbuka dalam forum tasyakuran milad ke-75 sekaligus deklarasi Partai Masyumi, Sabtu (7/11/2020).

Cholil juga menyinggung seandainya Persaudaraan 212 dan Rizieq Shihab bergabung dengan Masyumi.

"Insya Allah tidak akan ada satu kekuatan parpol yang bisa mengalahkan Masyumi di masa yang akan datang. Partai Komunis gaya baru akan pingsan kalau mendengar Partai Masyumi bergabung dengan Partai Ummat, didukung PA 212, FPI, " tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Cholil pun mengajak Ustadz Abdul Somad (UAS) ikut bergabung. Dia berharap, UAS bisa menjadi anggota Majelis Syuro.

Lantas, bagaimana perjalanan partai politik ini, dari terbentuk hingga bubar?

Awal mula terbentuknya Masyumi

Masyumi dibentuk pada 24 Oktober 1943. Masyumi lahir ketika Jepang sedang terseret kemelut Perang Pasifik.

Hal itu sebagaimana yang dicatat Gungun Karya Adilaga dalam buku "Simpul Sejarah: Mengikat Makna Perjuangan Umat Islam Bangsa Indonesia".

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved