Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu Tribun Manado

Tonaas Soetiadji Yudho Ratulangi: Temuan Boseke Menyingkap Pendatang Awal di Nusantara

cocok dengan aura hidup orang Minahasa yang selalu optimis walau sangat peka dengan kesedihan dan kesenduan

Editor: David_Kusuma
Istimewa
Talk Show Sejarah dan Budaya Penguasa Dinasti Han Leluhur Minahasa 

Dan beberapa tahun kemudian sekitar tahun 2010, Wely mulai intensif meneliti, berjalan ke mana-mana, baik secara langsung mendatangi daerah-daerah di Tiongkok, di Jepang, Korea, termasuk di Minahasa sendiri...

Karena di sudah tinggal di Jakarta. Wely juga memasuki pelbagai informasi melalui pelbagai buku tentang negeri Tiongkok dan Minahasa itu sendiri.

"Saya senang sekali, wah buku pak Weliam ini sungguh membuat saya bersemangat dan seolah apa yang saya duga-duga dulu itu menemukan jawabannya. Dan karena itu saat mendapatkan buku ini dari Pak Noufry beberapa minggu lalu, saya langsung baca habis dalam dua malam. Dan langsung minta komunitas Kawanua Surabaya untuk adakan pertemuan dan persiapkan seminar tentang buku itu, kalau perlu hadirkan penulisnya di Surabaya."

Karena protokol Covid-19, maka langkah pertama adalah membuat Webinar. Seminar melalui zoom ini diminati banyak orang, dan ini adalah webinar buku ini Pertama kali diadakan atas inisiatif Tou kawanua Surabaya, karena sudah dua tahun vakum, setelah sempat ramai dua tahun lalu beberapa kalangan kampus, pemerintah, dan organisasi kekawanuaan membahas ini di offline maupun di medsos sejak diterbitkan publik pada akhir tahun 2017, dan awal tahun 2018.

Dan sejak membaca dan meyakini logika dan kebenaran temuan ini, Tonaas Yudho mengikuti lebih dekat pro kontra buku ini, termasuk mempromosilan buku ini kepada sahabat kenalan, termasuk pak Dahlan Iskan.

Karena pemahamanya yang komprehensif atas seluk beluk buku istimewa ini, dia pun berani menilai intelektual dan komentator mana yang sungguh memahami dan salah kaprah dengan temuan dan penjelasan dalam buku dan diskusi yang diadakan.

Baca juga: Seratus Satlinmas di Kotamobagu Dilatih Soal Penanggulangan Bencana 

Besok pagi sampai siang akan diadakan seminar secara offline di Hotel Noval milik Pak Yudho ini. Jamuan makan malam di sebuah restoran Thailand minggu malam ini adalah bagian dari proses menghormati temuan besar ini. Sambil menikmati makanan, pembicaraan terkait Minahasa dan Han ini terus berlangsung secara Informal dan penuh keakraban.

Banyak hal menarik terungkap dari tonaas yang duduk didampingi oleh penulis dan promotor dan berhadapan dengan ketua KKK, penerbit dan editor buku ini.

"Buku ini menjadi perekat kita seikeh/pendatang baru dan saudara sedarah yang sudah lebih dulu datang sejak abad ketiga di Minahasa. Ini mengingatkan saya dengan info dari Pak Mantiri yang mengatkan bahwa dia adalah keturunan ke-40 dari Lumimuut Toar. Nah kalau dihitung ini masih relatif dekat dengan abad ketiga Masehi dari abad ke 21 sekarang ini, yakni sekitar 1700-1800 tahun. Ayah saya sendiri baru datang ke Indonesia pada tahun 1950-an, dan kita masih punya kontak dengan keluarga papa di sana, tapi ibu saya berasal dari leluhur yang tak bisa dilacak lagi keluarganya di daratan besar itu."

Ya, sesungguhnya penduduk Indonesia berasal dari dataran besar Asia itu sendiri yang mayoritas adalah penduduk Han. Pelbagai teori migrasi sudah menegaskan itu. Dari segi bahasa juga, ditemukan bahwa ada 4.000 kata sama dalam bahasa-bahasa rumpun Austronesia dengan bahasa Sino-Tibetan.

Nah kalau bahasa Minahasa ditemukan ada banyak bahasa Austronesia adalah masuk akal juga, akan tetapi temuan Boseke lebih jauh lagi membuktikan bahwa bahasa asli leluhur Minahasa adalah bahasa Han.

Baca juga: Kenaikan Harga Produk Turunan Kelapa Dorong Kinerja Ekspor Sulut

Bahasa Austronesia, Sansekerta, Melayu, Jawa, dan Eropa adalah serapan yang kemudian mempengaruhi bahasa asli Minahasa itu. Dan ini menjadi sulit dilacak karena penggunaan format tulisan dan terlebih bunyi multisilabel yang masif dipelajari dan digunakan sejak zaman kolonial yang memperkenalkan bahasa multisilbel Latin melalui dunia pendidikan formal dan menjadi bahasa resmi pemerintahan, sosial politik, ekonomi dan perdagangan antar suku dan bangsa waktu itu yang makin luas dan intens sampai zaman perjuangan kebangsaan sampai zaman kemerdekaan dan ditetapkannya bajasa Indonesia sebagai bahasa resmi.

Semua bahasa serapan itu dengan gampang ditemukan dan dipilah-pilah karena Boseke sudah menemukan bahasa asli dari para leluhur Minahasa yang sejak awal berbahasa Han, bahasa yang berasal dari peradaban agung yang bersifat etik, karena penuh dengan penjelasan-penjelasan yang sangat bermakna dibandingkan arti yangg sangat praktis dan terkesan sederhana apa adanya sekarang ini.

Terimakasih, Tonaas Yudho atas penegasan dan penjelasan bagaimana memahami buku Boseke ini dan implikasinya bagi rekonstruksi hubungan kekeluargaan dan ikatan persaudaraan di tanah nusantara ini, yang telah menjadi negara bangsa sendiri yakni Indonesia raya yang menyadari dan mengakui keberagaman dalam semangat kesatuan dan persatuan.

Taruma kase laker
Tamber wangko
Xie xie

Baca juga: Remaja Tewas Tersambar Petir, Sahabatnya yang Melihat Kejadian Itu Menangis dan Peluk Erat Korban

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved