ODSK
5 Gagasan Politik Olly Dondokambey dan Steven Kandouw
Debat politik publik adalah ukuran-ukuran diskursus dan narasi pikiran atau gagasan-gagasan politik dari tiap kontestan.
Penulis Reiner Emyot Ointoe, Korbid Komunikasi Politik Cendekiawan Intelektual Tim Kampanye Olly Steven
TRIBUNMANADO.CO.ID - "Politics is a spectrum of the possibilities of power. It defines relations among humans and the purposes they pursue"(Melissa Lane, 2014).
Debat politik publik adalah ukuran-ukuran diskursus dan narasi pikiran atau gagasan-gagasan politik dari tiap kontestan.
Debat itu dengan sendirinya mencerminkan isi kepala tiap kontestan. Jadi, debat politik di publik bukanlah dagelan atau "stand up comedy" yang bisa menimpa para kandidat.
Baca juga: Jawab Kerinduan Warga, Olly Dondokambey Kunjungi Pulau Gangga Pakai Helikopter
Seiring Pilkada makin memasuki tahap-tahap akhir kampanye, segala retorika itu akan menjadi rujukan dan ukuran publik untuk menilai sejauh apa para kandidat unjuk isi kepala bukan sekadar pengulangan visi-misi sebagai teks yang telah dipersiapkan.

Sejatinya, isi kepala kandidat yang bakal dipilih kepala daerah menjadi personifikasi yang secara kolektif mewakili harapan, impian, cita-cita yang akan terwujud.
Apalagi jika kandidat itu petahana. Mereka tinggal menegaskan kembali capaian-capaian yang sudah, sedang berlangsung dan dilanjutkan.
Karna itu, para kandidat petahana lebih mudah dinilai dengan indikator hasil dari isi kepalanya selama ini.
Berikut 5 gagasan politik (political ideas) petahana Gubernur dan Wakil Gubernur:
1. VIRTUE (Politik Jalan Keselamatan)
Setelah terpilih jadi gubernur Sulut(2015-2020) bersama Steven Kandouw, Olly Dondokambey(OD) menulis sebuah buku dengan tajuk "Politik Sebagai Jalan Keselamatan"(2016).
Apa yang tertuang dalam buku itu menyiratkan bahwa politik hanya sarana bagaimana menunaikan "amar"(amanah rakyat) dalam segala aspek. Ukuran-ukuran itu "amar" itu setelah terpilih tentu dengan mudah ditagih dan dievaluasi.
Dengan kata lain, narasi "jalan keselamatan itu"(virtue) merupakan moralitas pembangunan yang dalam ilmu kebijakan publik dikenal sebagai "creating capacities." Atau, yang umum dikenal sebagai "capacity building."
Baca juga: Laskar OD BOS Bergerak Menangkan Olly Dondokambey- Steven Kandouw, Bagi Ribuan Masker
2. CITIZENSHIP (Politik Kewargaan)
Demokrasi multi partai yang kita anut dewasa ini cukup membingungkan warga politik lapis bawah.
Pada masa Orde Baru, mayoritas warga politik yang dikenal sebagai wong cilik dimanfaatkan oleh rezim Orba dengan melakukan massa mengambang (floating mass) yang mudah dikendalikan kalau tidak dicuri hak-hak politik lewat sistem politik otoriter.
Era kepemimpinan Olly Steven dengan kekuatan dan sumber daya politik yang dimiliki tentu bisa memanfaatkan bahkan memanipulasi hak-hak kewargaan (citizenship) politik.
Namun faktanya, hak kewargaan politik itu secara leluasa dibiarkan sebagai bentuk dan ekspresi kebebasan berpolitik.
Seperti apa itu? Mari kita tengok sejenak bagaimana bagaimana hak-hak kewargaan politik dilakukan melalui keterwakilan tiap-tiap partai politik pengusung baik mandiri maupun koalisi.
Sebagai partai pengusung kandidat, PDIP secara mandiri bisa mengusung calonnya tanpa harus berkoalisi.
Tapi, justru itu tidak dilakukan karna Olly Steven mahfum dengan hakikat politik kewargaan sebagai substansi demokrasi.
Selain itu, dalam koalisi PDIP(Olly Steven) tidak memaksakan koalisi dengan partainya harus satu garis (linear).
Misalnya, PPP ikut mengusung Cagub dan Cawagub Sulut (Olly Steven).
Tapi, di Pilwako, dukungan PPP ke koalisi Nasdem justru tidak linear ke Andrea Angouw Richard Sualang. Demikian juga, PKB yang mengusung calon Partai Demokrat MOR-HJP.
Meski memang membingungkan warga pemilih, kewargaan politik yang tidak "seiman" secara garis lurus(linear) menjadi cermin bagaimana Olly Steven memaknai politik kewargaan sebagai bumbu penyedap sajian pesta demokrasi Pilkada.
3. SOVEREIGNITY (Kedaulatan)
Praktek sejati politik kewargaan yang diberlakukan oleh nilai-nilai politik(political values) Olly Steven, dengan begitu menunjukkan bagaimana hikmat kedaulatan kontestan politik atau ekspresi politik kewargaan itu berproses.
Kedaulatan sebagai salah satu elemen kebebasan(freedom) setiap warga politik merupakan pengejawantahan hak-hak publik(common public) dalam ajang demokrasi.
Tanpa kedaulatan, baik individu maupun secara kolektif, partisipasi politik hanya akan jadi benalu demokrasi yang akan merugikan suasana harmoni politik kewargaan.
4. COSMOPOLITANISM
Yang paling menonjol dari gagasan politik Olly Steven adalah pengelolaan potensi buruk politik identitas yang sedang dikencangkan isu-isunya berbagai narasi dan wacana yang beredar di medsos atau rumors yang menjadi komsumsi publik dari beranda rumah hingga kedai kopi.
Sebagai contoh bagaimana pencalonan Andrea Angouw dari kalangan minoritas (dengan 1% populasi politik kewargaannya) telah disuguhkan oleh OD sebagai percerminanan bagaimana kepemimpinannya bisa meramu gagasan kosmopolitanisme (kewargaan semesta politik) ke dalam arus besar populisme politik identitas (lokal, naasional dan regional).
Dengan kalkulasi yang matang atas semua dinamika politik lokal( OD kandidat) hingga nasional(sebagai Bendum PDIP yang harus mengurusi amunisi seluruh kandidat 273 Pilkada dari partainya), kosmopolitanisme merupakan keniscayaan sejarah politik lokal(Sulut) yang sedang ditunaikan oleh Olly Steven.
Betapa gagasan kait-mengait seluruh infrastruktur dan suprastruktur politik -- dari Pilkada serentak hingga Pilpres Amerika -- merupakan pencerminan bagaimana kosmopolitanisme itu sebagai pentas demokrasi itu sedang berlangsung. Bahkan hingga pada pentas teater Pingkan Matindah yang dituduh sedang mengunduh politik rasisme.
5. POLITICAL BUDGETING
Pada suatu debat Pilpres, Presiden terpilih 2019 Ir. Joko Widodo dari PDIP dan koalisinya pernah mengutarakan bagaimana mengurus negara di tingkat lokal(provinsi, kabupaten,kota) di era otonomi dengan kebijakan politik anggaran(ABPN hingga APBD).
Untuk urusan politik anggaran(political budgeting), khususnya OD sebagai kandidat tak diragukan lagi. Pengalamannya ketika di Badan Anggaran(Banggar) DPR RI bahkan memecahkan rekor sebagai Bendahara Umum PDIP tiga periode merupakan bentuk kepercayaan publik(parpol) atas personalitas menguasai kalkulasi anggaran negara bagi publik.
Bagi seluruh publik pemilih, gagasan politik Olly Steven ini bukan lagi narasi atau wacana yang teoritis. Kelima gagasan ini merupakan wujud dari keunggulan Olly Steven sebagai Cagub dan Cawagup Sulut Maju 2020-2023 dalam kontestasi yang paripurna.
Seperti sergah Oma Carla di Tanjung Batu: "Kita Olly Steven. Nyak pake-pake doi biar mo paket. Lia jo dong da beking." (Opini)