Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu Tribun Manado

Misteri Kata ‘Terima Kasih’ dalam Bahasa ne Makatana Minahasa

Kata terima kasih asli Minahasa masih bisa dilacak dalam kalimat ini: SESE KO TOLE A NAI, makairangenokan.

tribun manado
Suasana Pengucapan Syukur Kota Manado, Minggu (9/9/2018). 

Oleh:
Stefi Rengkuan

Anggota Presidium Iska
Wakil Bendahara PIKG
Anggota Pengurus Pusat Ikal STFSP

SALAH satu hal "un puuna ne Mahasa, tahlous wendu, wo sinaput wo kinakelewan wo rimbengbeng" (JGF Riedel) adalah misteri kata "TERIMA KASIH" yang seolah tidak ada dalam konsep berbudaya lebih khusus berbahasa Minahasa.

Apakah terungkap dengan "tarumakase laker"? Ada yang bilang lebih pas "makapulu sama", ada yang lain?

Sepertinya pengaruh Melayu dan Sansekerta lebih menonjol daripada bahasa aslinya?

"Tamber wangko", "makapulu leos"? Lebe asli stow kang.

Bagaimana tou Minahasa?

Apapun itu, jangan-jangan ini salah satu hasil pengamatan Riedel Jr di atas tentang "asal mula orang Minahasa yang berbeban, terbungkus, tertutup, dan gelap" itu. Etnograf kelahiran Minahasa, anak seorang pendeta asal Belanda yang bernama JF Riedel yang berkarya di Tondano Minahasa.

Apakah benar memang leluhur Minahasa tak mengenal konsep etik terima kasih dalam interaksi kehidupan sehari-hari secara horisontal dan vertikal?

Kita mendapat bantuan dan jawabannya antara lain dengan pakai pendekatan terbaru, dari perspektif monosilabel menurut Weliam H Boseke yang menyimpulkan bahwa bahasa Minahasa adalah bahasa Han sendiri karena memang leluhur Minahasa berasal dari sana sejak abad ketiga Masehi, yakni penyingkiran bocah-bocah istana dari perang tiga negara, dengan pengawasan veteran perang dan para pengikutnya.

Kita tahu banyak yang belum paham tentang pendekatan baru ini tapi menurut peneliti dan ahli etnomusikologi (antropologi khusus) banyak temuan bahasa Minahasa yang berhenti di istilah "dolong" dan bahkan hilang alias tak bisa dijelaskan lagi oleh ahli bahasa dan tua-tua adat.

Tapi ternyata bisa dijelaskan dari pendekatan ini, bahkan sudah mencapai seribuan kata dan fonem pembandingan ditemukan kesamaan Minahasa dan Han. (Bedakan bahasa Han kuno dengan Mandarin sekarang yang sudah lebih modern sejak revolusi kebudayaan 1950an!).

Menurut Weliam H Boseke, kata terima kasih asli Minahasa masih bisa dilacak dalam kalimat ini: SESE KO TOLE A NAI, makairangenokan = Berterima kasihlah, hai bocah, jangan beking malo.

Tetapi karena perkembangan dan pengaruh bahasa luar, maka tinggal kata singkat saja dan sudah menjadi lain bahkan tabobale alias terbalik. Sese = beking malo, atau hal yang memalukan.

Ini baru satu contoh saja. Jangan anggap sudah benar kalau cuma satu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved