Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Rodrigo Duterte

Dulu Mendekat ke China, Kini Presiden Duterte Kritik Keras Kelakuan Tiongkok di Sidang Umum PBB

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte untuk pertama kalinya kritik China soal Laut China Selatan dalam pidato

Editor: Aldi Ponge
MANAN VATSYAYANA / AFP
Presiden Filipina Rodrigo Duterte. 

 Vietnam, Filipina, Malaysia, Taiwan dan Indonesia juga memiliki klaim atas perairan tersebut.

Klaim sembilan garis putus-putus ilegal

Beijing mendasarkan klaimnya pada apa yang disebut sembilan garis putus-putus, penggambaran samar-samar dari peta yang berasal dari 1940-an, yang dinyatakan ilegal dalam keputusan 2016 di Den Haag.

Pengadilan memutuskan bahwa Filipina memiliki hak eksklusif atas sumber daya dalam jarak 370,4 kilometer (200 mil laut) dari pantainya.

Dalam beberapa bulan terakhir, ketegangan telah meningkat ketika beberapa kekuatan dunia, termasuk Amerika Serikat dan India, telah mengirim kapal perang dan kapal angkatan laut lainnya, untuk berpatroli di laut yang disengketakan dalam upaya untuk menegakkan keputusan Den Haag dan menegaskan kebebasan navigasi.

Update Virus Corona 24 September 2020 di 31 Provinsi Indonesia, DKI Jakarta Tertinggi

Dalam pidatonya pada Rabu, Duterte mengatakan bahwa dia menyambut "meningkatnya jumlah negara bagian yang mendukung keputusan Den Haag, dan apa yang diperjuangkannya, kemenangan alasan atas keterdesakan, hukum atas kekacauan, persahabatan atas ambisi".

"Ini, sebagaimanan mestinya menjadi, keagungan hukum," ucapnya.

Dalam sebuah pernyataan kepada Al Jazeera dan kangtor berita lainnya, pensiunan Hakim Agung Filipina Antonio T Carpio, seorang kritikus utama kebijakan Laut China Selatan Duterte, menyambut baik pernyataan presiden itu sebagai "membesarkan hati".

“Saya sangat berharap bahwa ini adalah kebijakan yang akan diterapkan oleh pemerintahan Duterte di semua tingkatan, dalam perlindungan zona ekonomi eksklusif kami di Laut Filipina Barat, dalam negosiasi Kode Etik, dan dalam mengumpulkan dukungan dari dunia komunitas internasional untuk penegakan putusan arbitrase," ujarnya.

Mantan Menteri Luar Negeri Filipina, Albert del Rosario mengatakan bahwa dengan pernyataannya, Duterte telah membuktikan bahwa dia "sama sekali tidak kebal, tetapi mendengarkan keinginan rakyatnya".

"Dengan meminta putusan arbitrase (keputusan Den Haag), presiden telah bertindak lebih setia pada konstitusi kami, yang mengamanatkan dia dan militer kami untuk mengamankan kedaulatan negara kami dan melindungi tanah dan laut kami," ujar Albert del Rosario.

 Duterte juga menggunakan pidatonya untuk menyampaikan kecaman atas "perang obat bius" yang dia mulai galakan segera setelah menjabat.

Dia menuduh "kelompok kepentingan" mencoba "mempersenjatai" masalah hak asasi manusia untuk mengkritik kampanye, di mana ribuan orang telah terbunuh.

Kelompok hak asasi manusia telah mendesak PBB untuk melakukan penyelidikan penuh terhadap perang narkoba, menuduh Duterte melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.

"Mereka mencoba untuk mendiskreditkan fungsi lembaga dan mekanisme negara demokratis dan pemerintah yang dipilih secara populer yang dalam 2 tahun terakhir, yang masih menikmati persetujuan dan dukungan luas," kata Duterte.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved