Pengangguran di Indonesia
Ketika Bank Dunia Klaim Satu dari Tujuh Orang di Indonesia adalah Pengangguran
“Terutama di negara-negara seperti China dan Indonesia, satu dari tujuh orang tidak memiliki pekerjaan,” ujar Kepala Ekonom Bank Dunia.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Frandi Piring
TRIBUNMANADO.CO.ID - Bank Dunia mengeklaim bahwa generasi muda di kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP), termasuk salah satunya di Indonesia, masih bergelut dengan tantangan besar dalam upaya mendapatkan pekerjaan secara profesional.
Bank Dunia dalam laporan terbarunya, East Asia and Pacific Economic Update yang dirilis Selasa (7/10/2025), mencatat sebagian besar negara di kawasan EAP, memiliki tingkat ketenagakerjaan tinggi, yakni persentase penduduk usia kerja yang memiliki pekerjaan.
Tapi kondisi tersebut tidak serta-merta menjamin kemudahan bagi generasi muda untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
“Masalahnya adalah kaum muda kesulitan mencari pekerjaan, terutama di negara-negara seperti China dan Indonesia, satu dari tujuh orang tidak memiliki pekerjaan,” ujar Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo, dalam taklimat media di Jakarta seperti dikutip dari Antara.
Bank Dunia juga menyoroti rendahnya produktivitas tenaga kerja (calon pekerja) di kawasan ini.
Selain itu, Bank Dunia mengungkapkan bahwa banyak negara besar di EAP memiliki tingkat ketenagakerjaan di atas rata-rata global, tetapi produktivitasnya masih tertinggal dari standar dunia.
Kondisi ini berdampak langsung pada rendahnya upah dan kualitas hidup pekerja.
Mattoo menyebut, peningkatan produktivitas menjadi kebutuhan mendesak bagi seluruh negara di kawasan.
Produktivitas lebih tinggi berarti upah yang lebih baik dan pekerjaan yang lebih berkualitas.
Akan tetapi bagi generasi muda, peningkatan jumlah lapangan kerja juga sangat penting.
Lembaga keuangan internasional ini menekankan bahwa reformasi untuk menciptakan pekerjaan yang lebih produktif di kawasan Asia Timur dan Pasifik harus berlandaskan pada tiga pilar utama.
Pertama, peningkatan kapasitas manusia melalui perbaikan layanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan, serta penguasaan keterampilan yang relevan dengan teknologi baru.
Kedua, perluasan peluang ekonomi dengan mendorong investasi di sektor infrastruktur, mulai dari transportasi dan energi hingga digital, serta menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi masuknya perusahaan baru dan terbukanya akses terhadap modal swasta.
Ketiga, koordinasi kebijakan yang efektif agar peningkatan kapasitas manusia dan perluasan peluang ekonomi dapat berjalan seiring dan saling mendukung.
“Penciptaan lapangan kerja yang lebih banyak dan lebih baik merupakan inti dari tantangan pembangunan di kawasan ini. Pekerjaan bukan sekadar sumber penghasilan, tetapi juga memberikan martabat, tujuan hidup dan jalan menuju masa depan yang lebih baik bagi individu dan keluarga mereka,” tulis laporan tersebut, dikutip dari Kompas.com, Selasa (7/10).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.