Rodrigo Duterte
Dulu Mendekat ke China, Kini Presiden Duterte Kritik Keras Kelakuan Tiongkok di Sidang Umum PBB
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte untuk pertama kalinya kritik China soal Laut China Selatan dalam pidato
TRIBUNMANADO.CO.ID - Presiden Filipina Rodrigo Duterte makin menjauh dengan Beijing,
Padahal sebelumnya, Rodrigo Duterte sangat mesra dengan Presiden China Xi Jinping.
Rodrigo Duterte kemudian berbalik ke Amerika Serikat.
Filipina mendadak berubah haluan politik menyikapi konflik Laut China Selatan.
Terbaru, Duterte untuk pertama kalinya, mengkritik China di Sidang Umum PBB.
• Dari 4 Gubernur, Komentar Ahok Paling Beda ke Sekda DKI Saefullah, Bandingkan Jokowi sampai Anies
• Daftar Prakerja Gelombang 10 di www.prakerja.go.id, Belum Lolos 3 Kali Bisa Lakukan Langkah Ini?

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte untuk pertama kalinya kritik China soal Laut China Selatan dalam pidato di hadapan Majelis Umum PBB, pada Rabu (23/9/2020).
Ia menekankan kemenangan hukum negaranya di Den Haag dalam sengketa maritim yang sudah lama berlangsung dengan China.
Melansir Al Jazeera pada Rabu (23/9/2020), dalam video yang direkam di Manila, Duterte mengatakan Filipina memiliki hak atas sebagian Laut China Selatan, yang dinyatakan oleh keputusan Den Haag, berada dalam zona ekonomi eksklusif negara itu.
“Penghargaan tersebut sekarang menjadi bagian dari hukum internasional, melampaui kompromi dan di luar jangkauan pemerintah yang lewat untuk mencairkan, mengurangi, atau mengabaikan,” kata Duterte.
• Pria Ini Jual Surat Nikah dan Surat Perjanjian Cerai Soekarno dengan Harga Fantastis lewat Instagram
• Dapat Nomor 1, JGE-VB Harapkan Masyarakat Tomohon Bersatu Untuk Pilkada Damai
"Kami dengan tegas menolak upaya untuk merusaknya," imbuhnya.
Dalam lebih dari 4 tahun masa jabatannya, ini adalah pertama kalinya Duterte berpidato di hadapan badan PBB, yang merayakan ulang tahun ke-75 tahun ini.
Pernyataannya tentang sengketa Laut China Selatan dipandang sebagai yang terkuat sejauh ini, mengingat pernyataan sebelumnya yang meremehkan masalah tersebut sebagai imbalan atas hubungan geopolitik dan ekonomi Manila yang lebih dekat dengan Beijing.
Duterte berada di bawah tekanan yang meningkat di dalam negeri untuk melawan China, setelah sebagian besar mengesampingkan kesepakatan yang buntu dengan China selama bertahun-tahun.
Tekanan dalam negerinya semakin tinggi setelah kapal pukat ikan China menghantam dan menenggelamkan kapal Filipina di perairan yang diperebutkan pada 2019, dan setelah China terus memperluas pulau buatan di dalamnya, yaitu zona ekonomi eksklusif Filipina.
Selama dekade terakhir, China telah membangun instalasi militer di beberapa terumbu dan singkapan yang disengketakan di Laut China Selatan untuk menegaskan klaimnya atas hampir seluruh laut.