Pilkada Ditengah Pandemi
Pilkada Ditengah Pandemi: Kamipun Reaktif !
Konon rapid test adalah metode skrining awal untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona.
Oleh: Hendra S Lumanauw MA
Komisioner KPU Kab. Minahasa Utara
KONON rapid test adalah metode skrining awal untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona. Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila ada paparan virus Corona.
Jika tubuh kita disamakan dengan sistem pertahanan negara, maka tentara dalam tubuh kita bernama sel darah putih.
Tidak semua sel darah putih menjadi tentara yang menyerang. Ada juga yang menjalankan fungsi sebagai mata-mata. Mereka bertugas membuat profil musuh, dalam hal ini profil virus yang akan dilawan. Setelah informasi profil virus terkumpul, akan ada tim khusus yang akan melawan virusnya. Tim khusus ini yang disebut sebagai antibodi. Begitu penjelasan ahli yang saya baca.
Lanjut penjelasan ahli itu, prosedur pemeriksaan rapid test dimulai dengan mengambil sampel darah dari ujung jari yang kemudian diteteskan ke alat rapid test. Hasilnya akan berupa garis yang muncul 10–15 menit setelahnya.
Hasil reaktif pada rapid test menandakan bahwa orang yang diperiksa pernah terinfeksi virus Corona. Meski begitu, orang yang sudah terinfeksi virus Corona dan memiliki virus ini di dalam tubuhnya bisa saja mendapatkan hasil rapid test yang non reaktif karena tubuhnya belum membentuk antibodi terhadap virus Corona.
Oleh karena itu jika hasilnya non reaktif, pemeriksaan rapid test perlu diulang sekali lagi 7-10 hari setelahnya. Anda juga tetap disarankan untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari walaupun tidak mengalami gejala sama sekali dan merasa sehat. Karena apabila hasil rapid test pertama non reaktif, Anda dapat menularkan virus ke orang-orang di sekitar.
Nah, bila hasil rapid test Anda reaktif, jangan panik dulu. Antibodi yang terdeteksi pada rapid test bisa saja merupakan antibodi terhadap virus lain atau coronavirus jenis lain, bukan yang menyebabkan Covid-19 atau SARS-CoV-2.
Jadi, akan langsung dilakukan pengambilan swab untuk tes PCR guna memastikan apakah benar terdapat infeksi SARS-CoV-2. Selama menunggu hasil PCR, Anda harus menjalani isolasi mandiri di rumah selama paling tidak 14 hari. Kurang lebih demikian penjelasan logis ilmiah dari kondisi reaktif dan non reaktif pada hasil rapid test.
KPU siap
Rapid test sebagai salah satu alat indikator pendeteksi corona virus. KPU sebagai lembaga negara penyelenggara Pemilu dan pemilihan menjadikan Perppu No 2 Tahun 2020 sebagai indikator dimulainya helat penyelenggaraan Pemilihan di masa pandemi covid-19 ini.
Bahkan semakin terang lagi, indikator perhelatan setelah Doni Mordano selaku Ketua Gugus Tugas Nasional penanganan covid-19 membalas ‘surat cinta’ KPU RI dengan surat B-196/KAGUGAS/PD.01.02/05/2020 bersifat segera yang berisikan pemberian petunjuk pelaksanaan Pilkada dapat digelar pada bulan Desember 2020 sebagaimana catatan poin waktu dalam Perppu.
KPU RI pun sebagai hierarki tertinggi dari jajarannya, langsung reaktif (baca: tanggap, bereaksi). Menunjukkan tren positif menindaklanjuti amanah Perppu dan rekomendasi Gugus Tugas Nasional. Penyusunan peraturan KPU terkait pemilihan kepala daerag beserta tahapannya pun langsung dipertajam. Bahkan tahapan uji publik terhadap regulasi dibuka jadi bahan pelototan banyak kalangan.
Daerah Menanti
KPU Kabupaten/ Kota menunggu turunnya peraturan KPU. Langkah siap reaktif pun sudah digaungkan. Di kolom etalase media massa, KPU Provinsi Sulawesi Utara selaku komandan di provinsi menyatakan kesiapan menggelar Pilkada di tengah pandemi corona virus. Bak pemantik, roh institusi pun menyatu.
Dengan sendirinya, KPU Kabupaten/ Kota pun bergegas. Gayung bersambut, dalam arahannya, Ketua Divisi SDM KPU Provinsi, Salman Saelangi, meminta KPU Kabupaten/ Kota, para ketua Divisi SDM se-Sulut, mengecek kondisi para tenaga adhoc didalamnya PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) dan PPS (Panitia Pemungutan Suara). Hasilnya, dari pelaporan yang masuk dapat dipastikan maksimal kesiapan penyelenggara. Meski dalam laporan ada satu atau dua personil yang menyatakan mundur dikarekanan halangan tetap, sakit bahkan ada yang meninggal. Itu pun tak banyak.