Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Idul Fitri

Lebaran di Tengah Pandemi, Bersiap Memasuki Normal Baru?

Ada pepatah lama mengatakan 'Yang paling sulit dari merubah prilaku adalah ketika kita merasa tidak ada yang perlu dirubah'

Penulis: Dewangga Ardhiananta | Editor: David_Kusuma
Istimewa
Azmar Rahayu ST MM (Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 GP Ansor Sulawesi Utara) 

Penulis: Azmar Rahayu ST MM (Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 GP Ansor Sulawesi Utara)

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Ada pepatah lama mengatakan "Yang paling sulit dari merubah prilaku adalah ketika kita merasa tidak ada yang perlu dirubah."

Kalimat ini menggambarkan kondisi hari ini betapa masyarakat kita masih banyak yang tidak perduli bahkan cenderung melawan apa yang seharusnya dilakukan secara bersama-sama (pembatasan sosial) demi kebaikan bersama.

Saya melihat ini ibarat sebuah bom waktu yang akan meledak 5 sampai 10 hari ke depan yang artinya puncak Pandemi Covid-19 ini baru akan dimulai pasca Lebaran.

Yang menjadi keresahan saya adalah bahwa saat ini episentrum wabah telah bergeser tidak lagi di Jakarta atau kota-kota besar lainnya namun ke daerah-daerah di berbagai wilayah yang sebagian besar minim (bahkan tidak memiliki) tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang memadai!

Ketika negara-negara lain sudah mulai memperlihatkan kelandaian kurva penyebaran bahkan telah berhasil mengendalikan pandemi sampai di titik 0, Indonesia terus menunjukan kurva positif secara signifikan dari hari ke hari khususnya menjelang lebaran.

Inilah yang menjadi penyebab utama tingginya angka persebaran, kerumunan terjadi di mana-mana. Begitu sulitnya membatasi keinginan masyarakat kita untuk memeriahkan lebaran, begitu sulitnya mengajak masyarakat kita untuk memikirkan akibat dari prilaku tidak disiplin ini terhadap para tenaga medis yang berada di garda terdepan.

Bagaimana jika semua tenaga medis kita benar-benar mengatakan #terserah lalu memilih untuk tidak mau lagi terlibat lebih jauh? Pernahkah kita membayangkan jika sampai terjadi kondisi terburuk seperti itu?

Bonde Minta ASN Patuhi Anjuran Menteri Agama

Walaupun di tengah tidak terkendalinya situasi, saat ini pemerintah kita justru sedang mempersiapkan protokol untuk memulai kehidupan baru "berdampingan" dengan virus Corona.

Sekolah, kantor, pusat-pusat perekonomian dan pusat kegiatan masyarakat lainnya berangsur-angsur akan dibuka kembali, tujuannya adalah untuk relaksasi perekonomian yang sudah sangat terpukul dalam 3 bulan terakhir karena hal serupa juga sudah mulai dijalankan oleh banyak negara lain di dunia bahkan Italia dan Amerika sekalipun yang masih tinggi tingkat penularannya namun mereka sudah mengklaim dapat mengendalikan keadaan dengan protokol yang ketat dan telah dibuktikan dengan sudah melandainya kurva persebaran dan tingkat kematian.

Menurut saya Indonesia belum bisa berada pada posisi stretching, kita masih harus defense. Karena pertahanan yang rapuh justru akan mendatangkan petaka yang lebih besar nantinya jika masyarakat kita belum benar-benar siap dengan "perilaku normal baru".

Bahasa sederhananya "Sedang dibatasi saja masih tetap dilanggar apalagi jika diberi kelonggaran?"

Lagi-lagi perlu adanya sinergitas yang baik antara semua stakeholders yang ada, perilaku masyarakat yang sulit dirubah ini tentu dipengaruhi faktor lainnya juga, jika kita mengabaikan seseorang bisa jadi karena orang itu juga suka mengabaikan kita (hukum kausalitas).

Sehan Landjar Jadi Khatib dalam Salat Idul Fitri 1441 di Tutuyan

Bisa jadi mental bebal masyarakat ini dikarenakan sikap pemerintah baik di pusat maupun daerah yang juga suka abai dengan kepentingan masyarakat itu sendiri, atau bisa jadi ada yang salah pada cara dan pola Pemerintah dalam menanganinya sehingga terkesan tidak efektif, tidak tepat sasaran dan cenderung tidak punya skala prioritas!

Inilah yang saya rasakan dan saya amati, betapa tumpang tindihnya aturan dan tidak kompaknya antar lembaga yang ada. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved