Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Virus Corona

Masyarakat Sulit Disuruh Ikuti Aturan, Pakar Epidemiologi Sebut Biarkan Warga Latihan 'New Normal'

Setiap hari Kasus Virus Corona di Indonesia masih terus meningkat, diketahui sebelumnya mengalami lonjakan tertinggi pada Kamis (21/5/2020) lalu.

Editor: Glendi Manengal
Pixabay/Tumisu
Ilustrasi virus corona 

"Terus pakai masker itu keharusan pada lebaran kalau dibendung lebaran di rumah mana ada lebaran di rumah jadi kalau lebaran di rumah kemudian tidak menjadi lebaran," sambungnya.

Tri Yunis menyebutkan hal tersebut bisa menjadi latihan bagi masyarakat untuk menerapkan 'The New Normal'

"Biarkan satu hari mereka berlebaran kemudian jaga jarak, pakai masker dan ini sekalian untuk melakukan the new normal, untuk melatih new normal pada masyarakat," ungkap dia.

Ucapkan Selamat Idul Fitri, Presiden Joko Widodo: Lebaran Kali Ini Menuntut Pengorbanan Kita Semua

Drama Baru, AS Kembali Menuduh Pihak China Membuat Maskapai Mereka Tak Bisa Terbang ke Tiongkok

Tanggapan Sandiaga Uno soal New Normal: Seharusnya Begini Tahapannya Dilakukan

Gejala virus Corona dapat berubah 

Seorang dokter di China melihat bentuk virus corona berbeda-beda di tiap pasien dalam kasus baru di wilayah timur laut China.

Perubahan bentuk tersebut terlihat berbeda dengan kasus yang ada di Wuhan.

Hal tersebut menunjukkan jika patogen kemungkinan berubah dengan cara yang tidak diketahui, sehingga bisa menyulitan untuk mengatasinya.

Dilansir dari Stratits Times, Rabu (20/5/2020), pasien yang ditemukan di provinsi Jilin dan Heilongjiang tampaknya membawa virus untuk jangka waktu yang lebih lama dan membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih.

Fakta tersebut disampaikan oleh salah satu dokter perawatan klinis top China Dr Qiu Haibo, Selasa (19/5/2020) setelah melakukan tes asam nukleat negatif.

Kemudian, kasus baru yang ada di daerah timur laut China menunjukkan gejala yang memakan waktu lebih lama, sekitar satu hingga dua minggu setelah terinfeksi.

Hal itu tentunya akan menyulitkan pihak berwenang untuk menemukan kasus infeksi sebelum benar-benar menyebar.

"Periode yang lebih lama, yaitu ketika pasien yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala telah menciptakan klaster infeksi baru," kata Dr Qiu.

Sekitar 46 kasus telah dilaporkan selama dua minggu terakhir di tiga kota, yaitu Shulan, Jilin dan Shengyang yang memicu tindakan lockdown baru di wilayah itu.

Namun, para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami apakah virus ini berubah secara signifikan atau tidak.

Perbedaan itu dimungkinkan juga karena para dokter dapat mengamati pasien secara lebih menyeluruh dari tahap lebih awal dibandingkan di Wuhan.

Sumber: TribunnewsWiki
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved