Banjir Bandang Sangtombolang
KISAH Nurma dan Anaknya yang Selamat dari Banjir Bandang: Kami Berpegangan di Pohon Sambil Berdoa
Kehancuran tampak sepanjang mata memandang. Puluhan rumah rusak berat. Beberapa diantaranya tak bersisa
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rhendi Umar
Warga panik dan berlarian.
Momen tenang adalah saat suara adzan dari mesjid terdengar.
Warga bersimpuh pasrah pada kekuasaan Allah.
Nurma Damogalad, seorang warga membeber, air datangnya sangat cepat pada selasa dini hari.
"Air datang dari bukit di bekalang desa, pukul 2 pagi anak saya katakan air di sungai bawah jembatan naik. Kami masuk rumah untuk selamatkan barang, pas baru keluar air menyerbu," kata dia.
Nurma membeber, ia dan anaknya yang berusia delapan tahun sempat terhempas air.
Beruntung keduanya sempat meraih pohon rambutan.
"Kami berpegangan di pohon itu, sambil berdoa," katanya.
• Kimia Farma Diminta Batasi Penjualan Masker kepada Masyarakat Agar Stok Terjamin
Ia mengatakan, rumahnya hancur total.
Dua sepeda motornya rusak parah tertimbun lumpur.
Rini Leung warga lainnya hampir kehilangan seorang anaknya.
Ia bercerita, dini hari terdengar suara gemuruh di luar.
Ia bangun dan melihat air dan kayu masuk rumahnya.
"Anak saya tenteng keluar," katanya.
Derasnya arus air membuat sang anak lepas dari genggaman.
• PENGAKUAN Pasien Virus Corona yang Sembuh: Aku Normal dan Tak Mengalami Pilek atau Batuk