Tajuk Tamu Tribun Manado
Guruku, Pahlawanku
Dunia maya diramaikan dengan tweet atau status media sosial netizen yang ditujukan kepada guru-guru mereka yang pernah mengatakan bahwa mereka bodoh
Oleh:
Ahmad Yeyen Fidyani SST MSE
Statistisi Ahli Pertama di BPS Kota Manado
TANGGAL 25 November diperingati sebagai Hari Guru di Indonesia. Namun pada awal November ini dunia maya diramaikan dengan tweet atau status media sosial netizen yang ditujukan kepada guru-guru mereka yang pernah mengatakan bahwa mereka bodoh, tidak akan berkembang, tidak akan sukses, dll.
Tweet-nya beragam namun pada intinya menunjukkan kesombongan atas apa yang mereka capai, seperti ucapan "Buat Bapak/Ibu guruku yang bilang aku tidak bisa apa-apa, nakal, malas sekolah, dll. lihat sekarang: Aku sudah lulus dengan predikat cum laude loh; Lihat aku sudah S-3 loh; Aku sudah jadi dokter dan dapat salam dari pasienku untuk Ibu; Aku sudah menjadi manager di usia 23 tahun loh Bu", atau tweet yang sejenis dengan itu.
Padahal pencapaiannya sekarang bisa jadi merupakan gemblengan dari gurunya melalui kata-kata tersebut. Entah apa yang akan terjadi pada mereka ini jika guru-guru tersebut membiarkan tingkah lakunya yang kurang elok saat itu? Bisa menjadi pengangguran, kriminal atau sampah masyarakat? Apa yang akan engkau banggakan dengan pencapaianmu sekarang?
Bisa jadi apa yang dikatakan oleh guru-gurumu tersebut belum terjadi sampai saat ini. Kalau Anda pintar dengan memperoleh predikat cum laude, bisa jadi besok Anda menganggur. Jika Anda menjadi dokter saat ini, bisa jadi besok melakukan malapraktik. Jika sekarang Anda menjadi pejabat, bisa jadi besok korupsi. Bagaimana?
• Vanessa Angel Ternyata Tak Lulus SMA, Ucapkan Selamat Hari Guru Nasional, Ingin Kejar Paket C
Belum genap sebulan yang lalu juga bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Kota Manado dihebohkan dengan kejadian yang memilukan bagi dunia pendidikan. Pasalnya telah terjadi penusukan yang dilakukan oleh FL (16), seorang pelajar SMK swasta di Kota Manado, terhadap guru agamanya bernama Alexander Werupangkey (54). Penyebabnya adalah pelaku tidak terima setelah ditegur oleh korban karena merokok di lingkungan sekolah.
Akibat kejadian tersebut sang guru menghadap kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, setelah sebelumnya mendapatkan perawatan medis di RS AURI dan RSUD Prof Kandou.
Dengan melihat kejadian ini, tentu FL juga bisa dikatakan juga sebagai korban. Bukan korban dalam kejadian tersebut, namun korban salah pergaulan dan faktor lingkungan yang menyebabkan sang pelajar gelap mata menusukkan pisau beberapa kali kepada orang yang mengajarakan kebaikan kepadanya selama di sekolah tersebut. Demikian juga dengan mereka yang dengan tweet-nya seolah-olah merendahkan guru mereka melalui pencapaian-pencapainnya.
• Pakai Seragam Serba Hijau Saat Rayakan Hari Guru Nasional, Tampilan Yuni Shara Curi Perhatian!
Adakah yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia, sehingga dua peristiwa tersebut bisa terjadi? Sebelum berbicara mengenai kualitas guru atau muridnya, mari kita lihat terlebih dahulu jumlah guru yang ada di Provinsi Sulawesi Utara.
Beradasarkan Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, jumlah guru di Provinsi Sulawesi Utara pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 tercatat sebanyak 445.042 guru. Dengan jumlah guru terbanyak berada di Kota Manado yaitu sebanyak 85.550 guru dan jumlah guru paling sedikit berada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yaitu sebanyak 11.542 guru.
Namun jika hanya melihat jumlah guru, tanpa melihat murid sebagai beban peserta didiknya dirasa kurang adil. Sebab sesuai standar dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, rasio perbandingan antara guru dan murid yang ideal adalah 1 guru untuk 15-20 murid untuk setiap jenjang pendidikan.
• Sosok Alexander Werupangkey, Guru SMK Ichthus Manado Tewas Ditikam Siswanya Gara-gara Tegur Merokok
Setelah dilakukan penghitungan, ternyata rasio perbandingan guru dan murid di Sulawesi Utara masih berada pada ambang batas PP tersebut. Namun yang menarik, Manado justru memiliki rasio perbandingan lebih tinggi dibandingkan dengan angka provinsi di setiap jenjang pendidikan formal.
Secara total dari semua jenjang pendidikan formal, angka provinsi menunjukan 1:13,46 sedangkan Manado 1:16,58 yang artinya 1 guru di Manado harus mengajar setidaknya 17 murid.
Demikian juga jika dirinci berdasarkan jenjang pendidikan, seperti tingkat SD angka provinsi menunjukan 1:13,58 sedangkan Manado 1:17,11; angka provinsi menunjukan 1:13,48 sedangkan Manado 1:18,20 untuk tingkat SMP; dan tingkat SMA/K angka provinsi menunjukan 1:13,50 sedangkan Manado 1:15,26. Dari angka ini dapat disimpulkan bahwa terjadi ketimpangan jumlah guru di Sulawesi Utara, namun hal itu tidak menjadi masalah sebab masih sesuai dengan PP Nomor 74 tahun 2008.
• Promo Daihatsu Paal Dua, Diskon Rp 20 Jutaan bagi Guru, PNS dan Pegawai BUMN
Sedangkan dari sisi kualitas merupakan sesuatu yang sulit untuk mengukurnya. Namun indikator lain dapat digunakan untuk melihat kualitas SDM secara umum di Sulawesi Utara yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang tersusun dari pendidikan, kesehatan dan pendapatan. Data terakhir yang dikeluarkan oleh BPS, IPM Sulawesi Utara pada tahun 2018 berada pada angka 72,20 dan merupakan peringkat ke 7 secara nasional.