Tribunwiki
TRIBUNWIKI : Ini Alasan Umat Katolik Mohon Dukungan Doa Orang Kudus yang Sudah Meninggal Dunia!
Mengapa Umat Katolik mohon dukungan doa kepada orang-orang kudus yang sudah meninggal dunia? Apalagi Hari Raya Semua Orang Kudus baru saja dirayakan.
Penulis: | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUNMANADO.CO.ID - Mengapa Umat Katolik mohon dukungan doa kepada orang-orang kudus yang sudah meninggal dunia? Apalagi Hari Raya Semua Orang Kudus baru saja dirayakan tanggal 1 November.
Menurut www.katolisitas.org dalam 1 Tim 2:1-2 Rasul Paulus mengajarkan agar kita “menaikkan permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang”.
Jadi yang melakukan doa syafaat/ pengantaraan bukan saja hanya Kristus dan Roh Kudus, namun kita semua diundang untuk berdoa syafaat, saling mendoakan satu sama lain. Para beriman atau semua orang kudus diajar untuk berdoa atau berdoa syafaat, dan ini diajarkan dalam 32 ayat yang lain dalam Perjanjian Baru.
Namun tentu saja doa syafaat kita ini hanya dapat terjadi karena Pengantaraan Kristus yang satu-satunya (lih. 1 Tim 2:5) itu, dan tidak bisa terlepas dari Kristus.
Gereja Katolik percaya bahwa Kristus berdoa syafaat bagi kita kepada Allah Bapa di dalam Roh Kudus, seperti secara sempurna terlihat dalam Perayaan Ekaristi.
Perayaan Ekaristi diadakan di dalam nama Kristus, dan tidak pernah dinyatakan di dalam nama Maria atau dalam nama para kudus, baik Santa ataupun Santo.
Masalahnya, ada banyak orang menganggap bahwa para orang kudus (Santa/ Santo) yang sudah meninggal sudah tidak ada hubungannya dengan orang-orang yang masih hidup di dunia, karena mereka sudah “mati”, tidak bernafas.
Gereja Katolik berdasarkan Kitab Suci mengajarkan bahwa para kudus yang sudah meninggal itu tidak mati, melainkan tetap hidup.
Sebab yang mati hanya tubuhnya, tetapi jiwa orang- orang kudus tersebut tetap hidup bersama Tuhan, karena itulah yang dijanjikan oleh Kristus sendiri, khususnya dalam Yoh 11:25, Rom 8:11, Yoh 3: 16; Yoh 6:58 maupun Yoh 8:51.
Maka “mati” di sini artinya bukan tidak bernafas, melainkan tidak hidup lagi di dunia.
Dalam perikop Roti Hidup di Injil Yohanes, disebutkan bahwa orang-orang beriman yang di Surga tetap adalah orang-orang kudus yang hidup, karena Kristus, Sang Roti Hidup, telah memberi kehidupan kekal kepada mereka (lih. Yoh 6:54).
"Maka, memohon dukungan doa dari para orang kudus berbeda dengan pemanggilan arwah orang mati yang dikecam di kitab Perjanjian Lama, yang bertujuan untuk meminta informasi ilahi dari jiwa- jiwa yang sudah meninggal," kata katolisitas.
Pada saat Saul memohon kepada arwah Samuel (1 Sam 28), ia tidak memohon agar Samuel mendoakan dia-sebab jika demikian itu baik dan tidak dilarang- tetapi ia mencari informasi tentang hasil pertempuran yang akan terjadi, jadi semacam ramalan.
Inilah yang dilarang Allah. Karena dengan ingin mengetahui ramalan, sebenarnya seseorang tidak lagi menghormati Allah Sang Penyelenggara Ilahi yang mengetahui segala sesuatu dan bahwa Allah menghendaki segala yang terbaik bagi umat-Nya.
Selanjutnya, karena kita percaya bahwa kematian akan membawa kita kepada kehidupan bersama Kristus, di mana kita akan melihat Dia dalam keadaan yang sesungguhnya dan menjadi serupa dengan-Nya (lih. 1 Yoh 3:2), maka kita percaya, bahwa di Surga para kudus juga telah menjadi serupa dengan Kristus.