Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Wow, Saya Merasa Nadiem Out of The Box: Para Guru Tak Mengira Bos Gojek Jadi Mendikbud

Sejumlah guru mengaku tidak menyangka sama sekali, bos Go-Jek Nadiem Makarim menjadi Menteri Pendidikan.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Kolase TribunNewsmaker.com - Instagram @nadiemmakarimofficial dan KOMPAS/Wahyu Putro
Nadiem Makarim Masuk Kabinet Jokowi menjadi Menteri Kebudayaan dan Pendidikan / Mendikbud. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Sejumlah guru mengaku tidak menyangka sama sekali, bos Go-Jek Nadiem Makarim menjadi Menteri Pendidikan. Sebab lelaki 35 tahun itu sama sekali tidak memiliki latar-belakang di bidang kegiatan belajar-mengajar. Walau demikian, para guru berharap, Mendikbut membawa angin segar yang bertindak lain daripada hal biasa.

Finalis Putri Pariwisata Minta Maaf: Hanya Mucikari Jadi Tersangka Prostitusi

“Wow, enggak nyangka. Saya kira Pak Nadiem itu jadi Menteri Perhubungan, kan cocok sama bidangnya, atau menteri ekonomi. Ternyata Menteri Pendidikan. Mungkin Pak Jokowi sudah memikirkan matang-matang,” kata Nurina (33), guru SDN Mojorejo 01, Kota Batu, Malang, Jawa Timur, dalam acara Temu Pendidik Nusantara (TPN)  di Sekolah Cikal, Cilandak, Jakarta, Sabtu (26/10).

“Kaget karena tidak mengira, karena untuk posisi Mendikbud itu biasanya orang-orang yang sudah pengalaman di bidang pendidikan,” ujar Endah Wulandari (43), pengajar SD YPPSB, Kalimantan Timur. Namun sisi lain dipilihnya Nadiem, Endah berharap akan membawa angin segar bagi dunia pendidikan.

Ilmi (31), guru SD MI Unggulan Darussalam di Blitar, mengatakan, "Saya amaze. Wow, saya merasa bahwa out of the box, ya. Saya merasa ada angin segar dalam dunia pendidikan. Saya merasa bahwa kita butuh orang yang kreatif. Asik, ini harus ada sesuatu yang fresh dalam dunia pendidikan.”

Presiden Joko Widodo memang telah menunjuk pendiri Gojek Indonesia Nadiem Makarim menajabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Presiden Jokowi melantiknya pada Rabu (23/10) lalu.

Pemilihan Nadiem menuai berbagai pandangan dalam masyarakat. Meski berhasil menempatkan Gojek sebagai decacorn Indonesia, ia dipandang tidak memiliki latar belakang di bidangnya, sehingga dikhawatirkan tidak mengerti duduk soal masalah pendidikan di Indonesia.

Jokowi yakin Nadiem bisa menggunakan keahlian di bidang teknologinya untuk memperbaiki sistem pendidikan di Tanah Air.
Dalam acara Temu Pendidik Nusantara (TPN) pada Sabtu (26/10) di Sekolah Cikal, Cilandak, Jakarta, terkumpul berbagai harapan para guru terhadap Nadiem Makarim, Mendikbud Kabinet Indonesia Maju. 

KKB Beraksi Jelang Kedatangan Jokowi: Tiga Tukang Ojek Tewas di Papua

“Pendidikan tidak hanya melihat hasilnya, karena banyak masalah pendidikan di Indonesia. Mudah-mudahan dia (Nadiem) banyak mendengar, banyak belajar, tentang masalah-masalah mendasar,” kata Syafi’i (46), guru sekaligus Kepala Sekolah SD YPPSB, Kalimantan Timur.

Belum meratanya pendidikan di Indonesia diungkapkan Endah Wulandari. Menurutnya, kemampuan guru yang masih tidak merata, otomatis memberi dampak pada pendidikan yang diperoleh siswa. 

“Jadi harapannya, kalau di Jawa itu begini sekolahnya, di daerah harusnya begitu juga. Ruang kelasnya, tempatnya. Jadi hak belajar yang didapat anak itu sama,” jelas Endah, guru di Kaltim.

Endah juga tidak dapat menangkis kenyataan bahwa guru di Jawa lebih mudah untuk mendapat akses dan fasilitas. “ Guru-guru di daerah itu memang sangat kesulitan dengan area, dengan jaraknya yang jauh. Saya tidak tahu bagaimana caranya, apakah memang harus ada suatu center knowledge yang dibangun khusus untuk guru?” ungkap Endah.

Program yang ada, seperti Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) menurutnya pun belum mampu menuntaskan masalah tersebut. “Sebenarnya sudah ada LPMP di tiap wilayah, tapi ternyata itu juga belum bisa menjawab tantangan tersebut,” imbuh Endah.

Perubahan sistem dan kurikulum oleh pembuat kebijakan kadang juga dipandang sebagai hal yang menyusahkan para pendidik. Apalagi jika kurikulum terus-menerus diganti. “Kurikulum yang berubah-ubah, yang sulit dan bingung itu di lapangan. Sering kali kebijakan tidak dipikirkan secara teknis di lapangan,” ujar Syafi’i.

Dua Istri Baghdadi Pakai Rompi Bom: Trump Benarkan Pemimpin ISIS Tewas

Niscaya, kurikulum memang akan terus berganti menyesuaikan perubahan era. Namun para guru berharap, ketika membangun sistem, dilakukan semacam pilot project atau eksperimen dahulu pada beberapa titik. Jika memang cocok, baru dilanjutkan.

“(Kurikulum) yang sekarang dikaji dulu saja kekurangan dan kelebihannya. Kalau memang masih bagus, kenapa harus berubah? Kalo memang ada kekurangan dibenahi,” tambah Marsono, guru lainnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved