Bank Central Asia Jaring Penawaran Investor di Atas Rp 1 Triliun
Tawaran kupon yang mini lagi-lagi membuat daya tarik Surat Berharga Negara (SBN) ritel berkurang.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Tawaran kupon yang mini lagi-lagi membuat daya tarik Surat Berharga Negara (SBN) ritel berkurang. Kondisi ini tercermin pada penawaran obligasi negara ritel seri ORI-016. Buktinya, hingga berakhirnya masa penawaran pada Kamis (24/10), jumlah penawaran yang masuk gagal mencapai target.
• Peningkatan NPL dan Likuiditas Ketat Bebani Bank
Kamis (22/10), per pukul 09.30 WIB, jumlah penawaran yang masuk masih Rp 8,22 triliun. Padahal, pemerintah menargetkan ORI-016 dapat menggaet penawaran hingga Rp 9 triliun.
Selain gagal mencapai target, jumlah ini pun jauh di bawah pencapaian ORI-015. Tahun lalu, ORI-015 berhasil meraup dana Rp 23,38 triliun. Saat itu, pemerintah pun memberikan kupon jumbo sebesar 8,25%.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan, salah satu penyebab ORI-016 kurang menarik minat investor karena kupon yang diberikan tergolong rendah. “Apalagi di saat yang sama banyak produk investasi atau perbankan yang memberikan kupon kompetitif, sehingga investor ritel bisa membandingkan antara berbagai produk tersebut," jelas dia, kemarin.
Salah satu produk investasi yang ditawarkan bersamaan dengan ORI-016 adalah obligasi ritel milik PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Asal tahu saja, obligasi ritel bertajuk OBRI tersebut di tawarkan pada 2-16 Oktober dalam tiga seri dengan kupon tertinggi di 8,21%. BBRI sendiri merupakan salah satu agen distribusi dari ORI-016.
• Wahyu Cium Tangan Megawati: Prabowo Dua Kali Berbisik ke Trenggono
Walau begitu, Direktur Konsumer BBRI Handayani mengatakan, penawaran ORI-016 di BRI lebih tinggi dari target perbankan pelat merah ini. Sebelumnya, BRI hanya menargetkan, penawaran ORI-016 mencapai Rp 100 miliar. "Tetapi hingga 24 Oktober, penawaran yang masuk capai Rp 289 miliar. Ini juga lebih tinggi dari SBR-008 yang hanya Rp 124 miliar," kata dia kepada KONTAN.
Lebih lanjut, Handayani menuturkan, jika dilihat dari data pencapaiannya, ORI-016 lebih diminati ketimbang OBRI. Padahal, sebelumnya BBRI menargetkan Rp 1 triliun untuk investor ritel. “Nasabah ritel masih jauh lebih mengenal dan memilih untuk menempatkan investasi mereka pada instrumen yang lebih aman dan milik pemerintah,” ujar dia.
Selain dengan OBRI, ORI-016 juga harus bersaing dengan produk reksadana terproteksi yang biasanya menawarkan imbal hasil lebih tinggi ketimbang kupon ORI-016.
Di sisi lain, menurut Ramdhan, investor mulai jenuh dengan tawaran SBN ritel. Mengingat sejak awal tahun, sudah ada delapan SBN ritel yang ditawarkan pemerintah.
Penjualan agen ORI
Walau tidak mencapai target pemerintah, beberapa agen distribusi ORI-016 masih mencatatkan hasil penawaran yang mumpuni. Selain BBRI yang berhasil melampaui targetnya, PT Bank Mandiri Tbk juga mencetak penawaran yang cukup tinggi.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas menjelaskan, hingga akhir masa penawaran, jumlah pembelian ORI-016 yang masuk mencapai Rp 832,19 miliar. "Capaian ini lebih baik ketimbang seri sebelumnya yakni SBR-008 yang hanya Rp 210 miliar," ungkap dia.
Tak seperti seri-seri sebelumnya yang dikuasai oleh generasi milenial, Rohan menyebut, untuk ORI-016 kali ini generasi baby boomers mendominasi pembelian. Selain itu, investor lama, yakni yang sudah pernah membeli SBN ritel, juga lebih dominan ketimbang investor anyar.
Sementara itu, pada Trimegah Sekuritas Indonesia, dominasi nasabah pembeli ORI-016 berada di rentang usia antara 35 tahun-40 tahun. Nominal penawaran yang masuk dari investor ke Trimegah Sekuritas ternyata melebih target. "Kami bisa menjual di atas Rp 100 miliar," kata Dedi Pramadya, Direktur Trimegah Sekuritas Indonesia.
• Rahadi Penjual Kue Putu Keliling, Pendapatannya Tiap Bulan Melebihi Gaji Pokok ASN
Walau sukses melego ORI lebih tinggi dari target, ternyata ada beberapa kendala yang dihadapi, salah satunya adalah perubahan sistem penjualan pada ORI-016 yang kali ini dilakukan secara online. “Penetrasinya juga harus disesuaikan dan bertahap dan perlu waktu,” lanjut Dedi.