Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Paskibraka

TERKINI Fakta Baru Kematian Paskibra Aurellia, Sosok Pelatih hingga Keterlibatan Pemandi Jenazah?

"Pemandi jenazah yang kami mintai keterangan rumahnya berada di dekat kediaman Aurel," ucapnya.

Editor: Frandi Piring
Kolase Tribunnews
Aurel Qurratu Aini 

"KPAI mengajukan usulan rapat koordinasi tersebut pada Selasa, 13 Agustus 2019 di kator Walikota Tangsel," jelasnya.

Rapat koordinasi akan didorong untuk mengundang OPD terkait di kota Tangsel, seperti Dinas Olahraga dan Pemuda beserta tim pelatih Paskibra Kota Tangsel, Dinas Pemberdayaaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), P2TP2A, dan Inspektorat Kota Tangsel.

Demi mewakili semua unsur, KPAI juga meminta rapat koordinasi tersebut dapat mengundang perwakilan Kemenpora RI, Dinas Pendidikan Provinsi Banten, dan SMA Al Azhar Tangsel serta orang tua Aurel.

Baca: Oknum Polisi Jadikan Gadis 19 Tahun Sebagai Budak Syahwat, Terungkap Berkat Foto Tak Sehelai Benang

Baca: Potret Ashanty di Kolam Renang Dianggap Terlalu Terbuka, Nitizen: Sudah Nampak Auratnya

Baca: Putra Tommy Soeharto Pamer Foto di Atas Motor Harley Davidson Mendiang Soeharto, Intip Penampilannya

KPAI Rilis Daftar Dugaan Kekerasan Fisik Pada Diklat Paskibraka Tangsel

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) serius mendalami kasus meninggalnya calon Paskibraka (Capaska) Tangerang Selatan (Tangsel), Aurellia Qurratu Aini, atau Aurel.

Seperti diberitakan TribunJakarta.com sebelumnya, Aurel meninggal pada masa pendidikan dan pelatihan (diklat) Paskibraka Tangsel.

Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti membuat rilis terkait meninggalnya Aurel dan sistem diklat yang digali dari keterangan orang tuanya, pada Selasa (6/8/2019).

Setidaknya ada enam poin dugaan kekerasan fisik dan kekerasan psikis yang dialami Aurel dan Capaska lainnya semasa pelatihan.

Pertama adalah, Aurel pernah mengatakan kepada orang tuanya bahwa dirinya pernah ditampar saat pelatihan.

Kedua, Aurel pernah diminta memakan jeruk beserta kulitnya.

"Hal ini tentu berpotensi membahayakan kesehatan pencernaan seorang anak," terang Retno.

Ketiga adalah soal push up kepal yang dilakukan Aurel dan teman-temannya karena timnya dihukum. Hal itu menbuat luka di pergelangan tangannya.

"AQA mengaku diminta mengisi buku diary setiap hari, ditulis tangan, dijadikan PR yang harus dikumpulkan setiap pagi, harus ditulis berlembar-lembar pula," terangnya di poin keempat.

Buku harian yang sudah ditulis itu disobek pihak pelatih lantaran empat orang dari tim Aurel ada yang tidak mengumpulkan.

"Lalu diperintahkan untuk menulis kembali dari awal dengan tulisan tangan, hal ini sempat dikeluhkan AQA karena dia sangat kelelahan menulis kembali diary yang disobek oleh seniornya tersebut," jelas Rrtno di poin ke lima.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved