Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pohon Tumbang

GPdI Berduka, 3 Pdt Kena Musibah Pohon Tumbang, 2 Meninggal Dunia, Ketua Komda Pelprip Kaget

Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) tengah dirudung duka. Tiga Pendeta GPdI musibah pohon tumbang, Jumat (22/6/2019) malam.

Penulis: Ryo_Noor | Editor: David_Kusuma
TRIBUNMANADO/RYO NOOR
Meiki Onibala 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) tengah dirudung duka. Tiga Pendeta GPdI musibah pohon tumbang, Jumat (22/6/2019) malam.

Dari 3 korban, 2 di antaranya meninggal dunia.

Korban meninggal dunia yakni Pdt Roy H Manueke (48), dan Pdt Stevanus Lamongi Mth (58).

Sementara Pdt Yarnes Tamera (37) masih menjalani perawaran di Rumah Sakit

Ketua Komisi Daerah Pelayanan Pria Pantekosta (Pelprip) GPdI Sulut, Meiki Onibala menyampaikan GPdI berduka.

 

"Kami menyampaikan turut berduka cita sedalam-dalamnya, kami berempati, kepada keluarga korban diberikan kekuatan serta penghiburan dari Tuhan," kata Onibala yang juga Kepala Badan Kesbangpol Sulut.

Ia mengaku, baru mendengsar musibah ini, kaget ketika mendengar para pendeta menjadi korban.

"Sedang minum kopi, kemudian tertimpa pohon akibat tiupan angin kencang, ini tidak disangka-disangka," ungkap dia.

Semua musibah ini adalah jalan Tuhan. "Kita semua tidak tahu kapan akan dipanggil," ungkap dia.

Dua pendeta yang meninggal dunia sudah berada di rumah duka, seorang lainnya masih dirawat di Rumah Sakit setelah tertimpa pohon tumbang di lokasi wisata kuliner pada Jumat (21/6/2019) pukul 20.00 Wita.

Pohon tersebut tumbang saat sejumlah warga sedang menikmati gorengan di lokasi itu.

Baca: VIDEO VIRAL Pelajar SMP Pesta Lem di Kamar, Endingnya Ada Siswi Ciuman

Baca: Ternyata Vera Oktaria Dibunuh karena menolak kawin, Prada Deri Pramana pun tersinggung.

Baca: Inilah Profil Eddy Doktor Hukum Termuda, Membedah Gugatan 02, Pernah Dihadirkan dalam Kasus Ahok

 

 

Baca: Istri Ketua MA Terus Menangis: Putranya Tewas saat Touring di Afrika

Baca: Bung Karno Tutup Usia: Luapan Kesedihan Ratna Sari Dewi saat Pemakaman Soekarno Hatta, Ini Videonya

Baca: Sosok Rocky Gerung, Terungkap Alasan Usia 60 Masih Jomblo hingga Sumber Uangnya

 

Baca: Sembuh dari Kanker Otak, Ini Ramuan Epy Kusnandar Sembuh dari Penyakit yang Diderita Agung Hercules

Baca: Jubir MK Bocorkan Jadwal Putusan Sidang Sengketa Pilpres 2019

Baca: Profil Rahmadsyah Sitompul, Saksi Berstatus Tahanan Kota, Pernah Dagang Pisang Molen & Es Saat Muda

Peristiwa ini mengejutkan banyak orang karena lokasi wisata kuliner Pantai Malalayang, Kelurahan Malalayang Dua, Kecamatan Malalayang, Kota Manado, Sulawesi Utara selalu ramai pengunjung dan jalur ramai kendaraan.

Aldy Chandra Yasin (20) warga Kelurahan Malalayang Dua, mengaku kaget dan loncat ketika melihat pohon disampingnya roboh.

Baca: Oknum Pramugari Buka Jasa Berhubungan Intim di Toilet Pesawat: Lebih Suka Penerbangan Jarak Jauh

Baca: Sosok Christina Aryani, Pengacara Cantik Kubu 01 Jokowi-Maruf Amin di Sidang MK, Siapa Dia?

Baca: Cerita Pengendara Ojek Online yang Nyaris Tertimpa Pohon Tumbang di Teling Atas

Aldy mengaku dirinya sempat menyelamatkan diri saat pohon roboh.

Awalnya dia melihat ketiga korban yang berdekatan dengan dia sedang makan gorengan.

"Saat itu tidak ada angin, tidak hujan juga. Tapi beberapa saat kemudian saya mendengar ada suara pohon yang retak," jelasnya.

Lanjutnya, saya melihat ternyata pohon di samping kami duduk yang roboh.

"Saya langsung loncat berlari menyelamatkan diri saya. Sementara ketiga korban tertimpa pohon di lokasi kejadian," tambahnya

Tiga Korban Tidak Sempat Lari

Aldy Chandra Yasin (20) warga Kelurahan Malalayang Dua, mengaku kaget dan loncat ketika melihat pohon disampingnya roboh.

Aldy mengaku dirinya sempat menyelamatkan diri saat pohon roboh.

Awalnya dia melihat ketiga korban yang berdekatan dengan dia sedang makan gorengan sambil bermain kartu.

"Saat itu tidak ada angin, tidak hujan juga. Tapi beberapa saat kemudian saya memdengar ada suara pohon yang retak," jelasnya.

Lanjutnya, saya melihat ternyata pohon disamping kami duduk yang roboh.

"Saya langsung loncat berlari menyelamatkan diri saya. Sementara ketiga korban tertimpa pohon di lokasi kejadian," tambahnya.

Dua korban yang meninggal dunia akibat tertimpa pohon saat di ruang Jenazah RSUP Prof Kandou Manado.
Dua korban yang meninggal dunia akibat tertimpa pohon saat di ruang Jenazah RSUP Prof Kandou Manado. (Tribun Manado/Jufry Mantak)

Broery Sarapil (48), pemilik tenda kuliner mengungkapkan bahwa korban memang sedang makan gorengan di lokasinya.

"Saya kaget juga mendengar ada pohon roboh. Saya langsung ke lokasi dan melihat banyak warga yang sudah terkumpul dan ada korban tertimpah pohon," tambahnya.

Warga setempat pun langsung bergotong royong menolong ke tiga korban yang tertimpah pohon.

Sayangnya, dua korban sudah meninggal di lokasi kejadian, sementara satu lainnya masih bisa diselamatkan.

Kapolsek Malalayang Kompol Franky Manus, mengatakan ketiga korban ini adalah pendeta. Mereka memang bersamaan pergi ke lokasi kejadian.

"Dua korban yang meninggal dunia sudah diambil keluarga mereka dan melakukan penolakan autopsi. Keluarga korban mengiklaskan kepergian ke dua korban dan tidak dilakukan autopsi," jelas Kapolsek.

Franky Manus, mengatakan pihaknnya akan berbincang dengan pemerintah setempat, untuk mengurangi pepohonan yang sudah mulai tua.

"Jangan sampai ada korban lagi kan? Untuk saat ini jenazah para korban sudah diserahkan ke keluarga mereka masing-masing," bebernya.

Riwayat Hidup Pendeta Stevanus Lamongi

Dalam ibadah pemakaman di kediamannya, Perumahan GPI, Mapanget, Manado, Sabtu (22/06/2019), dibacakan riwayat hidupnya.

Stevanus Lamongi bergelar MPdK MMis, lahir di Jakarta 11 September 1961.

Pendidikan sekolah dasar (SD) di Jakarta, Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Teknik Mesin (STM) Negeri 3 Jakarta.

Mengambil Sarjana Strata 1 di Petamburan, S2 di STT Apolos Manado.

Stevanus pernah bekerja sebagai guru di SD di Subaim tahun 1989 sampai 2000, guru SD GMIM Pineleng tahun 2000.

Pamong belajar di SKB Koka, dan Dosen di sekolah Alkitab Halmahera Timur.

Stefanus pernah melayani di Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) Subaim Harmahera Timur.

Menjadi Ketua Ministry Syaloom Pinelang, Ketua Komsel di GPDI Betani GPI pada 2012 sampai 2013.

Kemudian menjadi anggota komisi pusat GPdI Pelprip periode 2017 sampai 2022.

Ia pensiun dini pada 1 November 2016.

Stevanus menikah dengan Dreita Masje Poluan pada tanggal 24 November 1985 di Amurang, dan dikaruniai dua orang anak perempuan.

Pertama Sandra Lamongi yang menikah dengan Riko Kumampung dan dikaruniai dua orang cucu Dominic Fendra Kumampung dan Tristan Kumampung.

Anak kedua menikah dengan Roger Karundeng, dan sementara mengandung. (Ryo Noor/Jufri Mantak/Fistel Mukuan)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved