Kisah Dibalik Pemilu 2019
Anggota KPPS Ini Keguguran, Keluar Darah di TPS, Tapi Terus Bekerja, Terungkap Usia Kandungannya!
Wanita bernama Sri Utami (30) itu mengalami keguguran setelah ia bertugas selama dua hari menjadi KPPS.
Penulis: Reporter Online | Editor: Indry Panigoro
TRIBUNMANADO.CO.ID - Cerita pilu dibalik pemilu 2019 datang dari Sulawesi Tenggara.
Di Provinsi Sulawesi Tenggara itu, tepatnya di Desa Lalonggotomi, Kecamatan Pondidaha, Kabupaten Konawe, seorang wanita yang menjadi anggota KPPS di TPS desa tersebut harus menelan pil pahit.
Bukan karena tak mendapat upah dari hasil menjadi anggota KPPS, tetapi ia harus menerima kenyataan yang mungkin tidak akan bisa ia lupakan.
Wanita bernama Sri Utami (30) itu mengalami keguguran setelah ia bertugas selama dua hari menjadi KPPS.
Anggota KPPS itu harus kehilangan calon buah hatinya yang sudah dua bulan berada di kandungannya.
Tribunmanado.co.id mengutip dari Tribun Bali, seorang anggota KPPS di TPS 1 Desa Lalonggotomi, Kecamatan Pondidaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Sri Utami (30) keguguran setelah bertugas selama dua hari.
Baca: Pergi Pagi, Pulang Pagi, Siswi SMK yang Jadi Saksi Caleg Meninggal Dunia, Sempat Antar Ini ke Ayah
Baca: Viral Wanita Tertidur di Tumpukan Kertas, #TerimaKasihSaksiPKS Trending hingga SIM C Seumur Hidup
Baca: 7 Fakta Siswi SMK Meninggal Usai Jadi Saksi Caleg, Pergi Pagi Pulang Pagi dengan Honor Rp 250 ribu
Ia kehilangan calon buah hatinya yang berusia dua bulan setelah bertugas sebagai KPPS.
Hal ini dibenarkan suami Sri, Muhammad Agus (32).
"Dia bertugas selama dua hari penuh. Keterangan dari dokter, istri saya keguguran karena kelelahan. Memang ia lembur sampai pagi," ujar Agus saat dihubungi, Sabtu (20/4/2019) malam.
Agus pun tak menyangka jika menjadi KPPS akan membuat istrinya mengalami keguguran dan harus kehilangan calon bayi mereka.
Sepekan sebelum pelaksanaan pemungutan suara, istrinya sudah menjalani tugasnya sebagai petugas KPPS.
"Dua hari itu memang sibuk sekali, lembur sampai pagi. Jangankan pulang, salat saja di TPS. Kalau saya tahu sejak awal akan sesibuk ini, saya mungkin larang," katanya.
Agus menuturkan, istrinya merasa keluar darah sejak 17 April sekitar pukul 18.00 Wita.
Namun, kejadian itu tidak dihiraukan mengingat pekerjaan di TPS saat itu masih banyak.
Keesokan harinya, sekitar pukul 06.00 atau saat sang istri pulang ke rumah, ia merasakan banyak darah keluar.