Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

23.103 Saksi PDIP Kawal Suara Jokowi: Gerindra Andalkan Relawan Prabowo

Pesta demokrasi 2019 terbilang wow! Untuk dua event, pemilu presiden dan pemilu legislatif, negara menggelontorkan Rp 24,1 triliun.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Tribun Manado
Capres nomor urut 1, Joko Widodo merespon pertanyaan capres nomor urut 2, Prabowo Subianto dengan sindiran saat debat capres, Kamis (17/1/2019). 

Kampanye akbar PDIP di Sulut diputuskan 13 April 2019, sehari sebelum masa tenang Pemilu 2019. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dijadwalkan hadir pada kampanye di Lapangan KONI Sario, Kota Manado.

Wakil Ketua DPD PDIP Sulut, Steven Kandouw mengatakan, tak ada persiapan khusus menanti kampanye rapat umum tersebut. "PDIP sudah sangat terbiasa dengan pengerahan massa," kata dia kepada tribunmanado.co.id, Senin (8/4/2019).

Kata dia, mengerahkan massa akan mudah saja, karena ciri khas massa PDIP itu militan. "Jadi tidak ada persiapan khusus untuk kampanye terakhir tanggal 13, semua normal-normal saja," kata Wakil Gubernur Sulut itu.

Ketua Bapilu PDIP, Lucky Senduk mengatakan, PDIP mengerahkan massa untuk 'memerahkan' Kota Manado, apalagi dijadwalkan Megawati dan sejumlah petinggi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP hadir. Lucky mengatakan, sesuai kapasitas lokasi diperkirakan lapangan sudah penuh diangka 50 ribu orang. "Bisa saja lebih kan tergantung kapasitas tempat juga. Ini massa ril, ada kan yang cuma klaim-klaim, kalau PDIP massa ril," ujar dia.

Ia mengakui, kampanye rapat umum melibatkan massa besar ini membutuhkan biaya. Berapa pun besarnya kalau ditanggulangi dengan cara PDIP maka jadi ringan. "PDIP itu kan sifatnya gotong royong, ada dari partai, dari caleg, pokoknya dibagi siapa yang memobilisasi," kata dia.
Kader PDIP itu terkenal militan, biaya tidak jadi soal, begitu jika setiap kader dan simpatisan merasa memiliki PDIP yang terkenal dengan sebutan partai wong cilik.

Caleg DPRD Sulut Dapil Manado Arthur Kotambunan menyatakan ia masih menanti petunjuk teknis soal kampanye nanti. "Kita masih nantikan dari partai," kata dia. Menurut Kotambunan, kedatangan Megawati masih belum bisa dipastikan tanggal pastinya apakah 12 atau 13 April. Dikatakan Kotambunan, pihaknya sudah siap turun dalam kampanye terbuka tersebut.

Pengamat Politik Sulut Taufik Tumbelaka
Pengamat Politik Sulut Taufik Tumbelaka (Tribun Manado/Ryo Noor)

Belajar dari Supporter Bola

Pengamat politik, Taufik Tumbelaka menilai, parpol masih punya pekerjaan rumah besar membangun kesadaran politik bagi rakyat. Parpol saat ini sebagai peserta pemilu dalam tahap kampanye rapat umum. Kampanye menghadirkan massa dalam jumlah besar.

Pertanyaannya saat ini, apakah massa yang datang dimobilisasi atau kesadaran orang per orang hadir mendengarkan orasi politik? Analoginya, ibarat seorang suporter fanatik sepak bola datang ke stadion untuk menonton tim kesayanganya.

Sang suppoter harus rela antri beli tiket, keluar duit pribadi, menyiapkan atribut dukungan, keluar biaya transportasi dan sampai suara serak berteriak mendukung timnya. Andai peserta kampanye parpol seperti suporter fanatik sepak bola.

Peserta kampanye parpol terlalublekat dengan mobilisasi dengan kompensasi, dibahasakan pengganti uang jalan. Sudah bukan rahasia umum, hadir kampanye politik ada uang pengganti berkisar Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.

Belum lagi biaya makan, minum, sewa transpor, atribut kampanye poster, baliho spanduk dan lain-lain memang membutuhkan biaya besar. Mobilisasi massa ini ada di wilayah abu-abu, tipis sehelai rambut bedanya antara cost of politics dan money politics.

Pekerjaan rumah ini yang harus diselesaikan bagaimana rakyat dengan semangat demokrasi datang mendengar harapan yang dikumandangkan saat orasi politik, bagaimana harapan-harapan mereka tak cuma janji politik belaka di saat momen pemilu.
Bagaimana rakyat dengan suka rela datang berpanas-panasan ataubhujan-hujanan, tertarik magnet pesona kuat dari caleg. Tak ada lagi istilah kampanye harus ada take and give.

Rakyat hadir kampanye politik karena sense of belonging yakni semangat memilki parpol, memunculkan esprit de corps yakni semangat kelompok. Jangan hanya rakyat hadir karena merindukan hiburan yang disajikan kampanye, macam dangdutan. Tentu pesona caleg atau parpol dikalahkan musik dangdutan, kemudian jadi dasar ikut kampanye.  (ryo/art)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved