Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Buzzer Hoaks Pilpres Bergaji Rp 100 Juta: Begini Pekerjaan Mereka

Pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden akan diselenggarakan serentak dua bulan lagi, 17 April mendatang. Semakin mendekati waktunya

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
tribunnews
Foto Prabowo dan Jokowi 

Tidak jarang, mereka yang membayar berprofesi sebagai pengusaha yang bersedia menggelontorkan dananya kepada relawan dan tim udara yang sudah dibentuk sebelumnya. "Dana dari pengusaha, masuknya ke relawan atau ke bos buzzer langsung," ucapnya.

Tidak semua buzzer bekerja atas imbalan uang. Ada juga sukarela atas dasar kepentingan ideologis. Rama, bukan nama sebenarnya, misalnya, mendalami politik pasca-Pilpres 2014. Ia kemudian tertarik menuangkan isi pemikirannya melalui media sosial. Ia lalu terhubung kepada seseorang petinggi partai politik. Status sebagai simpatisan dan kader partai lantas menjadikannya buzzer bagi partai.

"Saya mulai aktif sebagai buzzer pada 2017, ketika Pilkada DKI Jakarta. Saat itu sebatas mengedit teks, dan setelah itu membuat konten, narasi, meme, dan posting ke medsos," ujar Rama saat ditemui Tribun Network di Depok, Jawa Barat, Sabtu (16/2).

Adapun konten buatannya yakni menyerang Gubernur DKI Jakarta saat itu, dan membeber keburukan pemerintah secara lebih luas.  "Saya enggak pernah didikte sama orang partai. Yang penting saya menyerang Axxx dan rezim dengan jalan seperti itu," lanjutnya.

Rama mengatakan kegiatannya sebagai buzzer yang dilakukannya sejak dulu tidak sepenuhnya mengarah ke Pilpres. "Instruksi dari atas, enggak mau kami terlalu fokus ke Pilpres. Kami serang rezim, kami angkat citra partai, menangkan partai di Pileg," kata Rama.

Sejak menekuni pekerjaan buzzer politik bagi parpol, Rama tidak pernah mendapatkan bayaran uang.  "Kami itu bekerja secara ideologis. Dari awal memang diseleksi siapa yang cocok untuk terjun ke pekerjaan ini, istilahnya di-brainstorm," kata Rama.

Memang pada berbagai kesempatan, dia dan tim pernah mengajukan proposal anggaran ke pusat. Akan tetapi, anggaran proposal itu ditujukan lebih kepada pengadaan peralatan untuk menunjang pekerjaan mereka, dan peralatan tu pun harus dikembalikan lagi pada waktu-waktu tertentu.

"Jadi begini, sebenarnya ... (menyebut nama partai, Red)  itu secara organisasi hampir mau kolaps di finansial. Hanya di personal-personal enggak ada yang kolaps, mereka kaya semua. Makanya dari awal, kalau mau jadi buzzer di ... (nama partai, Red) itu kesepakatan ide, bukan kesepakatan transaksi," ujar Rama.

Penyandang Dana

Tribun menghubungi seorang pengusaha yang menyumbangkan dana kepada pasukan udara pasangan calon. Namanya Dwi, pengusaha alat kesehatan yang bertempat tinggal di Jakarta. Dwi mengaku sudah ikut mendanai pasukan udara sejak Pilpres 2014. "Sudah ikut sejak 2014. Saya juga kenal dengan beberapa relawan," katanya. Dia menyebut angka Rp 2 miliar yang disumbangkan saat itu.

Untuk pilpres 2019, Dwi tidak banyak membantu seperti yang dilakukan sebelumnya. Kontribusi dia hanya memberi semampunya. Pasalnya, bisnis yang dijalani, sedang mengalami penurunan. "Bisnis saya sedang tidak terlalu baik. Tapi, saya tetap memberi semampunya saja," kata dia.

Pada pilpres kali ini, Dwi tidak terlalu banyak memberikan dana, tetapi, ia memiliki teknologi yang dibuatnya sendiri dan dapat dimanfaatkan tim pemenangan. Terutama untuk meningkatkan kerja ponsel dan komputer jinjing yang dipakai para Buzzer dan relawan. Detail teknologi yang dibuatnya, masih belum dapat dibeberkan. "Saya belum bisa jabarkan. Tim pemenangan meminta saya untuk tidak terlalu banyak membahas soal ini ke siapa pun," ungkapnya.

Alasan dia ingin terlibat dalam kegiatan itu, tidak lain karena ingin melihat pasangan calon yang ia dukung untuk menang. Ia mengatakan tidak ada alasan pragmatis yang menggugah dirinya. "Tidak. Tidak ada, saya ikhlas untuk bantu atas dasar saya memang suka dengan calon ini," lanjutnya.

Ia pun tidak berharap banyak adanya timbal balik dari calon yang ia dukung ketika terpilih. Beberapa proyek di bidang IT dan Teknologi akan tetap dilakukannya di kemudian hari, baik calon itu terpilih atau tidak. (ryo/rez)

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved