Cerita Johan Budi Nyaleg: Siasati Kampanye Tanpa Bagi-bagi Amplop
Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi Saptopribowo kini tak hanya sibuk menjadi juru bicara presiden.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi Saptopribowo kini tak hanya sibuk menjadi juru bicara presiden. Johan yang lebih dulu dikenal sebagai juru bicara dan unsur pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu sedang berkampanye sebagai calon anggota legislatif.
Johan adalah calon anggota DPR dari daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur VII yang meliputi Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan, dan Trenggalek.
Johan yang latar belakangnya bukan seorang politisi itu mengakui bahwa tak mudah untuk berkampanye. Namun, Johan memiliki cara tersendiri untuk meyakinkan masyarakat di dapilnya.
"Mungkin saya agak beda dengan yang lain. Kalau saya ke daerah, saya menyempatkan ketemu warga desa, 50 sampai 60 orang. Biasanya berdiskusi soal apa yang jadi aspirasi warga," ujar Johan kepada Kompas.com, Kamis (14/2/2019). Johan mengatakan, karena waktu yang sempit, agenda pertemuan juga tidak dapat banyak dilakukan.
Biasanya, di setiap wilayah, Johan hanya menjadwalkan sekitar lima agenda pertemuan dengan masyarakat. Tanpa bagi-bagi amplop Ciri lain yang membedakan Johan saat berkampanye adalah tidak ada pembagian uang atau bantuan berupa apa pun kepada masyarakat. Johan berusaha meyakinkan pemilih bahwa visi-misi lebih penting ketimbang memilih pemimpin karena diberikan uang.
"Saat diskusi, saya sampaikan prinsip saya berkampanye, saya tidak mau habis ini bagi-bagi amplop. Saya tidak mau orang datang karena ada uang transpor. Mau datang ya silakan, kalau enggak ya tidak apa-apa," kata Johan.
Menurut Johan, meski diberi tahu tidak ada pembagian uang, masyarakat tetap datang dan antusias terhadap program-program yang ia tawarkan. Misalnya, program pembangunan daerah yang sejalan dengan program Jokowi. Johan mengakui bahwa kiprahnya di KPK memberikan dampak positif baginya.
Citra jujur dan antikorupsi melekat pada dirinya sehingga semakin memberikan kepercayaan di masyarakat. Kepada masyarakat, Johan juga menjelaskan bahwa uang pribadinya hanya cukup untuk melaksanakan kampanye secara sederhana. Hal itu ternyata dimengerti oleh warga di dapilnya.
Bahkan, menurut Johan, warga langsung yang mengundang kehadirannya untuk berdiskusi dan mengenal dirinya secara lebih mendalam. "Kalau bagi stiker iya, saya bawa stiker, bawa kalender, bawa kaus. Itu pun kadang-kadang kausnya Pak Jokowi saya bawa," ujar Johan sambil tertawa.
Hadapi permintaan warga Menurut Johan, berbagai hal terkait permintaan dana terjadi selama ia berkampanye. Misalnya, di beberapa daerah, ada warga yang meminta langsung bentuk bantuan secara finansial.
Sebagai contoh, ada yang meminta bantuan keramik untuk mushala. Kemudian, ada yang meminta rumahnya yang rusak diperbaiki oleh Johan. "Ada yang bilang, 'Pak ini longsor di depan itu Pak, kami butuh ini, itu. Apa yang bisa dikasih Pak Johan ke kami sebagai caleg'," kata Johan saat menirukan ucapan seorang warga kepadanya.
Saat dihadapkan dengan permintaan seperti itu, Johan menjawab dengan mengatakan bahwa maksud kedatangannya untuk memperkenalkan diri, berdiskusi, dan bersilaturahim.
Johan meminta maaf dan menjelaskan bahwa dia tidak bisa memenuhi permintaan itu. "Saya jelaskan, kalau saya ke suatu daerah, lalu ada puluhan permintaan seperti itu, uang saya dari mana?" Kata Johan.
Selain itu, Johan juga kembali menegaskan agar masyarakat memilih wakil rakyat yang program dan visi-misinya bagus. Johan tidak ingin dirinya dipilih hanya karena memberikan bantuan finansial. "Saya enggak mau Bapak atau Ibu pilih saya karena bangunkan mushala. Lebih baik jangan," kata Johan.
Johan kemudian berjanji bahwa pembangunan kesejahteraan masyarakat akan dilakukan secara menyeluruh, tidak secara perorangan. Johan juga berjanji akan menyampaikan masalah yang diadukan masyarakat kepada kementerian dan lembaga yang terkait. (Tribun/kps)