Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kampanye dan Debat Capres ‘Mubazir’: Begini Penjelasannya

Kontestasi Pilpres 2019 tambah panas! Kubu pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Tribunwow
Fakta Jelang Debat Pilpres 2019, Polemik Pencopotan Panelis hingga Hasil Survei Terbaru 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA – Kontestasi Pilpres 2019 tambah panas! Kubu pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan pasangan capres-cawapres 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno berlomba elektoral.

Berbagai hasil survei lembaga survei nasional mencatat stagnasi tingkat keterpilihan kedua paslon. Artinya, kampanye dan debat kandidat tidak banyak berpengaruh pada tingkat elektoral.

Celebes Research Center (CRC) merilis hasil survei terbaru terkait Pilpres 2019. Lembaga itu mencatat, hingga akhir Januari 2019, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf masih mengungguli Prabowo-Sandiaga.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei CRC, Herman Heizer mengatakan, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf pada 31 Januari 2019 mencapai 56,1 persen, sedangkan Prabowo-Sandi sebesar 31,7 persen. Meski kandidat petahana masih unggul, tren elektabilitas pasangan Prabowo–Sandi cenderung meningkat daripada Jokowi-Ma'ruf.

“Tren elektabilitasnya Prabowo naik 0,4 persen. Jadi, dari survei itu sebenarnya dari Oktober ke Januari tidak ada pergeseran signifkan. Kampanye pasangan calon tidak mengubah peta elektabilitas,” kata Herman saat merilis hasil surveinya di Jakarta, Minggu, (10/2/2019).

Dia mengungkapkan, menurut hasil survei yang dilakukan di tiap pulau, tren elektabilitas Jokowi-Ma’ruf meningkat signifikan di dua kawasan, yaitu Kalimantan dan Papua. Sementara, elektabilitas Prabowo-Sandi meningkat di Sumatera, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku.

“Jokowi-Ma'ruf melemah ke 37,6 persen di Sumatera dan Prabowo-Sandi menguat ke 44,8 persen. Di Jawa, keduanya cenderung stabil, tidak berubah signifikan di batas ambang margin error,” tuturnya.

Jika dilihat berdasarkan latar belakang agama pemilih, mayoritas pemilih nonmuslim memilih Jokowi-Ma’ruf dengan jumlah mencapai 87,1 persen. Sementara, pemilih muslim yang memilih pasangan petahana tersebut dikatakan sebesar 51,9 persen.

Untuk pasangan Prabowo-Sandi, dukungan dari kalangan pemilih nonmuslim hanya sebesar 5,6 persen. Sementara, pemilih muslim yang memilih pasangan penantang itu dikatakan sebanyak 35,3 persen saja.

Herman mengklaim, survei CRC melibatkan 1.200 responden dari seluruh Indonesia yang sudah memiliki hak pilih yang sudah berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah. Metode survei tersebut menggunakan teknik multistage random sampling (pengambilan sampel secara acak dan bertingkat).

Adapun margin of error survei tersebut sebesar plus minus 2,83 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Pengumpulan data dilakukan dengan melode wawancara tatap muka menggunakan kuisioner oleh pewawancara yang sudah terlatih. Periode wawancara di lapangan mulai dari 23-31 Januari 2019.

Mayoritas hasil survei menunjukkan Jokowi-Ma'ruf masih unggul dari Prabowo-Sandi. Dari tujuh lembaga survei yang telah mengeluarkan rilisnya, pasangan nomor urut 01 lebih unggul daripada pasangan nomor urut 02.

Menurut Ketua DPP PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira, mencerminkan masyarakat pemilih lebih menyukai dan memilih capres yang sudah terbukti dan punya rekam jejak yang baik.

"Hasil survei ini mencerminkan masyarakat pemilih lebih menyukai, lebih memilih capres yang mempunyai rekam jejak yang baik, kinerja yang sudah terbukti, kepribadian yang baik dan lingkungan keluarga yang tidak KKN," ujar anggota DPR RI ini, Minggu (10/2/2019).

Hasil survei ini juga, kata Pareira, membuktikan bahwa masyarakat masih lebih percaya dengan fakta ketimbang hoaks yang beredar selama ini.

"Hoaks yang menyerang Jokowi tidak sepenuhnya berpengaruh di masyarakat pemilih yang kritis," tegas Pareira.

Generasi milenial pun yang merupakan bagian pemilih terbanyak imbuh dia, lebih berpihak pada pasangan Jokowi-Ma’ruf. "Kelompok ini kritis dan menolak isu-isu negatif, pesimisme yang berkembang selama ini. Karena mereka melihat fakta-fakta optimisme yang terjadi di bangsa ini," jelas Pareira.

Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga enggan ambil pusing dengan hasil survei. "Berapapun angka yang sudah diperoleh oleh Prabowo-Sandi, kerja keras untuk mengamankan dukungan warga harus semakin kuat. Kami ini penantang, yang tidak seberkuasa petahana dan sebanyak uang petahana, jadi kami tidak akan pusingkan survei elektabilitas," ujar Juru Bicara BPN Prabowo-Sandiaga, Faldo Maldini kepada wartawan, Minggu (10/2/2019).

Lagipula, kata Faldo, pihaknya tak menjadikan hasil survei sebagai patokan kemenangan Prabowo-Sandiaga. Menurutnya, antusiasme warga menjadi bukti sang paslon didukung rakyat.

"Apapun hasil surveynya, bahkan survey internal kami yang bilang jaraknya tidak begitu jauh, belum kami jadikan patokan. Agenda besar kami dari rumah ke rumah. Bang Sandi sedang sering ke Jawa Tengah karena beberapa daerah di sana merasakan betul dampak dari pembangunan infrastruktur yang tidak prorakyat kecil. Pak Zul kemaren beberapa hari di Jawa Timur. Apapun hasil surveinya, kami harus berlari lebih kencang," tuturnya.

"Berapapun angka yang sudah diperoleh oleh Prabowo-Sandi, kerja keras untuk mengamankan dukungan warga harus semakin kuat. Kami ini penantang, yang tidak seberkuasa petahana dan sebanyak uang petahana, jadi kami tidak akan pusingkan survei elektabilitas. Kalau mereka enak, bisa bilang 'jangan lewat jalan TOL' ke pendukung 02 atau 'yang gaji siapa?' ke ASN. Kalau kami kan tidak bisa dan tidak mau, ya satu-satunya jalan, yakinkan warga dari pintu ke pintu," imbuh Faldo.

Selain itu, bagi Prabowo-Sandiaga, pemilu tak melulu soal kalah dan menang. Pemilu, kata Faldo, juga sebagai ajang pendidikan politik.

"Ingin sebagai momentum peningkatan kualitas demokrasi. Selama ini, nyebut hoax dan Propaganda Rusia, terus dibantah oleh Kedutaan Rusia. Ternyata, Facebook juga menyebut tim petahana terkait dengan Saracen. Kalau Facebook benar, Kami menduga rezim ini memang sumber kebencian yang kita tonton setiap hari," katanya.

Politikus PAN itu juga mengatakan, hasil survei juga bukanlah tolak ukur kemenangan seorang kandidat. Sebab, lembaga survei kerap tak transparan dengan metode dan data yang diperoleh.

"Dalam UU, butuh lima puluh plus satu untuk memenangkan pemilu. Artinya, survei itu juga bisa dibaca dengan cara lain, yaitu pasangan petahana memiliki jarak 6 persen pada kekalahan. Survei kalau digunakan untuk propaganda ini bahaya, coba buka datanya saja semua. Berapa kemantapan memilihnya? Tidak banyak yang berani buka," ujar Faldo. 

7 Hasil Survei

Survei Populi Center menunjukkan, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 54,1 persen, sementara Prabowo-Sandi 31,0 persen. Adapun yang tidak menjawab sebesar 14,9 persen. "Hasil ini relatif sama dengan temuan survei pada bulan-bulan sebelumnya," kata peneliti Populi Center Dimas Ramadhan saat merilis hasil survei di Jakarta, Kamis (7/2/2019).

Survei sebelumnya yang digelar Desember 2018 menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 52 persen dan Prabowo-Sandi 30,7 persen.

Artinya, tak ada perubahan signifikan elektabilitas kedua paslon pascadebat kandidat pertama pilpres 2019 yang digelar pada 17 Januari lalu.

Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan yang hadir sebagai penanggap menilai wajar jika debat kandidat tak berpengaruh signifikan pada elektabilitas kedua paslon.

Sebab, mayoritas masyarakat sudah lama terpolarisasi dan memiliki pilihannya masing-masing. "Jadi mayoritas masyarakat yang menonton debat hanya untuk menunjukkan dukungan kepada paslon yang didukungnya, dan mencari kesalahan paslon lawan," kata Djayadi.

Menurut dia, debat kandidat hanya akan berpengaruh kepada masyarakat yang belum menentukan pilihan serta pemilih mengambang. Namun, biasanya jumlahnya tidak banyak.

LSI Denny JA mencacat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin berada di angka 54,8 persen. Sedangkan pasangan Prabowo-Sandiaga hanya mendapat 31,0 persen suara.

Selisih yang terbilang cukup tinggi itu dikarenakan masuh ada 14,2 persen responden yang belum memutuskan pilihannya, atau tidak memberikan jawaban. Survei LSI Denny JA dilakukan pada 18-25 Januari 2019.

Adapun responden yang digunakan ada 1.200 dan tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error sekitar 2,8 persen.

Survei Populi Center dilakukan pada 20-27 Januari 2019 menggunakan metode yang digunakan adalah wawancara tatap muka di 34 provinsi.

Hasilnya, Jokowi-Ma'ruf unggul 54,1 persen dibandingkan Prabowo-Sandiaga, di mana pasangan 02 hanya memperoleh angka 31,0 persen. Dari 1.486 responden, 14,9 persen tidak memberikan jawaban.
Diketahui, pada survei sebelumnya, pada Desember 2018, elektabilitas Jokowi mencapai 52 persen. Sedangkan Prabowo-Sandiaga 30,7 persen.

Charta Politika melakukan survei pada 22 Desember 2018 hingga 2 Januari 2019. Jokowi-Ma'ruf Amin unggul dengan perolehan 53,2 persen suara. Prabowo-Sandiaga mendapat 34,1 persen suara. Ada 12,7 persen responden lainnya memilih tidak tahu harus memilih siapa, atau tidak memberikan jawaban.

Berdasarkan rilis dari Charta Politika, survei ini menggunakan sebanyak 2.000 responden yang tersebar di 34 Provinsi di Indonesia, dengan cara wawancara tatap muka langsung menggunakan kuesioner terstruktur.

Survei menggunakan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error kurang lebih 2,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Indikator Politik melakukan survei ini dilakukan pada 16-26 Desember 2018. Jokowi-Ma'ruf mencapai 54,9 persen. Sedangkan Prabowo-Sandiaga elektabilitasnya 34,8 persen. Ada 9,2 persen responden memilih tidak tahu atau tidak memberikan jawaban. Kemudian 1,1 persen sisanya memilih untuk golput.

Survei Y-Publica pada 26 Desember 2018 hingga 8 Januari 2019 menunjukkan Jokowi-Ma'ruf Amin unggul 53,5 persen. Prabowo-Sandiaga 31,9 persen. Sebanyak 14,6 persen responden belum memutuskan pilihan.

Survei Median pada 6-15 Januari 2019, Jokowi-Ma'ruf Amin mendapat 47,9 persen. Prabowo-Sandiaga 38,7 persen. Dari keseluruhan responden, ada 13,4 persen yang belum menentukan pilihannya di Pilpres 2019.

Saiful Munjani Research & Consulting (SMRC) paling akhir lakukan survei pada 7-14 September 2018. Jokowi-Ma'ruf unggul dengan perolehan 60,4 persen.
Prabowo-Sandiaga sebesar 29,8 persen.

Kemudian 9,8 persen responden tidak memberikan jawaban. (Tribun/dtc/kps/inc)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved