Statistik dan Skor Debat Capres Tahap Pertama: Jokowi Unggul 2,5 Menit
Debat pilpres tahap pertama ramai dibahas publik. Masing-masing kubu punya penilaian terhadap performans
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO,CO,ID. MANADO – Debat pilpres tahap pertama ramai dibahas publik. Masing-masing kubu punya penilaian terhadap performans jagoan mereka. Namun sesuai catatan Litbang Kompas, calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo lebih menguasai durasi dibandingkan capres 02 Prabowo Subianto saat saat debat pertama pada Kamis (17/1/2019) malam.
Petahana juga mendominasi dalam menjawab pertanyaan dibandingkan calon wakil presidennya, Ma’ruf Amin.
Pada debat pertama yang diselenggarakan di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, keduanya telah menjawab sejumlah pertanyaan dalam tema hukum, Hak Asasi Manusia (HAM), korupsi, dan terorisme.
Ma’ruf hanya berbicara sebanyak lima kali dengan total durasi selama 4 menit 16 detik. Sementara Jokowi berbicara sebanyak 21 kali, termasuk saat memaparkan visi misi dan memberikan pernyataan penutup. Total durasi saat Jokowi berbicara yaitu 1.426 detik atau 23 menit 46 detik. Sedangkan Prabowo berbicara 1.271 detik atau 21 menit 11 detik (lihat grafis). Atau Jokowi melebihi 155 detik atau 2,5 menit durasi bicara.
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto memang lebih banyak berbicara dalam konteks durasi saat debat pertama jika dibandingkan dengan calon wakil presidennya, Sandiaga Uno. Prabowo berbicara sebanyak 19 kali, sementara Sandiaga berbicara sebanyak 10 kali dalam debat.
Jika dibandingkan, total durasi Prabowo berbicara yaitu 21 menit 11 detik, sedangkan Sandiaga berbicara selama 7 menit 21 detik. Cara menjawab keduanya terlihat lebih interaktif, misalnya mereka berganti-gantian dalam menjawab pertanyaan. Selain itu, gurauan pun terjadi di atas panggung, ketika Prabowo berjoget untuk mencairkan suasana.
Selain itu, Prabowo juga sempat tertawa kecil saat diingatkan bahwa Sandiaga sudah bukan kader Partai Gerindra lagi. Kala itu, mereka menjawab pertanyaan terkait komposisi perempuan dalam jajaran kepengurusan partai yang dipimpin oleh Prabowo tersebut.
Polling Litbang Kompas menunjukkan tayangan debat pertama diminati 65,8 persen responden. Wilayah yang paling banyak menunggu tayangan debat pilpres terdapat di Sulawesi dan Kalimantan. Sebelum debat pilpres digelar pada Kamis (17/1/2019) malam, Litbang Kompas melakukan pengumpulan pendapat dengan wawancara melalui telepon.
Responden diberikan pertanyaan, apakah berminat menonton debat pilpres pada Kamis malam. Hasilnya, sebanyak 61,6 persen responden di Sumatera menjawab ya. Sementara, 24,7 persen menjawab tidak dan 13,7 persen menjawab tidak tahu.
Kemudian, sebanyak 63,1 persen responden di Jawa menjawab ya. Sementara, 24,5 persen menjawab tidak dan 12,4 persen menjawab tidak tahu. Selanjutnya, sebanyak 90,9 persen responden di Kalimantan menjawab ya. Sementara, 4,5 persen menjawab tidak dan 4,5 persen menjawab tidak tahu.
Kemudian, sebanyak 88,9 persen responden di Sulawesi menjawab ya. Sementara, 11,1 persen menjawab tidak dan 0,0 persen menjawab tidak tahu. Selanjutnya, untuk wilayah lainnya, sebanyak 67,9 persen menjawab ya. Kemudian, 28,6 persen menjawab tidak. Sementara, 3,6 persen menjawab tidak tahu.
Polling ini melibatkan sebanyak 497 responden berusia minimal 17 tahun berbasis rumah tangga. Responden dipilih secara acak proposional bertingkat di 34 provinsi seluruh Indonesia.
Ketua Tim Kampanye Daerah pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Provinsi Sulawesi Utara, Adriana Dondokambey menilai, penampilan pasangan 01 itu begitu memukau dan meyakinkan.
Politisi PDIP ini menyanksikan jika ada pihak yang menilai pasangan Jokowi-Ma'ruf tampil kurang maksimal.
"Penampilan KH Ma'ruf bagus, terutama ketika menjawab pertanyaan tentang teroris, jawabannya pas dan mantap," kata caleg nomor urut 1 dari PDIP untuk DPR RI ini kepada tribunmanado.co.id, Jumat (18/1/2019).
Secara keseluruhan pasangan Jokowi-Ma'ruf yang unggul. "Jawaban mantap, bagus, semua tepat, penyampaian sistematis, baik dalam menyampaikan visi misi, memberikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan," kata Adriana.
Paling berkesan, kata Adriana, ketika sampai pada tema kesetaran gender. Sulit terbantahkan, ketika Jokowi menyorot struktur petinggi Partai Gerindra yang minim perempuan. Sebelumnya, pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Manado menyoroti penampilan Ma'ruf dalam debat pertama.
Mereka menilai Ma’ruf lebih banyak melongo dan diam. Jawabannya pun sering terlalu lama sehingga kehabisan waktu.
"Penampilannya kurang meyakinkan, anti-klimaks," beber Alex, pendukung Prabowo. Menurutnya, penampilan Ma’ruf itu, masih kalah dengan Sandiaga. Sandiaga, kata dia, nampak menguasai masalah serta percaya diri.
Diketahui, debat pertama Pilpres 2019 ini diadakan di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019) malam. Membahas tiga isu, yaitu hukum, hak asasi manusia (HAM), korupsi dan terorisme.
Kedua pasangan calon dipersilakan untuk menyampaikan visi dan misinya jika nantinya terpilih. Debat dipimpin Ira Koesno dan Imam Priyono.
TKD Jokowi-Ma'ruf Sulut menggelar nonton bareng di Kantor Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP di Jalan Soekarno, Minahasa Utara. Nonton bareng berlangsung meriah dihadiri ribuan orang dari partai gabungan pendukung pasangan nomor urut 01.
Acara pun diselingi hiburan band dan kuis berhadiah. Adriana mengungkapkan, nobar debat ini atas instruksi Tim Kampanye Nasional (TKN). Sulut dipercaya menjadi daerah pertama yang menggelar nobar.
Sedikitnya ada 4 kali debat, untuk debat berikutnya kata Adriana, Sulut tak lagi akan menggelar. "Berikutnya pindah ke daerah lain, giliran provinsi lain," ujar Adriana.
Acara debat ini sangat bermanfaat, karena para kader parpol pendukung bisa menyaksikan langsung performans debat Jokowi-Ma'ruf.
Pada debat perdana ini, para pendukung bisa berbangga penampilan Jokowi-Ma'ruf yang lebih unggul dibanding Prabowo-Sandiaga.
Sementara pertanyaan Jokowi soal calon legislatif Partai Gerindra yang pernah jadi narapidana korupsi, menurut pengamat politik Taufik Tumbelaka, berdasarkan pemberitaan media nasional, ada semua parpol (kecuali PSI) yang memiliki caleg mantan napi.
"PDIP juga ada, partai pengusung paslon nomor satu juga ada caleg narapidana korupsi. Gerindra juga dan partai pengusung paslon nomor dua mengusung calen mantan narapidana korupsi," ujarnya, Jumat kemarin.
Terkait pernyataan Jokowi, kata Tumbelaka, itu takkan pengaruh ke Gerindra. Karena jika Gerindra balik menyerang dan mengungkap partai-partai pengusung mantan narapidana korupsi, bisa menyerang kubu Jokowi.
"Tak hanya legislator, ada juga kepala daerah yang korupsi. Dari PDIP maupun partai pengusung Jokowi, sebaliknya juga Gerindra. Partai yang menyatakan tak mencalonkan mantan narapidana hanya PSI," ujarnya.
Harus ada pembinaan dari internal parpol. Jika ada kader partai yang terpilih, kemudian melakukan korupsi, Tumbelaka mengusulkan agar ketua parpol juga turut menanggung kerugian negara.
"Karena kan yang memberi rekomendasi adalah ketua parpol, sehingga kalau memang berani, kalau kader terlibat korupsi, ketua parpol juga menanggung kerugian negara," ujarnya.
Selanjutnya jangan ada lagi mahar politik. Sebab menurutnya, korupsi juga terjadi karena ada mahar politik. Kemudian sistem gaji dan tunjangan legislator maupun kepala daerah.
"Itu semua kembali pada komitmen pada elite, paling enggak bisa dikurangi. Yang saya maksud dari korupsi, yakni yang disengaja, yang memperkaya diri sendiri. Karena ada korupsi karena kelalaian administrasi," ujarnya.

Warouw: Prabowo Tak Nyontek
Serangan kubu petahana Joko Widodo-Ma’ruf Amin soal calon legislatif mantan napi koruptor ditanggapi pihak lawan, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Sulawesi Utara.
Anggota DPR RI dari Partai Gerindra, Wenny Warouw menilai pertanyaan Jokowi soal Gerindra mengusung caleg mantan napi korupsi membuktikan petahana kurang paham tahu aturan.
"Undang Undang membolehkan, tapi KPU melarang, dan pada akhirnya semuanya harus tunduk pada undang-undang," kata Wenny kepada tribunmanado.co.id via WA, Jumat (18/1/2019) malam.
Dia berpendapat Jokowi tidak pantas menanyakan hal itu karena sudah jelas aturannya dalam UU. Wenny menilai Prabowo tak hanya unggul dalam penyampaian materi tapi juga dalam penampilan.
"Dia lebih elegant pakai jas, tidak nyontek lagi," kata dia.
Wenny meyakini elektabilitas Prabowo bakal terdongkrak karena semua rakyat menyaksikan debat yang menurutnya dimenangkan Prabowo.
Kubu Prabowo-Sandiaga di Sulut yakin elektabilitas Prabowo di Sulut meningkat pascadebat. "Pak Prabowo tampil luar biasa, masyarakat bisa menilai," kata Wakil Sekretaris DPD Gerindra Sulut Alvin Ruata kepada tribunmanado.co.id, Jumat (18/1/2019) via ponsel.
Menurut Alvin, rakyat yang menonton debat itu dapat melihat program Prabowo. Sang penantang dengan cerdas menyampaikan masalah hukum dan ekonomi serta kedaulatan bangsa. "Misalnya soal kesejahteraan PNS, Pak Prabowo punya konsep yang terukur, juga masalah lainnya," kata dia.
Mengenai berbagai tudingan miring, semisal mengusung caleg mantan koruptor, isu HAM serta lainnya, ujar dia, bisa dijawab Prabowo dengan cerdas. "Kami lega," beber dia.
Buffer Turang, pendukung Prabowo menyatakan, isu khilafah terjawab dalam dialog itu. "Pak Prabowo katakan semua sama di mata hukum, tanpa membeda-bedakan status, itu penegasan bahwa Pak Prabowo benar berdiri di semua golongan," kata dia.
DPD Gerindra Sulut mempertimbangkan untuk menggelar nonton bareng berskala besar dalam debat capres berikutnya. "Animo pendukung ternyata besar, ke depan bisa digelar lebih besar," kata Ruata.
Ruata menyatakan, noreng debat pertama memang hanya digelar di kantor DPD dan Posko pemenangan. Juga tak ada pengerahan massa dari caleg. "Tapi rupanya banyak caleg yang gelar noreng dengan masyarakat," beber dia.
Ruata menyatakan, cara tersebut membuat noreng menjadi kian memasyarakat karena digelar di banyak tempat.(ryo/art/fin/kps)