Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Prabowo Mirip Bung Karno saat Berpidato: Begini Tanggapan PDIP

Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah memuji Pidato Kebangsaan Prabowo Subianto yang digelar di JCC, Senayan,

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Capture video live streaming Tv One
Pidato Kebangsaan Prabowo Subianto 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah memuji Pidato Kebangsaan Prabowo Subianto yang digelar di JCC, Senayan, Jakarta pada Senin malam(14/1). Pidato tersebut menurut Fahri gagal mengasosiasikan Prabowo sebagai orang yang menakutkan, bahkan Fahri menyebut pidato Prabowo mirip sang proklamator Sukarno karena disampaikan dengan berapi-api.

Pasalnya selama ini ada pihak pihak yang ingin mengidentikkan Prabowo sebagai seorang yang temperamental dan emosional.

"Saya menganggap itu gagal membuat Prabowo itu tampil menakutkan dan membahayakan. Sebab saya menilai ada upaya untuk melumuri pak Prabowo dengan citra yang menakutkan. Prabowo dianggap emosional, dianggap suka marah, temperamental, lalu mengancam orang mengancam transisi demorkasi.

Akan mengacaukan yang sudah ada. Itu semua adalah citra yang ingin dilekatkan kepada pribadi pak Prabowo. Kalau disampaikan secara meledak-ledak ya itu gaya dia kan. Dia kan lebih mirip Bung Karno. Sementara kita tidak mungkin mengharapkan Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) meledak-ledak. Itu soal gaya orang," ujar Fahri.

Pidato yang disampaikan lebih dari setengah jam tersebut Menurut Fahri, menunjukkan bahwa Prabowo sangat toleran dan akomodatif. Prabowo seorang negarawan yang siap menerima krittikan.

"Faktanya makin panjang dia berbicara ternyata dia orang yang sangat istilahnya tuh toleran, akomodatif, dan sebagai seorang prajurit TNI Jenderal Pangkostrad, Danjen kopassus dan sebagainya, maka semua keraguan orang itu akhirnya dijawab sama dia,"katanya.

Apalagi menurut Fahri, Prabowo menyatakan akan meneruskan program Jokowi yang dinilai baik bila terpilih pada Pemilu mendatang. Hal itu menunjukan Prabowo sangat rekonsiliatif.

"Mungkin buat pendukung dia yang sangat keras, kan ada keinginan kalau bisa dia memimpin yang lain dilupakan. ternyata dia tidak begitu. bahkan dia bilang mohon kedewasaan kita semua bahwa apapun presiden sebelumnya termasuk pak Jokowi pun punya jasa dan punya kerja bagi republik. jadi pidato dia itu rekonsiliatif," pungkasnya.

Hal berbeda justru disampaikan Presiden PKS Sohibul Iman. Menurutnya durasi berpidato Ketua Umum Partai Gerindra tersebut terlalu lama. Sohibul mengatakan pidato kebangsaan yang disampaikan dalam waktu kurang lebih 1,5 jam itu terlalu lama sehingga tidak fokus.

“Padahal saya sebelumnya menitipkan pesan agar pidato kebangsaannya tidak lebih dari setengah jam supaya fokus,” ujar Sohibul. Sementara itu Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid memilik pendapat berseberangan dengan kompatriotnya itu. Menurutnya pidato 1,5 jam yang disampaikan Prabowo justru terlalu pendek untuk memetakan masalah dan potensi di Indonesia.

“Indonesia kan sangat besar potensi sekaligus masalahnya, Indonesia begitu luas, Pak Prabowo punya banyak hal yang ingin dikerjakannya untuk Indonesia dalam pidato 1,5 jam itu yang menurut saya masih terlalu pendek, menurut saya masalah dan potensi Indonesia layak dipidatokan sehari semalam,” jelasnya.

Hidayat Nur Wahid yang juga menjabat Wakil Ketua MPR RI mencoba meluruskan maksud kritik dari Sohibul Iman tersebut. “Menurut saya Pak Sohibul bukan mengkritik tetapi memberikan masukan agar sebuah pidato menjadi fokus karena bagaimana pun Pak Prabowo tadi malam mencoba memberikan solusi yang luas dan komprehensif untuk masyarakat Indonesia,” pungkasnya.

Presiden Soekarno 
 
Presiden Soekarno    (Google images)

Jauh dari Soekarno

Terpisah, Sekretaris Badan Pelatihan dan Pendidikan DPP PDIP, Eva Kusuma Sundari menyebut Prabowo jauh dari mirip Presiden RI ke-1 Sukarno. Eva juga tidak terima gaya orasi Prabowo disamakan dengan Sukarno. Sebab, menurut dia, sang proklamator punya kemampuan gemilang dalam orasi.

"Bung Karno the best orator ever dalam semua kategori. Intonasi, gestur, diksi cerdas, dan nyambung ke roso, sehingga membawa dampak luar biasa ke audiens," kata Eva.

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily mengatakan bahwa Pidato Kebangsaan Prabowo Subianto tidak menghadirkan solusi. Prabowo dalam pidatonya hanya mengatakan bahwa Indonesia seolah-olah sedang dalam keadaan krisis.

"Bahwa kita hadapi masalah tentu harus ada solusinya, solusinya itu adalah misalnya ada masalah soal lapangan kerja, solusinya apa, itu yang tak ditampilkan sama sekali," ujar Ace.

Politikus partai Golkar itu mengatakan Prabowo hanya memaparkan sejumlah permasalahan berdasarkan identifikasinya sendiri. Hanya saja Prabowo tidak menawarkan konsep solusi yang akan dijalankannya nanti.

"Tawaran konseptual terhadap persoalan yang disampaikan pada awal-awal tidak dijelaskan kecuali hanya program-program yang bersifat klise dan itu sesungguhnya sedang dilakukan pak Jokowi selama ini," katanya.

Selain itu Ace mengatakan sejumlah BUMN yang menurut Prabowo bangkrut dan terancam bangkrut juga tidak tepat. Baik Pertamina, Krakatau Steel, Garuda, hingga PLN berada dalam kondisi sehat. Bahkan menurut Ace di era Jokowi, BUMN menjadi salah satu pilar pembangunan.

"Jadi apa yang disampaikan pak Prabowo dalam pidatonya tak menampilkan sesuatu yang baru, terkesan ingin mendramatisasi situasi padahal yang sesungguhnya kondisinya biasa-biasa saja bahkan sudah dilakukan pemerintahan Jokowi," pungkasnya.

Staf Khusus Presiden Ahmad Erani Yustika tidak setuju dengan pernyataan calon presiden Prabowo Subianto yang menyebut BUMN terus merugi dan akan bangkrut satu per satu. Menurut dia, pemerintah saat ini sangat fokus dalam mengelola perusahaan pelat merah agar peranannya bisa menggenjot perekonomian.

"Peranan BUMN dapat terlihat dari beberapa hal, seperti penyerapan tenaga kerja dan penerimaan negara (deviden). Lebih dari itu, peranan BUMN diarahkan untuk pelayanan publik (public service obligation)," ujar Erani.

Erani memaparkan, kinerja BUMN sepanjang 2018 semakin membaik. Tercatat, asetnya melonjak dari Rp 4.577 triliun menjadi Rp 7.817 triliun dan labanya naik dari Rp 148 triliun menjadi Rp 218 triliun.

"Pajak dan deviden BUMN naik dari Rp 218 triliun menjadi Rp 260 triliun pada 2018," ucapnya.

Sementara untuk kinerja keuangan Garuda Indonesia, kata Erani, terlihat membaik, dimana sepanjang Januari-September 2018 pendapatan usaha naik 3,5 persen (yoy) menjadi 3,21 miliar dolar AS.

"Garuda Indonesia Group juga mengelola Sriwijaya Air melalui kerjasama operasional (KSO) bersama Sriwijaya Air Group. Hal ini menunjukkan bahwa Garuda Indonesia tetap menjadi yang terbaik dan terpercaya, berbagai penghargaan di level nasional dan internasional pun diperoleh Garuda Indonesia," paparnya.

Untuk kondisi PLN, Erani menjelaskan, berdasarkan data sepanjang Januari-Juni 2018 pendapatan usaha naik 7,43 persen (yoy) dan laba sebelum pajak mencapai Rp1,83 triliun. "Faktor lain yang harus diperhatikan dalam adalah bagaimana peranan BUMN yang semakin meningkat," kata Erani.

Peranan BUMN yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan menciptakan keadilan ekonomi dapat diwujudkan kepada seluruh masyarakat.

"Pemerintah menjamin tercapainya BBM Satu Harga di seluruh Indonesia, Pertamina terus melanjutkan program tersebut ke 124 titik wilayah 3T di Indonesia. Lalu, PLN telah mampu meningkatkan rasio elektrifikasi hingga mencapai 98,3 persen sampai akhir 2018," ujar Erani. (Tribun Network/fik/sen/zal/wly)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved