Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

LSI Denny JA: Jokowi-Ma'ruf Amin Berpotensi Menang Telak

Hasil Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA) menunjukan mayoritas reponden menilai pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
antara
KAMPANYE - (kiri ke kanan) Ma'ruf Amin, Jokowi, Prabowo Subianto dan Santiaga Uno menghadiri kampanye damai di Monas, Jakarta, Minggu (23/9/2018). 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Hasil Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA) menunjukan mayoritas reponden menilai pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin berpotensi menang telak pada Pilpres 2019.

"Publik menilai Jokowi-Ma'ruf Amin yang paling berpotensi menang telak," ujar peneliti LSI, Rully Akbar, di kantor LSI, Jakarta, Rabu (5/9).

Dari survei tatap muka dengan kuesioner ini, responden ditanyakan soal capres-cawapres yang potensial menang telak dengan selisih perolehan suara di atas 10 persen pada Pilpres 2019.

Hasilnya, sebanyak 58,6 persen responden menyatakan Jokowi-Ma'ruf akan menang telak dengan selisih suara di atas 10 persen. Dan yang memilih pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno hanya 25,7 persen reponden. Sementara sisanya, sebanyak 15,7 persen responden menyatakan tidak tahu/tidak jawab/belum memutuskan.

Survei ini dilaksanakan pada 14-21 September 2018 dengan metode multistage random sampling terhadap 1.200 responden, melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Dan survei ini memiliki margin of error sebesar +/- 2,9 persen.

Responden dalam survei yang digelar pada 14-22 September 2018 ini juga ditanya soal harapan Pilpres 2019 memunculkan presiden yang kuat. Hasilnya, 85,60 persen responden dari 1.200 responden menyatakan ingin agar terpilih presiden yang kuat.

Alasannya beragam. Sebagian besar responden ingin Indonesia stabil untuk menumbuhkan ekonomi/kesejahteraan rakyat, agar tidak diperalat oleh kepentingan sekelompok, agar tak terlalu banyak nego yang tak perlu untuk mengambil keputusan, serta agar presiden kokoh melindungi keberagaman Indonesia.

Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (tengah) bersama Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Djoko Santoso (kiri), dan Dewan Penasehat BPN Amien Rais (kanan), saat memberi keterangan pers mengenai kasus penganiayaan yang disebut-sebut dialami Ratna Sarumpaet, di Jl Kertanegara, Jakarta, Selasa (2/10/2018).
Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (tengah) bersama Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Djoko Santoso (kiri), dan Dewan Penasehat BPN Amien Rais (kanan), saat memberi keterangan pers mengenai kasus penganiayaan yang disebut-sebut dialami Ratna Sarumpaet, di Jl Kertanegara, Jakarta, Selasa (2/10/2018). (ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)

Kasus Ratna Sarumpaet Gerus Suara Prabowo

Rully juga menyampaikan analisanya. Menurutnya, masalah pembohongan yang dilakukan oleh aktivis Ratna Sarumpaet bakal berefek terhadap elektabilitas pasangan Prabowo-Sandiaga.

Aksi pembohongan Ratna Sarumpaet terjadi saat dia masih menjadi sebagai juru kampanye nasional dari pasangan Prabowo-Sandiaga Uno sebelumnya akhirnya diberhentikan.

Rully menilai penurunan ini tergantung dengan cara kubu Prabowo-Sandiaga melakukan upaya pembersihan nama baik. "Melihat potensi pasti ada potensi penurunan. Bagaimana mereka bisa menutupi kasus ini dengan baik, upaya pembersihan. Apakah ini ber-impact? Potensi penurunan pasti ada," ujarnya.

Mengenai persepsi yang bakal menyatakan Prabowo adalah sosok yang ceroboh dalam mengambil keputusan, menurut Rully, hal itu kembali pada penilaian dari publik.

Menurutnya, perubahan persepsi atau kesan publik terhadap Prabowo-Sandiaga bakal ditentukan lewat isu selanjutnya yang bergulir. "Prabowo yang dianggap ceroboh ini tergantung publik. Mengubah pilihan atau tidak, makin kuat atau tidak, akan terlihat di isu selanjutnya," jelas Rully.

Rully menilai kasus ini sudah mencederai demokrasi, sehingga besar kemungkinan bakal mendapatkan hukuman dari dari publik. "Kasus ini sudah mencederai demokrasi. pasti ada hukuman publik," ungkap Rully.

Pengamat politik Universitas Jenderal Achmad Yani, Arlan Siddha, juga menyatakan keputusan Prabowo Subianto selaku capres yang melakukan pembelaan terhadap Ratna Sarumpaet yang belakangan terbongkar ternyata adalah hoaks akan berimbas pada perolehan suara di pilpres nanti. Apalagi, pembelaan Prabowo terhadap Ratna tidak didukung dengan kroscek mendalam terlebih dahulu.

Dia menilai, hal itu membuat sebagian masyarakat menjadi tidak simpati terhadap Prabowo-Sandiaga. "Bisa jadi banyak masyarakat akhirnya menjadi tidak simpati. Apalagi hoaks tersebut dilihat seakan sengaja dibuat untuk menjadi komoditi politik yang seolah-olah kubu Prabowo dizolimi," jelasnya.

Atas kejadian ini, pasangan Prabowo-Sandiga disarankan untuk lebih berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan, terutama yang berdampak pada publik. "Khawatir pemilih menjadi hilang simpati," pintanya.

Sebelumnya masyarakat dihebohkan dengan kabar penganiayaan yang dialami oleh Ratna Sarumpaet. Perempuan 70 tahun itu diketahui merupakan aktivis sekaligus jurkamnas pasangan Prabowo-Sandiaga.

Melalui rekan-rekan tim pendukung Prabowo-Sandiaga, Ratna Sarumpaet disebutkan dianiaya oleh tiga orang tak dikenal hingga lebam-lebam. Disebutkan pengeroyokan terjadi di sekitar Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, pada Jumat malam, 21 September 2018.

Namun, hasil penyelidikan kepolisian menunjukan jika Ratna Sarumpaet berada di di Rumah Sakit Khusus Bedah Bina Estetika, Menteng, Jakarta Pusat, pada sore hingga malam hari Jumat itu.

Pasca-kepolisian mengumumkan hasil penyelidikan itu, akhirnya Ratna Sarumpaet mengakui dirinya tidak mengalami penganiayaan. Dia mengaku melakukan pembohongan dengan menyebut dirinya mengalami penganiayaan sehingga wajahnya penuh dengan lebam.

Dia juga membenarkan dirinya berada di RS Bina Estetika Menteng Jakarta pada hari itu dalam rangka operasi sedot lemak di pipi. Dia juga mengakui lebam-lebam di wajahnya terjadi setelah operasi tersebut. “Saya meminta maaf kepada semuanya, termasuk kepada lawan-lawan yang biasa saya kritik yang kini berbalik kepada saya, sekarang saya harus mengakui sebagai pencipta hoaks terbaik,” ujar Ratna. (tribun network/fah/coz)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved