Renungan Minggu
Milikilah Hubungan Intim dengan Allah
Mengapa iman para tokoh di Alkitab begitu kuat? Karena mereka punya hubungan intim dengan Allah dalam perjalanan hidup mereka.
Oleh : Pdt Marco Wagey MTh
Pendeta Pelayan Tasik Genesaret Sindulang 2 Wilayah Manado Utara 1
Ibrani 11 : 17 – 40
Iman = Ketaatan
Iman adalah karunia Allah yang dikerjakan dalam hati oleh Roh Kudus , yang menghidupkan dan memandu semua kemampuan kita untuk menuju satu tujuan.
Berbicara soal iman Kristiani, berarti berbicara soal dorongan hati nurani yang taat pada Tuhan untuk tujuanNya yang mulia.
Anselmus, seorang tokoh Kristen yang memasukkan logika dalam pelayanan iman, terkenal dengan semboyannya “Fides Quarents Intellectum” yang artinya beriman adalah usaha untuk mencari tahu (kehendak Tuhan).
Ibrani 11 : 17 – 40 merupakan kisah dari tokoh tokoh Alkitab yang diceritakan kembali oleh penulis Ibrani dengan pengalaman iman dari tokoh tokoh tersebut.
Pengalaman mereka berbeda–beda ; ada yang “menderita sengsara” ada yang melihat “runtuhnya tembok tembok Yerikho”, ada yang “memadamkan api yang dasyat”ada yang di gergaji dan lain sebagainya.
Walaupun kisah mereka berbeda, namun satu unsur yang tetap sama yaitu iman.
Iman adalah pandangan hidup yang benar.
Karena iman, maka tak ada rasa gentar sedikitpun, sekalipun berhadapan dengan keadaan yang sulit.
Kalau Abraham dan tokoh tokoh yang diceritakan memandang hidupnya dengan tanpa iman dan hanya memikirkan apa yang kelihatan , maka tidak mungkin Abraham rela mengorbankan anaknya Ishak.
Tidak mungkin ada pengorbanan dan kerelaan untuk menderita dan sengasara dalam peperangan dan lain sebagainya.
Akan tetapi, karena iman yang membuahkan ketaatan kepada kehendak Allah, maka para tokoh Alkitab ini melakukan apa yang dikehendaki Allah.
Bahkan, pada bagian terakhir ayat 39-40 “mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kesaksian yang baik.
Sebab, Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita…………..”.
Artinya, buah dari ketaatan para tokoh Alkitab ini adalah sesuatu yang telah disiapkan Allah.
Allah menyingkapkan rencana yang lebih baik, atau setidak-tidaknya rencana yang lebih lengkap, pada generasi-generasi sesudah para leluhur dan khususnya berkenaan dengan generasi-generasi sejak Kalvari.
Penyempurnaan harus menanti angkatan-angkatan ini.
Tanpa kita, mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan (teleiothosin, "dijadikan sempurna atau lengkap").
Pernyataan ini senada dengan bunyi Ibrani 11:16 Tetapi, sekarang mereka merindukan Tanah Air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi.
Sebab itu, Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.
Semua hal ini adalah upah dari ketaatan.
Bahkan, bagi penulis Ibrani, penekakanan mengenai ketaatan termasuk juga dalam mengambil bagian pada penderitaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar.........
Masing-masing tokoh yang disebutkan di dalam pasal ini mengilustrasikan satu tahap atau aspek dari hidup beriman - entah itu ketaatan, bertindak sesuai dengan janji mengenai hal-hal yang akan datang, pemisahan diri dari sistem duniawi (Musa), atau hal lainnya.
Tetapi, penulis belum menyelesaikan uraiannya mengenai keunggulan hidup beriman terhadap legalisme taurat Musa.
Kini, tinggal satu contoh lagi, Tuhan Yesus Kristus.
Tahap akhir dari uraian dengan teladan ini berpuncak pada pernyataan "ingatlah selalu akan Dia" (12:3).
Sesudah memperhatikan semua saksi yang lain ini, para pembaca sekarang harus "ingat selalu akan Dia yang tekun menanggung ... supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa."
Pada intinya, teladan iman dari tokoh- tokoh Alkitab adalah ketaatan kepada kehendak Allah.
Sebagaimana dalam Ibrani 11 : 1 “iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”.
Iman merupakan suatu pembuktian ketaatan kita kepada Allah, sekalipun diperhadapkan dengan cobaan, kesengsarann, dan penderitaan.
Tapi, ingat iman tidak boleh melebihi rasio, demikian juga rasio tidak boleh melebihi iman. Iman dan rasio harus berjalan bersama dalam usaha kita mencari tahu kehendak Allah.
Allah menganugerahkan iman kepada kita, agar supaya kita hidup lebih berkualitas.
Iman dianugerahkan kepada kita supaya ketaatan kita selalu “naik tingkat atau naik level”.
Allah tidak menginginkan kita sebagai manusia beriman bersikap “pasif” terhadap kehendak-Nya, tetapi Ia menginginkan kita bersikap “aktif” pada kehendakNya.
Seperti dalam Yakobus 2 , “Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati”.
Mengapa Tokoh tokoh Alkitab ini begitu kuat membuktikan iman mereka kepada Allah??
Karena tokoh tokoh Alkitab ini punya hubungan yang intim dengan Allah dalam perjalanan hidup mereka.
Oleh karena itu, untuk membangun ketaatan sebagai wujud nyata dari iman kita kepada Allah, maka hal yang paling fundamen yang harus dibangun adalah relasi atau hubungan yang intim dengan Tuhan Allah.