Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Belum Usai Krisis Listrik Muncul Krisis Air, Lengkap Sudah Penderitaan Warga Bitung

Krisis air disebabkan tiga hal, debit air berkurang, pemadaman listrik, dan pipa rusak

Penulis: Christian_Wayongkere | Editor:
ilustrasi 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Derita warga Kota Bitung bertambah. Setelah mengalami dampak krisis listrik di Sulawesi Utara, mereka juga merasakan krisis air.

Sejumlah warga yang mengandalkan aliran air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bitung mengatakan bahwa sudah tiga hari air tak mengalir. Ragam aktivitas menggunakan air terhambat. Mencuci pakaian, memasak, mandi, buang air, menyiram tanaman, dan lainnya sulit dilakukan tanpa air.

"Tiga hari sejak Sabtu pekan lalu air mati, tidak jalan. Kami sekeluarga terpaksa merogoh kocek untuk membeli air tong," keluh Putut, warga Kelurahan Girian Weru 2, kepada Tribun Manado, Selasa (20/1).

Tiap hari, kata dia, keluarga harus mengeluarkan Rp 50 sampai 60 ribu untuk membeli air dalam tong berisi 1.500 liter. Air tong biasanya hanya bertahan selama dua hari.

Putut berharap krisis air bisa segera teratasi agar warga tak mengeluarkan anggaran ganda, membayar rekening air dan membeli air tong.

Kondisi yang sama juga dialami Ribka, ibu rumah tangga warga Kelurahan Kadoodan Lingkungan 5. Ia mengaku air sudah tak mengalir bukan hanya tiga hari sebelumnya melainkan sudah hampir dua pekan.

"Adoh kasiang, air nyanda jaga bajalang pa torang pe rumah, kalaupun bajalang paling lama cuma stengah jam kong kacili (aduh kasihan, air tidak jalan di rumah saya. Kalaupun jalan paling hanya 30 menit dengan volume kecil)," keluh Ribka.

Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, terpaksa ia setiap hari membeli air tong dengan biaya bervariasi, kadang Rp 40 ribu atau Rp 35 ribu, tergantung lokasi dari penyedia air tong.

"Pokoknya meski panas atau hujan tetap saja air tidak jalan. Kalau tidak beli air di tong bagaimana kami mau memasak, mandi, dan cucui pakaian?" ungkap dia.

Direktur PDAM Duasudara Bitung Hengki Sampouw mengatakan, krisis air disebabkan tiga hal, debit air berkurang, pemadaman listrik, dan pipa rusak.

"Debit air di mata air Danowudu yang kapasitas normalnya 135 liter per detik kini hanya 20 liter per detik. Ini dampak kemarau panjang tahun lalu. Air belum naik di mata air Danowudu," jelas dia.

Alasan kedua, jadwal buka tutup jaringan air bagi pelanggan terganggu karena pemadaman listrik. Alasan ketiga, pipa induk di Kelurahan Pinokalan sedikit-sedikit pecah.

"Aspal yang melindungi pipa terlalu tipis. Saat kendaraan berat melintas pipa pecah. Beruntung hal ini sudah diperbaiki," kata dia.

Untuk sementara PDAM Duasudara berusaha memenuhi kebutuhan air warga dengan menyiapkan mobil pengangkut air, satu mobil berkapasitas 4 meter kubik, satu mobil lainnya 6 meter kubik. "Namun itu tidak cukup dan tidak bisa menjangkau semuanya," kata Hengki. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved